TI - 20

22.6K 1.3K 6
                                    

'Hana-Theo Pacaran?

✒.Happy Reading!

Kini, Inara dan Nisara tengah berada di kamar Inara.

Nisara duduk di tepi kasur, sedangkan Inara duduk di meja rias menghadap sang Mami.

Sebelum bercerita, Nisara mengambil nafas dalam-dalam. Dia akan membuka luka lama yang sebelumnya belum tertutup rapat.

"Jadi..

Flashback.

Saat itu, Mami, Papi, Leo, kamu sama Neon pergi ke taman kota, karena Neon yang ngajak.

Disana, Leo, kamu sama Neon bermain bola yang di bawa Neon. Waktu itu, Neon masih umur 5 tahun dan kamu masih umur 8 tahun, terus Leo masih umur 11 tahun.

Semua berjalan baik-baik aja. Papi sama Mami yang lagi ngobrol. Terus kalian yang main bola bertiga.

"Hahahaha Kak Aya nggak jago huuuu."

"Ihhh Neooo nyebelin. Abanggg, lihat tuh Neo."

"Kalian tuh ya, berantem mulu. Ayo lanjut main."

Kemudian, kamu sama Neon izin beli minum di seberang jalan. Dan Papi kamu izinin. Akhirnya, kamu sama Neon pergi beli minum.

Nggak lama, kami denger ada bunyi keras. Saat kami lihat, Neon sudah tertabrak dan kamu jatuh kebentur batu yang ada di pinggir jalan.

"NEONNNNN!!"

Papi kamu langsung lari waktu ngelihat Neon udah berdarah-darah. Papi kamu langsung angkat badan Neon dan lari ke mobil tanpa mikirin kamu yang juga terluka. Akhirnya, Mami suruh Leo untuk gendong kamu ke mobil.

Papi bawa kamu sama Neon ke rumah sakit. Neon di nyatakan meninggal dunia karena kekurangan banyak darah. Sedangkan kamu cuma luka dikit aja, tapi kepala kamu sedikit di jahit karena benturan itu buat kepala kamu sedikit bocor.

Dan saat itu juga, kamu mulai di benci Papi kamu.

Flashback off.

Air mata Nisara menetes begitu dirinya selesai bercerita. Nisara menyesal, kenapa membiarkan hidup putrinya hancur dalam usia yang masih belia. Nisara menyesal kenapa tidak dari dulu membela Inara yang memang tidak bersalah. Nisara menyesal, kenapa dirinya diam saja saat Inara mulai di tampar oleh suaminya.

Inara masih diam mencerna. Dia masih ragu untuk percaya itu. Dan, Inara masih belum bisa menyimpulkan apa yang membuat Herga begitu membenci Inara.

Melihat Nisara yang sedikit terisak, Inara iba. Inara bangkit menghampiri Nisara lalu memeluk sang Mami.

Tangis Nisara pecah saat itu juga. Nisara membalas pelukan putrinya tidak kalah erat.

"Maaf, Maaf, Maaf. Maafin Mami, sayang. Maaf," Nisara terus mengucapkan kata maaf berulang-ulang. Sedangkan Inara mengelus lembut punggung sang Mami agar tenang.

Inara melepas pelukannya lalu menangkup pipi Nisara. Menghapus jejak air mata di pipi Maminya dan tersenyum

"Mami nggak salah kok. Jangan nangis ya,"

Hatinya ikut sakit melihat Nisara menangis. Ini mengingatkannya saat Mama Vina menangis di hari kematian sang Papa- Vano.

Mereka tidak sadar. Jika di balik pintu kamar Inara, berdiri tiga anak Nisara lainnya yang mendengar cerita Nisara dari awal.

"Bang Leo, Bang Sam, Rio nyesel. Rio nggak tau awal mulanya, tapi Rio andil membenci Kakak," ujar Derio menunduk.

"Gue juga nyesel, Der. Padahal kejadian waktu itu, gue ada disana, dan gue lihat semuanya. Waktu itu, awalnya Inara yang mau ketabrak, tapi Neon dorong Inara dan berakhir Neon yang di tabrak," ujar Leo.

Transmigrasi Inara [END] || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang