94 - Pertama Kali Ditinggal

6.5K 991 33
                                    

Punya toddler yang aktif membuat kedua orang tuanya tidak perlu melakukan olahraga berat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Punya toddler yang aktif membuat kedua orang tuanya tidak perlu melakukan olahraga berat. Cukup dengan mengejar anak saja, sudah bisa memeras keringat. Seperti yang dialami Melisa dan Candra saat ini. Baik dalam keadaan terjaga maupun tertidur, Xania tetap aktif bergerak. Alhasil, kasur yang harus muat tiga orang jadi hanya dikuasai Xania. Tadinya, Xania tidur di ranjang sendiri yang memang tersedia di rumah ini. Akan tetapi, tengah malam dia menangis. Candra memindahkannya ke kasur ini dan berakhir seperti sekarang. 

"Yaaa, bapaknya dikasih ompol ke muka." Melisa terkikik melihat Xania menungging persis di depan wajah Candra, dengan celana setengah basah tentunya. Entah kenapa semalam Xania tidak mau dipakaikan popok. Sudah segala cara dilakukan, tetapi anak itu terus menolak. Karena tidak mau memaksa, Melisa akhirnya membiarkan Xania tidur tanpa popok, hanya dialasi perlak. Namun, ternyata tidurnya Xania mirip gangsing yang diputar. Posisinya tidak karuan saat bangun tidur tadi. 

Xania memutar tubuhnya, menghadap ke arah Candra. Mulutnya tidak berhenti memanggil ayahnya. 

"Ayah, aih!" seru Xania seraya menarik kaus ayahnya.

"Ayo, sama mama." Melisa mencoba mengangkat tubuh anaknya, tetapi Xania menolak. Anak itu menggeleng dan menepis tangan mamanya.

Candra menegakkan tubuhnya setelah kesadarannya penuh. Begitu ayahnya duduk, Xania merentangkan kedua tangannya.

"Siapa yang kemarin nggak mau pakai pampers? Basah, kan, sekarang?" Candra mengecup pipi Xania. Tidak peduli anaknya masih bau pesing. Setelah Melisa, aroma tubuh Xania menjadi sesuatu yang paling dia sukai. 

"Ayah, aih!"

"Habis mandi pakai pampers, ya? Xania nggak boleh nolak lagi biar nggak basah celananya."

"Coba promise sama Ayah gimana?" sela Melisa.

Tak lama, Xania menunjukkan jari kelingkingnya. Melisa lantas meminta Candra mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Xania. Candra tertegun sejenak. Tentu saja bangga melihat pertumbuhan Xania.

Melisa tersenyum riang. "Udah janji, ya, sama Ayah."

"Ayah, naih!"

"Yuk, kita mandi!"

Xania yang digendong ayahnya meluncur ke kamar mandi. Sementara itu, Melisa melepaskan sprei basah dari kasur yang perlu dijemur juga. Nanti biar Candra yang membawanya ke balkon. Setelah itu, Melisa keluar dari kamar, mencari kamar mandi yang kosong untuk buang air kecil. 

Selesai mandi, Candra masih harus mengerahkan tenaganya untuk meladeni Xania yang selalu lepas dari pegangannya. Baru selesai pakai lotion dan minyak telon, jalan lagi. Baru popok yang masuk, berontak lagi. 

"Nah, kalau pakai baju, kan, jadi cantik," kata Candra setelah berjuang memakaikan baju Xania yang memakan waktu hampir tiga puluh menit. Tangan kiri mendekap erat tubuh Xania, sedangkan tangan kanan menggerakkan sisir di atas kepala anaknya. Tentu saja tidak rapi karena Xania selalu berontak.

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now