Bagian 2

14.8K 728 51
                                    

Deritan ranjang terdengar di sebuah kamar. Giovanni Hartigan, seorang pangeran dari kerajaan vampire yang sekarang sedang mengalami kekacauan. Giovanni mendudukkan tubuhnya di ranjang sempit itu dan menatap sekelilingnya.

Indra penciumannya yang lebih tajam dari manusia, mencoba mengendus sesuatu di ruangan tempatnya sekarang. Bau wangi darah seorang gadis, ia hampir mabuk dibuatnya. Ia bangkit untuk mencoba mencari asal bau menggoda ini.

Kakinya berhenti di depan sebuah pintu suatu ruangan. Bau itu semakin kuat dari ruangan tersebut. Tangannya mendorong pintu itu hingga terbuka. Tampaklah dua orang perempuan yang sedang tertidur lelap. Mata merahnya yang menyala karena gairah lapar akan darah, berfokus pada salah satu dari mereka, yaitu Amber.

Ia berjalan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Berjongkok dan mengendus udara di sekitar gadis itu. Taringnya perlahan mulai memanjang. Dia mendekatkan mulutnya ke leher Amber dan teriakan keluar dari kerongkongan gadis itu, buru-buru Giovanni membungkam mulut Amber agar tidak membuat keributan

Slurp ... Glupp!

Amber memberontak, namun tenaganya berbeda jauh dengan Giovanni. Anehnya, matanya sama sekali tidak bisa ia buka dan hanya tangannya saja yang dapat bergerak. Tangan Amber menjambak rambut Giovanni yang dekat dengannya. Giovanni mengambil tangan itu dan menggenggamnya erat.

Amber menahan nafas, jantungnya berdebar sangat cepat. Bukan, bukan karena takut tapi ada sesuatu yang lain yang menyelinap masuk ke dalam hatinya. Dia sedang di gigit seorang vampir tapi kenapa dirinya merasa nyaman ...?

Giovanni merasa berbeda dengan gadis yang sedang ia hisap ini. Tidak ada lagi pemberontakan darinya, justru  tubuhnya semakin rileks. Bibirnya menyeringai samar. Ia memang senang mempermainkan mangsanya dengan cara seperti ini, lalu dengan perlahan dia akan menghancurkannya, tapi tidak dengan gadis satu ini.

Dia menikmati setiap reaksi Amber saat ia menghisap dengan lembut dan sedikit menggoda di area tengkuk gadis itu. Giovanni sudah berhenti menghisap darahnya, dia hanya sengaja masih menenggelamkan taringnya di sana.

Terdengar lenguhan kecil dari perempuan satunya lagi yang sudah mulai sedikit terusik. Renatha terbangun dan melihat jendela kamarnya terbuka. Semilir angin malam masuk ke dalam kamar itu, menerbangkan gorden-gorden di sana.

Renatha turun dari ranjang untuk menutup jendela itu, namun matanya malah tertuju pada sesosok bayangan hitam berdiri di atas pohon yang sangat tinggi. Renatha mengucek-ucek matanya, dan bayangan itu telah hilang.

Renatha kembali berbaring di samping Amber yang masih tertidur pulas, Renatha sesekali melihat Amber tersenyum dalam tidurnya. Renatha pun terkikik melihatnya. 'Anakku ternyata punya selera yang tinggi juga. Pasti dia memimpikan pria asing itu!'

"Mimpi yang indah, sayang. Mimpikan aku terus dan tanam diriku di hatimu. Kita akan kembali bertemu jika urusanku sudah selesai dan kau akan menjadi milikku sepenuhnya!" Gumam Giovanni di atas pohon tersebut sebelum kembali ke kamar Amber.

Keesokan paginya, Amber terbangun. Amber meraba sekitar leher dan tengkuknya namun seperti tidak menemukan dan merasakan apapun. Amber segera berdiri di depan cermin dan memperhatikan lehernya. Tidak ada apa-apa kecuali kalung yang menjadi hadiah yang ke-17 dari ibunya.

Amber merosot ke lantai. Dia memegang dadanya dan air mata perlahan turun. Hatinya sedih karena kejadian tadi malam hanyalah mimpi. Mimpi yang terasa nyata. Seperti ada sesuatu yang hilang dari hatinya. Pikirannya langsung tertuju pada satu tempat, yaitu kamarnya yang di tempati pria itu. Langsung saja dia berlari menuju ke sana.

Amber membuka pintu kamar itu cukup keras dan ternyata kosong. Ranjangnya pun sudah tertata rapi. Amber langsung pergi mencari ibunya yang sudah pasti sedang berada di kebun memetik sayuran untuk sarapan mereka. Amber berlari ke arah Renatha dengan tergesa-gesa dan raut wajah khawatir.

AMBER and the vampire prince (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang