13

76 5 0
                                    


  Awalnya perempuan berlari terlebih dulu dan laki-laki dibelakang, namun sekarang baru satu putaran dia berada paling belakang dan pelari nomor satu telah mendahuluinya. Awalnya ia berlari dengan Vina, namun sepertinya perempuan itu menggemari berlari dan melupakannya. Sekarang Milla sudah kehabisan tenaga untuk berlari, kepalanya berkunang-kunang dan ia terjatuh di detik berikutnya.

  Fero yang mengawasi Milla dari jauh langsung berlari split dan menangkap gadis itu sebelum menyentuh tanah. Tidak begitu lama Elden juga ikut menyusul dan merebut Milla dipelukan Fero dan membawanya ke tepi. Walau Fero tidak menyukainya, ia tetap berada disisi Milla sepanjang waktu dan tidak ingin pergi walau Elden memerintahkannya untuk mengambil air.

  "Gue bilang cari air, kenapa lo masih disini?"

  "Gue yang akan jaga Milla, lo yang cari air."

  Sebelum Elden mengeluarkan kata selanjutnya, botol air milik Milla disodorkan tepat di depannya dan pelakunya adalah Farrel.

Setelah meminum beberapa teguk air Milla segera pulih, melihat banyak orang mengerubunginya ia segera bangun dengan bantuan dua orang disampingnya. Saat ia menoleh ia baru mengetahui kalau dua orang itu adalah Elden dan Fero, kenapa dua alpha dominan itu menjaganya?

  "Mill, lo tidak apa-apa? Masih pusing?" Tanya Vina khawatir sembari memegang tangan kanan Milla dengan lembut," gue nggak apa-apa, jangan khawatir."

  "Omega itu sudah tidak apa-apa, kalian lanjutkan lari!"

  Mendengar suara peluit keras itu murid yang belum menyelesaikan putaran langsung berlari pontang-panting termasuk Vina yang berteriak dia akan menyelesaikan putarannya dengan cepat dan Milla diminta untuk menunggu. Milla terkekeh namun langsung mengernyitkan dahinya saat dua dom-alpha disampingnya tidak bergerak dan malah berganti mengipasinya. Sebelum Milla membuka mulutnya, guru yang biasa dipanggil pak Sam itu menegur Elden dan Fero yang tidak mau bergerak.

  "Aku sudah menyelesaikan putarannya pak, dia tuh yang belum," tunjuk Elden ke Fero yang hanya mengangkat sebelah alisnya dengan acuh.

  "Fero, jika kamu tidak menyelesaikan putaranmu maka pelajaran selanjutnya tidak akan bapak mulai."

  "Dihitung selesai."

  Sudah sangat lama Fero tidak menggunakan tone-alphanya dan langsung membuat guru itu geram dan pergi dengan tidak ikhlas. Elden tidak terkejut malahan dia sedikit sombong karena menurutnya tone-alphanya lebih bagus daripada milik Fero. Sedangkan disisi lainnya Milla terkejut dan menghamburkan dirinya ke pelukan Elden yang tersenyum puas. Fero? Jangan ditanya, wajahnya sekarang lebih buruk daripada saat ia mengalahkan kakaknya kemarin lusa.

  "Jangan gunakan tone-alpha lo sembarangan, kita disini murid dan kita dilarang memperbudak," tegur Elden membuat Fero mengalihkan pandangannya, jika dia tidak cemas akan Milla saat ini mungkin dia tidak akan hilang kendali atas alpha-nya.

  "Maaf buat lo takut Mill."

  Milla mengangguk kaku, setelah beberapa saat ia berangsur-angsur membaik dan langsung melepaskan diri dari Elden. Namun Milla sempat mencium bau memabukkan lainnya saat ia berdekatan dengan Elden dan bau memabukkan itu hilang saat ia menjauh.

  Milla acuh, yang ia pikirkan sekarang adalah menjauh dari dua alpha bongsor ini dan bergabung dengan Vina yang berlari mendekat. Setelah menyelesaikan larian mereka, mereka diarahkan ke lapangan basket dan mereka diajarkan mendribble bola.

  Milla baru pertama kali menyentuh bola basket, dan itu sama sekali tidak ringan. Ia sedikit kesusahan mendribble bola sambil berjalan, dan ini adalah keenam kalinya bola itu memantul ke lain arah dan cukup membuatnya frustasi.

  "Mill lo nggak bisa?"
 
  Milla mengangguk dan Vina hendak menghampirinya sebelum seseorang dengan tinggi menjulang memblokirnya. Dengan tatapan acuh Fero menawari Milla untuk membantunya belajar, Milla ingin menolak karena ia sudah meminta bantuan Vina namun Vina malah meninggalkannya dan berseru jika ia ke toilet sebentar. Karena yang lain juga sedang belajar mendribble bola akhirnya ia menerima tawaran Fero dan mereka mulai berlatih.

  Milla tertawa senang karena mendribble itu ternyata sangat mudah, apalagi Fero mengajarinya dengan pelan-pelan yang akhirnya membuatnya paham dibanding pembelajaran guru itu. Setelah mereka belajar mendribble mereka diarahkan belajar memasukkan bola ke dalam ring dan Elden mencontohkannya terlebih dahulu. Bola itu masuk sempurna dan banyak seruan disertai tepuk tangan dari siswi membuat arena sedikit berisik. Setelah ditenangkan dengan peluit keras akhirnya keadaan itu kembali seperti semula dan semua murid mendapat giliran untuk memasukkan bola satu per satu.

  Milla menatap bola basket di tangannya dengan gugup, ia optimis tentang mendribble tapi tidak dengan memasukan bola itu. Ring-nya cukup tinggi, dan ia mungkin hanya sepertiganya saja saking tingginya. Tapi sebenarnya itu hanya opini Milla sendiri, karena yang paling ia ratapi selama ini adalah tingginya!

   "Mau gue bantu?"

   "Nggak, gue bisa kok lihat aja."

  Fero bersedekap dada melihat Milla dengan percaya dirinya maju dan berbaris paling belakang untuk melempar bola, kedatangan Milla menjadi daya tarik tersendiri bagi para siswa untuk menonton lebih dekat.

  Telapak tangannya entah mengapa merasa bergetar dan ia menjadi gugup, Vina yang berada di pinggir lapangan sibuk menyemangatinya tidak lagi terdengar. Dengan hembusan nafas panjang Milla mulai menaikkan bolanya lalu sesuai intruksi guru mulai melempar bolanya dan akhirnya gelak tawa mendera di lapangan basket yang sunyi. Milla menghentakkan kakinya kesal dan berjalan ke arah Vina dan menyembunyikan wajahnya di bahu cewek beta itu.

  Setelah tawa itu sedikit mereda, Milla mendengar pantulan bola basket yang berjalan ke arahnya. Saat ia mendongak terlihat Elden mendribble bola dengan senyuman tertuju kepadanya membuat jantungnya berdetak tak karuan, baru saja  ia ingin mengatakan sesuatu namun Elden mengedipkan sebelah matanya dan berjalan melewatinya.

  "Pak materinya sudah selesai kan? Boleh kita tanding bola basket?" Tanya Elden.

  "Lakukan saja tapi jika sudah waktunya ganti baju ya ganti jangan membolos ke kantin, dan Fero kamu ikut bapak keruang BK. Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan."

  Fero mendengus mengikuti guru itu pergi sedangkan Elden sibuk membagi tim-nya, Arsan yang notabene-nya tim basket sekolah dengan Elden kali ini jadi ketua tim lawan.

  Karena pelajaran olahraga sudah selesai, Vina membawa Milla ke kantin untuk menyegarkan omega itu dari rasa malu. Namun Milla tidak terlalu memikirkannya, rasa malu tadi langsung hilang saat ia menghirup aroma makanan ketika memasuki kantin.

  "Vin, apa lo punya tanda mark?" Tanya Milla menyeruput es tehnya dengan rakus.

  Vina yang sedang meminum es tehnya mendongak dan menggelengkan kepalanya pelan," gue nggak punya tanda mark, tanda mark itu langka dan tidak semua punya."

  "Menurut lo gue bakal punya nggak?"

  "Lo, belum 17?"

  "Belum."

  "Em, mungkin saja. Tapi jangan terlalu berharap, gue aja seumur-umur baru sekali lihat tanda mark di pergelangan  Elden."

Milla membulatkan matanya terkejut, namun sebelum ia mengeluarkan kata-kata dari tenggorokannya seseorang berjalan memasuki kantin dan mengubah fokusnya. Apakah opininya tentang mereka adalah benar?

  "Aldevaro itu pacaran sama Sofia ya Vin?"
 

Bar-bar OmegaWhere stories live. Discover now