1

294 8 0
                                    


Tok...tok...tok...

  "Belum bangun?"

  Seorang gadis yang masih tertidur diranjangnya mulai menggerakan tubuhnya, mata biru jernihnya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang perlahan masuk ke rentina. Beberapa detik kemudian ia duduk dan meregangkan sendi-sendinya yang kaku hingga menimbulkan suara seperti patahan ranting.

"iya, udah bangun," gumam gadis tersebut lalu menyibak selimutnya dan berjalan gontai kekamar mandi. Walaupun itu hanya gumaman seseorang yang sedaritadi mengetok pintu bisa mendengarnya karena pendengannya terbilang sangat tajam. Setelahnya ia pun turun dan membiarkan adik kecilnya bersiap untuk mandi.

Butuh waktu 30 menit gadis itu untuk bersiap-siap, ia lalu menuruni tangga ke lantai bawah dengan seragam yang sudah melekat rapi dan tas yang sudah tersampir dibahunya. Senyumnya yang terpatri begitu cerah, seakan-akan semua cahaya pagi hari ini berasal darinya." Pagi semua!"

  Tiga orang yang berada di meja makan menatap dimana gadis itu sebentar lalu kembali melakukan kegiatan mereka masing-masing setelah membalas sapaannya. Namun setelah si gadis itu duduk di samping sang kakaknya yang berseragam sama, sang kakak langsung berdiri setelah menghabiskan susunya sampai tandas.

"Aku berangkat kakak," ujar cowok itu mengambil tas dan kunci motornya yang tergeletak sembarangan di meja makan.

"Kak Axel tumben berangkat pagi," celetuk gadis itu yang mulai mengoleskan selai strawberry pada roti-nya dengan perlahan.

"Pagi ekor lo, udah mau jam 7. Daaa semuaa!" cowok yang dipanggil Axel tadi sudah berlari keluar meninggalkan gadis itu yang termangu sejenak sebelum roti itu  berhasil masuk ke mulutnya. "Eh..eh..Milla ikut kak!"

"Lo dianter bodyguard kaya biasa!" Balasnya teriak setelahnya disusul suara motor menyala.

"Tap..."

"Makan dulu sarapanmu Milla, ini hari pertamamu masuk sekolah agak terlambat nggakpapa, kamu juga belum tahu kelasnya kan?" Tanya sang kakak pertama, Kylson Xavier, seorang alpha dominan yang menjadi penerus perusahaan ayah mereka yang bergerak di bidang elektronik terkemuka. Semua orang yang pertama kali bertatap muka dengan kakak-nya pasti mengatakan kalau kakak-nya ini orangnya dingin dan tidak berperasaan, ditambah juga jika diluar ia seseorang yang irit bicara memperkuat asumsi kalau ia alpha yang tidak dapat didekati. Namun, asumsi kepribadian itu suatu kebohongan bagi Milla. Karena kakak-nya ini hanya dingin diluar dan hangat didalam, hanya karena ia mempunyai postur wajah yang tegas dan galak ia mempertahankan kepribadian itu diluar.

"Iya juga."

  Akhirnya ia pun mulai memakan sarapannya dengan tenang dan sesekali bercanda dengan sang kakak ipar Celinne Helma yang seorang beta, namun sayangnya mereka belum dikaruniai keturunan walau usia pernikahan mereka sudah menginjak 3 tahun.

  Sebenarnya alpha dominan lebih cocok bersanding dengan omega sama seperti pasangan kedua orang tua mereka yang sudah meninggal 6 tahun lalu. Namun karena omega sekarang langka dan jarang terlahir, maka ia lebih memilih beta sebagai matenya apalagi ia tidak memiliki keberuntungan untuk memiliki tanda mark.

"Milla apa kamu yakin sekolah disana?semua penghuninya alpha dan beta lho, kenapa tidak menuntaskan home schoolingmu saja?" Tanya kak Celinne yang baru berani menanyakan hal ini, karena ia tahu kalau adik iparnya ini sedikit sensitif. Celinne takut jika ia menanyakannya seperti Kylson dulu, Milla pasti merasa tidak mempunyai dukungan di mansion ini. Jadi, walau pertanyaannya tidak merubah apa pun, ia hanya ingin mengetahui alasannya secara langsung.

"Nggakpapa kak, lagian kepala sekolah disana itu kan paman Ervan sendiri. kak Axel juga sekolah disana, aku yakin aku akan baik-baik saja. Aku hanya tidak ingin menghabiskan seluruh hidupku hanya di rumah dan melihat kisah-kisah tentang anak sekolahan dari novel. Aku ingin memiliki kisahku sendiri."

Bar-bar OmegaWhere stories live. Discover now