"Sebenarnya apa yang kau alami? Apa para penjajah itu membunuh keluarga mu?" tanyanya.

Leo yang membeku itu, tidak mengerti dengan ucapan Sing. "Lo omong apaan? Lo nggak usah ikut campur! Minggir!"

Sing lagi-lagi berdiri tepat di depan mata Leo.

"Sialan. Kenapa lo nyeremin, si?!"

Sing menatap begitu tajam Leo yang nampak takut dan gugup itu.

"Bagaimana jika kau ikut dengan ku saja?"

"Kemana?"

"Ikutlah dan jangan berpikir untuk mati." ucapnya.

Tiba-tiba Leo bisa menggerakkan tubuhnya. Laki-laki itu melihat ujung jurang itu. Namun, seperti Sing adalah sebuah magnet, Leo yang ingin sekali mengakhiri hidupnya itu, tidak bisa berkutik banyak dan laki-laki itu berjalan mengikuti Sing.

Bagaimana Sing berjalan begitu pelan dan itu bisa di kejar oleh Leo. Keduanya berjalan bersamaan di malam itu.

Sunyi dan gelap.

Namun, dimata Leo. Laki-laki itu melihat bahwa Sing nampak baik-baik saja berjalan di malam itu, sedangkan dirinya sesekali hampir tersandung.

"Sialan, harusnya gue nggak jual hp." Desisnya.

Leo hanya diam di sepanjang jalan karena Sing juga demikian, mereka terus berjalan keluar dari hutan itu. Berjalan di jalan panjang itu. Jalan yang biasanya di lewati kendaraan.

"Kita mau kemana?"

"Ke rumah ku."

"Ngapain gue di ajak ke rumah cowok?" Batin Leo.

Keduanya mulai benar-benar keluar dari wilayah hutan itu dan ketika Sing melihat area luar hutan itu. Laki-laki itu langsung terdiam dan itu membuat Leo bingung.

"Kenapa? Kenapa lo tiba-tiba berhenti?" Tanya Leo.

Keduanya ada di pinggiran jalan raya, dimana banyak kendaraan berlalu lalang.

"Dimana kita?"

"Di Semarang." Jawab Leo.

Sing melihat Leo yang nampak biasa saja.

"Semarang? Tidak! Ini bukan Semarang, dunia apa ini? Apa aku bermimpi." ucapnya.

Sing bingung dengan apa yang dirinya lihat. Laki-laki itu melihat banyak kendaraan yang tidak pernah dirinya lihat.

"Lo kenapa, si? Ada yang aneh apa, ya?"

"Apa itu. Apa semua yang lewat di depan mata ku?"

Leo tersenyum kecil. "Lo demensia, ya? Itu kendaraan. Itu mobil, motor, truk, taksi, bis dan noh, sepeda!" Leo menjelaskan dan menunjuk satu persatu kendaraan yang lewat dan terlihat di matanya itu.

"Ini tahun 1900, bukan?" Tanya Sing.

Leo terkejut, laki-laki yang berada di samping Sing benar-benar di buat terkejut.

"Hahahaha.... Lo bener-bener, ya. Kayaknya otak lo bermasalah." ucap laki-laki itu di sertai dengan kekehan.

"Apa ini tahun 1900?" Lagi tanya Sing. Laki-laki itu tidak terlihat bercanda dan benar-benar kebingungan.

"Nggak! Ini tahun 2023!" Jawab Leo.

Sing terdiam. Leo nampak bingung dengan Sing.
Namun, tiba-tiba sebuah angkot berhenti di depan keduanya.

"Mau kemana, bang?"

Leo segera menarik tangan Sing untuk masuk kedalam angkot itu.

"Ke simpang lima, Bang." ucap Leo.

Sing melihat dalam angkutan itu dan laki-laki itu kembali dibuat bingung. Bagaimana Leo berada di sampingnya. Namun, Leo hanya fokus melihat sang sopir yang mengemudi itu.

"Ibu, kakak itu kenapa?" Tanya seorang anak perempuan yang duduk di bangku satu lagi.

"Mungkin kepalanya sakit." Jawabnya.

Sing benar-benar terlihat seperti seseorang yang memiliki kelainan di otaknya. Karena laki-laki itu benar-benar melihat bagian dalam angkot dengan penuh tanda tanya.

Butuh waktu 15 menit, untuk mereka sampai di pusat kota.
Leo membayar angkutan itu dengan sisa-sisa uangnya setelah menjual ponsel untuk membayar sebagian hutangnya.

Keduanya berhenti di sebuah halte bus.

Bagaimana Leo meminta Sing untuk duduk di dekatnya.

Leo nampak biasa saja, namun tidak dengan Sing yang terlihat terpukau dan bertanya-tanya dengan semua hal didekatkannya dan di matanya.

"Apa ini 123 tahun kemudian?" ucap Sing.

Leo yang mendengar itu menoleh ke Sing yang berada tepat di sampingnya.

"Kayaknya kita perlu ke rumah sakit atau mungkin kantor polisi." ucap Leo.

"Omong-omong, kita mau pergi kemana?"

"Ke Jepang!"

Sing terkejut dengan wajah lucu itu. "Kau akan pergi ke negara penjajah, atau jangan-jangan kau sedang ingin menangkap ku?" tanya Sing.

Tidak lama bus tiba dan Leo menarik pergi Sing untuk ikut bersamanya.

Lagi-lagi Sing terpukau dengan isi dalam bus itu, yang dingin dan terasa sepi.

"Btw, kita mau kemana?" tanya Leo. Karena sebenarnya dari awal laki-laki itu tidak mengerti tujuannya mau kemana dan Sing hanya diam sedari tadi.

"Aku tidak tau, semua ini nampak asing di mata ku." ucap Laki-laki itu. Sing melihat jelas keluar jendela itu, laki-laki itu melihat kendaraan berlalu lalang dan setiap jalan begitu bercahaya dengan banyak warna dari lampu-lampu.

"Lo tinggal di dimensi mana?"

••••

Singhantara Alam Samasta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singhantara Alam Samasta

Singhantara Alam Samasta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andrea Leo Zerue

***

Cerita ini sepenuhnya fiksi dan penuh cacat logika!

Vampayeer || Xodiac ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang