"Kau yakin tidak menyesal nanti?"

"Tentu saja tidak! Ini keputusanku sendiri, dan aku sudah tidak sabar menanti hari itu tiba!"

"Terima kasih ...Amber."

Giovanni memeluk Amber dengan penuh kasih sayang, Amber pun melakukan hal yang sama. Pintu kamar Amber terbuka, kemudian muncul Diego yang masuk ke sana tanpa izin. Diego gelagapan, kembali keluar dan menutup pintu itu.

Giovanni melepas pelukannya pada Amber dan keluar menyusul Diego. Diego menutup wajah dengan kertas yang dia bawa saat Giovanni sudah di luar. Giovanni menatap datar Diego dan melipat tangannya di depan dada. "Belum puas kah kau aku hukum kemarin?"

"Puas, terima kasih! Aku ke sini karena ingin mengatakan hal penting padamu."

"Katakan!"

"Kami kesulitan mencari bangsawan utama. Aku butuh bantuanmu untuk masalah ini."

"Hah, pilih saja sesukamu. Aku tidak peduli tentang mereka."

"Hey, mana bisa begitu! Keterlibatan para bangsawan dalam urusan kerajaan juga sangat penting. Kita tidak bisa asal memilih mereka tanpa pertimbangan yang mat---"

"Berhenti menceramahiku! Terserah saja padamu, aku berikan tanggung jawab penuh padamu untuk masalah ini."

"Ck, sifatmu ini benar-benar membuat susah orang lain! Aku sudah punya satu cara untuk menentukannya, yaitu aku akan mengetes para pemimpin bangsawan itu."

"Lakukan saja sesukamu."

Giovanni memasuki kamar Amber lagi, meninggalkan Diego yang masih berdiri di sana. Diego berjalan sambil berpikir. 'Keputusanku akan berakibat pada masa depan bangsa ini. Aku harap yang aku lakukan ini benar!'

Diego dan penasihat raja mengumpulkan para pemimpin bangsawan dalam satu ruangan di dalam kastil. Diego mulai mengajukan beberapa pertanyaan seputar masalah yang biasa di alami dalam kerajaan kepada para pemimpin bangsawan tersebut yang menyimaknya dengan serius.

Tiga pemimpin bangsawan menjawab pertanyaan mereka dengan mudah. Persaingan ketat antar ke tiganya pun terjadi. Dimulai dari permasalahan ringan hingga berat Diego sebutkan, lalu penasihat kerajaan akan mengoreksi jawaban mereka.

Hanya dua bangsawan yang berhasil lolos. Sekarang berganti ke arena pertarungan. Kedua pemimpin bangsawan tadi sudah bersiap di tengah arena. Jacob ikut bergabung, memantau jalannya pertarungan itu.

Pemimpin bangsawan bermarga Albern telah berhasil mengalahkan pemimpin bangsawan bermarga Benjamin setelah pertarungan panjang. Keputusan sudah diambil oleh Diego setelah berdiskusi dengan penasihat kerajaan. "Aku umumkan bahwa bangsawan Albern akan menjadi bangsawan utama bangsa vampir di masa Raja Giovanni Hartigan memimpin! Aku ucapkan selamat kepadamu, tuan Axton Albern!"

Meskipun pemimpin bangsawan Benjamin kalah, dia tetap memberi selamat pada Axton. Para pemimpin bangsawan itu kembali ke rumah mereka masing-masing. Diego memberikan laporannya kepada Giovanni di ruang kerja pria itu.

"Sudah aku duga, Axton akan memenangkannya."

"Kapan kau mengatakan itu?"

"Aku tidak mengatakannya pada siapapun, aku hanya menebak dan sekarang terbukti benar."

Diego pamit pergi ke kamarnya. Hari yang sibuk sampai dia lupa menemui Elena. Hari sudah malam, Diego memutuskan tetap pergi ke dunia manusia menemui Elena. Sesuai dugaannya, Elena sudah tertidur pulas. Diego memeluk Elena yang ia sangka tidur itu tetapi nyatanya belum. Gadis itu terus menunggu Diego menemuinya dan merasa khawatir karena hari ini Diego telat menemuinya membuat dirinya terus kepikiran dan tidak bisa tidur nyenyak. Sekarang rasa kekhawatiran itu hilang saat sosok Diego sudah ada di sampingnya.

"Sesuatu terjadi padamu hari ini?"

"Tidak juga."

"Tapi kenapa kau telat menemuiku?"

"Oh, jadi kau menungguku?"

Elena menutup mulutnya. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada Diego. Diego tersenyum tipis dan mengangkat dagu gadis itu. "Kau merindukanku?"

"Tidak perlu bertanya kalau kau sudah tahu jawabannya!"

"Maafkan aku."

"Sekarang itu tidak penting karena kau sudah ada di sini. Aku senang!"

Diego terkekeh kecil. Diego merubah posisi mereka, kini dia menindih tubuh Elena. Elena tahu keinginan Diego sekarang, jadi Elena dengan percaya diri memiringkan kepalanya dan menyingkirkan baju yang menutupi area lehernya. Diego menyeringai puas dan mendekatkan mulutnya ke leher yang terpampang jelas di depan matanya.

Elena menunggu taring itu menembus kulitnya, namun tak kunjung terjadi juga. Hanya terasa kecupan dari Diego, lalu pria itu menjauhkan wajahnya dari sana. Elena menatap bingung Diego, sekaligus dia merasa sedikit kecewa.

"Jangan membuat wajah seperti itu. Kau akan membangkitkan sisi jahat vampirku. Kau mau aku menghisap darahmu sampai kering?"

"TIDAK! Jangan lakukan itu padaku!"

"Tentu saja tidak akan."

Mereka sama-sama terdiam dan saling menatap. Elena mengalungkan lengannya ke leher pria itu. "Aku sudah punya jawabannya."

"Hm?"

"Aku mau menjadi vampir sepertimu."

"Apa!? E--elena, kau ...kau benar-benar yakin membuang statusmu sebagai manusia!?"

"Kenapa tidak? Aku tidak punya orang berharga lagi di sini selain dirimu. Aku ingin hidup bersama denganmu selamanya, apapun caranya termasuk memilih jalan ini."

"Elena ..."

Diego mengecup seluruh permukaan wajah Elena. Hidung, mata, pipi dam berakhir di bibir. Diego melumat lembut bibir Elena. Diego menjauhkan wajahnya. Elena membelai wajah Diego. "Jadi, kapan aku bisa merubah statusku menjadi vampir?"

"Aku akan mencari waktu yang tepat. Ritual itu akan kita lakukan di kastil vampir."

"Secepatnya, Diego. Aku ingin segera pergi ke kastil! Kira-kira, bagaimana rupa kastil vampir?"

"Tentu berbeda dari imajinasimu."

Elena memanyunkan bibirnya. Diego mencubit ringan pipi gadis itu lalu menghilang dari sana. 'Aku akan meminta izin pada Giovanni tentang aku akan membawa Elena ke dunia immortal di hari pengangkatannya dua hari lagi.'

Elena memanyunkan bibirnya. Membanting tubuhnya ke ranjang dan memukul bantal. "Dia selalu seperti itu, datang dan pergi sesuka hatinya! Setidaknya, bawalah aku ke kastilnya!"

"Besok aku akan membawamu ke sana. Bersiplah!" Elena mencari pemilik suara tersebut tetapi tidak menemukan Diego di mana pun. Elena tersenyum dan memeluk guling, merendam bahagianya.

Diego merapikan kamarnya di kastil yang jarang ia rapikan itu. Dia juga jarang memperbolehkan pelayan membersihkan kamarnya. Sedari tadi senyum tak luntur dari wajahnya. Tidak hanya mendapat izin dari Giovanni, tetapi juga Amber yang dengan senang hati menunggu kedatangan gadis itu di sana.

AMBER and the vampire prince (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon