01| Gendut itu bukan kemauanku.

138 25 35
                                    

Kansha Amelia

❝Jadi gendut itu bukan kemauanku, aku tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa dan bagaimana, jadi tanyalah kepada sang pencipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi gendut itu bukan kemauanku, aku tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa dan bagaimana, jadi tanyalah kepada sang pencipta.

Selamat membaca ⚘

Lelah rasanya menghadapi berbagai ucapan pedas dari mulut mereka yang bicara tak pakai otak dan hati. Bagi Kansha, bersosialisasi dengan orang lain itu melelahkan, ditambah lagi hantaman dari ucapan mereka sungguh menyakitkan. Setiap hari Kansha mencoba bertahan, sebisa mungkin ia meyakinkan dan menenangkan diri sendiri bahwa itu hanyalah bercandaan, candaan dari mereka belum bisa membuatnya mati, jadi memaklumi adalah jalan yang paling masuk akal. Walaupun ucapan mereka tiap hari berputar di kepala, Kansha sudah mencoba berbagai cara agar tak kepikiran, tapi selalu berakhir begini, lagi-lagi Kansha memikirkan perkataan mereka.

Kalimat mereka di dalam kepala Kansha buyar seketika saat mamanya mengetuk pintu untuk menyuruh Kansha makan. Sejak pulang sekolah ia hanya berdiam diri di kamar sampai lupa bahwa ia belum makan. Saat Kansha beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu, kalimat-kalimat menyakitkan itu muncul lagi, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk makan.

"Nanti aja ma, Kansha belum lapar", ucap Kansha lalu kembali merebahkan dirinya di tempat tidur.

Dengan kesal, Riana membuka kamar putrinya itu. Kansha sontak kaget melihat mamanya yang sudah di depan pintu, dengan muka yang menuntut bahwa Kansha harus makan.

"Dek, kamu dari tadi belum makan apa-apa loh, kalau sakit gimana?", Omelan Riana tak membuat keputusan Kansha goyah, ia bahkan tidak menjawab omelan mamanya. Kekesalan Riana pun bertambah saat Kansha malah membelakanginya, seolah-olah menyuruh Riana untuk pergi dari kamar ini. Riana pun mendekati Kansha dan duduk di tepi kasur anaknya.

"Kenapa, ada yang ngatain kamu lagi ya hari ini?", Riana sangat memahami putrinya, jika ada yang membuat Kansha meninggalkan makan, hal yang paling disukainya, maka ada yang membuat makanan itu kalah. "Kan mama udah bilang, ga usah dengerin mereka, kamu itu cuma berisi bukan gendut, mereka aja yang iri sama kamu."

Kansha pun membalikkan badannya menatap Riana dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Melihat hal itu membuat hati Riana seperti teriris, ia ingin sekali menghukum orang-orang yang mengatai putri kesayangan nya itu.

"Kansha cape, ma. Memangnya salah ya kalau Kansha gendut?"

"Ga, sayang. Gendut itu ga salah, omongan mereka aja yang jahat", Riana mencoba menenangkan putrinya dengan kalimat tersebut, ia mengusap kepala Kansha dengan sayang, tak tega melihat anaknya menghadapi kejamnya mulut orang.

"Mama udah bikin makanan yang Kansha request semalam, yuk makan, sayang loh nanti kebuang. Mubazir nanti", bujuk Riana agar anaknya mau makan. Akhirnya Kansha menuruti kemauan mamanya, ia sudah sangat lapar tapi ditahannya.

Kansha pun bangun dari tempat tidur dan menggandeng mamanya, Kansha tersenyum saat melihat wajah mamanya yang senang karena Kansha mau makan. Menurut Kansha, Riana adalah malaikat pelindungnya. Siapapun boleh pergi dari hidupnya tapi tidak dengan mamanya. Kansha begitu menyayangi mamanya, karena hanya dengan mamanya lah ia merasa aman dan nyaman. Setidaknya bersama sang mama Kansha bisa melupakan omongan jahat orang-orang.

✿ׄ ᳝🦢

Aroma buku tua, tercium tipis kearahnya. Kansha mencoba mencari-cari buku yang ingin ia baca. Lalu, ia menemukan buku yang dicarinya. Kansha sedang mencari buku self improvement yang cocok untuknya. Selain ucapan sang mama, kutipan singkat dari buku-buku self improvement juga membuat Kansha bisa tersenyum dan berusaha menghargai dirinya. Saat ia membaca kutipan demi kutipan yang menenangkan baru lah ia bisa tetap menjalani kesehariannya. Ada banyak cara yang Kansha lakukan agar tidak mencoba mengambil keputusan yang akan berakhir sebagai awal dari penderitaan. Kansha memegang prinsip Kalau tidak di jalani, maka mati. Kalau mati, akan lebih rumit nanti.

"Ini neng, nanti bukunya di kembaliin Senin depan ya", ucap pak Anwar, seorang penjaga perpustakaan ini. Kansha terbuyar dari lamunannya, sedari tadi ia melihat kearah luar jendela, sambil menunggu pak Anwar menyiapkan buku yang ia pinjam.

"Loh, memangnya boleh pak selama itu? Biasanya juga cuma tiga hari baru dibalikin." Kansha heran karena pak Anwar mengizinkannya meminjam buku selama itu.

"Gapapa neng, lagian neng Kansha sering kesini, paling juga besok udah balik lagi"

Kansha terkekeh mendengar ucapan pak Anwar, saking sering kesini Kansha bahkan sudah akrab dengan pria paruh baya ini.

"Yaudah, Terimakasih banyak ya pak. Kansha pamit dulu", ucap Kansha yang mendapat anggukan dari pak Anwar. "Hati-hati neng", Kansha pun tersenyum lalu, keluar dari perpustakaan.

Kansha memang sering mengunjungi perpustakaan itu setelah pulang sekolah, untuk sekedar mampir membaca atau pun meminjam buku disana. Biasanya Kansha menghabiskan waktu disana, tapi hari ini ia harus pulang, Kansha sudah berjanji pada mamanya, bahwa ia akan menemani Riana belanja bulanan.

Kansha yang masih berdiri menunggu taksi, tiba-tiba kaget melihat laki-laki yang ia kenal berdiri disampingnya. Kemunculan laki-laki ini membuat Kansha kembali teringat masalalu yang ingin ia lupakan itu, dada Kansha sesak, serta matanya tiba-tiba panas. Untunglah saat itu taksi lewat, Kansha langsung berlari buru-buru memanggil taksi tersebut.

Laki-laki yang berdiri di samping Kansha heran saat melihat Kansha tiba-tiba berlari menjauhinya. Tapi, ia nampak acuh mungkin gadis itu sedang buru-buru.

Gendut Itu SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang