Keterkejutan Gwenn bertambah saat wanita itu menoleh ke arahnya, mungkin langkah kaki Gwenn sedikit menganggunya. Gwenn melebarkan matanya terkejut ketika mendapati banyak luka semacam cakaran berupa goresan-goresan yang memang sudah kering dan diobati namun masih tampak mengerikan melihat bagaimana luka itu membentang lurus untuk mencoreng wajah putih bersihnya. Bahkan lehernya ada bercak-bercak merah.

Bagi Gwenn, wanita itu akan terlihat angat cantik dan anggung tanpa semua bekas luka itu. Andaikan saja tatapan kosong dan hampanya itu hilang bergantikan percikan rasa bahagia diikuti bibirnya yang tersenyum lebar, maka Gwenn bisa pastikan wanita itu akan terlihat sangat cantik.

Butuh beberapa detik bagi Gwenn untuk mencerna semua pemandangan didepannya itu sehingga tanpa ia sadari kalau wanita itu juga ikut memandangi Gwenn untuk beberapa saat. Namun berbeda dengan kesan baik Gwenn diawal, yang dilakukan wanita itu malah diluar dugaan. Wanita itu bangkit dari duduknya dan dengan sebuah gerakan cepat yang tidak dapati diprediksi oleh Gwenn, wanita itu mendorong Gwenn secara kuat. Gwenn melagkah muncur dan saat kakinya bertabarakan dengan sebuah benda yang berada tepat dibelakangnya, tubuh Gwenn berakhir terpental ke atas kasur di kamar itu.

Gwenn meringis seakali saat wanita itu tiba-tiba menatap Gwenn tajam, amarah tampak menguasai dirinya saat tarikan napasnya mulai terasa memberat dan kuat.Gwenn masih ingat benar apa yang wanita itu katakan selanjutnya, sembari menunjuk-nunjuk ke arah Gwenn dengan raut penuh dendam dan bencinya. Seolah perasaan itu sudah ia pendam sejak lama dan baru ia keluarkan sekarang. Bahkan air mata wanita itu keluar saat ia mengucapkan kalimatnya secara lantang dan penuh dengan nada putus asanya.

"Itu adalah kalian. Kalian yang menhancurkan hidupku. Karena kalian, Hans tidak ingin memaafkanku lagi."

Kalimat itu terus ia ucapkan secara berulang sembari menangis keras sebelum tarikan napasnya kian memberat, seolah sesuatu dalam dirinya memberontak keluar yang berakhir susah untuk dirinya kendalikan. Wanita itu memegangi dadanya yang mulai terasa sesak, ia memejamkan kedua matanya rapat saat pemandangan disekitarnya tampak buram.

Fratt yang menyaksikan itu langsung menghampiri mereka, tangannya menarik laci meja didekat kasur kemudian segera memberikan sebuah pil obat kepada wanita itu dan memberinya secangkir air.

Gwenn masih memperhatikan semua kejadian yang terasa mengejutkan bagi dirinya itu sebelum Fratt berbalik dan menoleh ke arah dirinya, "Kau tidak lihat situasinya? Keluar dari kamar ini sekarang juga."

Gwenn masih terdiam sebelum mengikuti perintah Fratt, melihat sekilas ke arah wanita itu yang masih tetap mempertahankan tatapan bencinya ke arah Gwenn sebelum Gwenn berbalik dan pergi dari kamar itu.

Beberapa saat kemudian Fratt kembali menghampiri Gwenn, melainkan menjelaskan kejadian barusan, wanita itu malah berniat mengusir Gwenn setelah meninggalkan banyak pertanyaan dalam benaknya.

"Silahkan pergi dari sini."

Gwenn menatap lurus ke arah Fratt sebelum berujar, "Tunggu, bisakah kau jelaskan tentang semua ini?"

Pertanyaan Gwenn berhasil membuat Fratt untuk menatap ke arah dirinya, "Ini adalah kesalahan kalian. Kau adalah penyebab dia berperilaku seperti ini."

Dengan tetap mempertahankan raut tidak sukanya, Fratt berjalan mendekat ke arah Gwenn sembari melanjutkan kalimatnya, "Aku tidak akan memberitahunya, kau hanya perlu menderita dalam rasa bersalah yang bahkan tidak kau tahu penyebabnya itu," geram Fratt.

Saat wanita itu hendak menyeret Gwenn keluar dari rumahnya, Gwenn berusaha mempertahankan posisi berdirinya sebelum berjar cepat, "Ijinkan aku bertanya satu hal sebelum pergi," pinta Gwenn tidak menyerah walau kehirannya hari itu disambut dengan sangat tidak baik.

"Apa salah satu dari kalian bekerja di perusahaan ayahku dulu?" Tanya Gwenn cepat membuat gerakan tangan Fratt yang sedang menarik tangan Gwenn terhenti berikut dengan langkah mereka berdua.

Gwenn mendapati tatapan wanita itu bergetar untuk sesaat sebelum kembali menarik wenn secara tiba-tiba membuat Gwenn terhuyung dengan cepat ke arah pintu rumah.

"Pergi dari sini, aku tidak ingin melihatmu lagi. Jika kau ingin menuntutku soal tindakanku ini, maka lakukan saja. Aku tidak pernah takut dengan wanita tidak tahu diri sepertimu," ujar Fratt sembari terus menarik tangan Gwenn keluar.

Gwenn memusatkan sisa kekuatannya pada kakinya sembari berujar cepat, "Tunggu Mrs. Fratt, setidaknya beritahu aku nama wanita itu."

Gwenn meronta untuk dilepaskan tetapi Fratt tampak mengahkan seluruh kekuatannya, Gwenn yang tidak ingin ada yang terluka diantara mereka hanya berakhir mengalah dan mundur perlahan dari rumah itu. Jujur, Gwenn tertarik dengan sketsa gaun pengantin milik wanita itu tetapi melihat keadaannya yang seperti ini, bahkan percobaan pertama mereka untuk berkomunikasi saja sangat sulit membuat Gwenn menjadi bingung dalam mengambil keputusan.

Kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir Gwenn berhasil menghentikan tarikan Fratt dan membuatnya terdiam untuk sesaat.

"Setidaknya beritahu namanya. Jika memang benar aku bersalah akan hal ini, aku akan bertanggung jawab," ujar Gwenn serius.

"Bagaimana kau akan bertanggung jawab?" Tanya Fratt sembari menatap ke arah Gwenn yang tampak bersungguh-sungguh dalam kalimatnya itu.

"Dengan ini," Gwenn mengangkat tangan kanannya ke atas yang sedari tadi mengepal keras, membuka kepalan tangannya dan menampilkan sebuah gumpalan kertas yang sudah terlipat acak.

Itu adalah kertas sketsa yang di buang saat Gwenn masuk ke dalam kamarnya tadi dan Gwenn memutuskan untuk menyimpannya.

Fratt lagi-lagi terdiam, tampak berpikir panjang sebelum berujar pelan, menyebutkan namanya. Bersamaan dengan itu, suaa deru mesin mobil terdengar diikuti sebuah mobil yang berhenti tepat di depn perkarangan rumah itu. Mereka berdua berbalik saat seorang pria turun untuk menampakkan diri.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang