Bab 17

250 104 6
                                    

Typo is my pride 😀✌️
Happy reading 🤗
.
.
.
.
.
.

Pak Kamidi dan Mona sedang membereskan piranti bengkel untuk bersiap pulang. Hari sudah menjelang petang waktu bagi mereka untuk istirahat supaya siap menyambut hari esok.

Kesibukan mereka terhenti ketika ada seseorang datang dan menyapa mereka. Pak Kamidi dan Mona dengan kompak menjawab salam dan menoleh ke arah sosok tersebut.

Pak Kamidi yang lebih dulu dibuat terkejut melihat Lintang dalam versi dewasa. Untuk sesaat beliau terpaku dan larut dalam pikirannya. Namun pak Kamidi segera bersikap profesional.

"Maaf bengkel kami sudah mau tutup."

Pak Kamidi menoleh ke arah Mona. Putri angkatnya tersebut juga sepertinya tidak kalah terkejut saat mengetahui wajah pria yang mendatangi bengkel mereka. Kemudian Mona berpura - pura menyibukkan diri membereskan perlengkapan kerjanya.

Bastian tidak menanggapi ucapan bapak pemilik bengkel, tapi justru asyik mengamati Mona yang sepertinya berusaha untuk tidak mengacuhkannya.

"Saya sedang mencari sebuah alamat. Dan sepertinya saya tersesat." Bastian mulai mengajak berbicara supaya dapat mengulur waktu dua orang tersebut.

"Kalau begitu rumah siapakah yang Anda cari?"

Bastian teringat kejadian yang menimpa mobil papanya, ia pun mendapatkan ide untuk bisa menahan Mona sedikit lebih lama.

"Jadi begini. Dua minggu yang lalu mobil papa saya bocor saat sedang berkunjung ke desa ini. Mama saya cerita kalau beliau ditolong oleh seorang mbak - mbak dan adiknya. Jadi maksud kedatangan saya hendak mencari mereka untuk mengucapkan terima kasih."

Bastian merasa dirinya adalah seorang jenius karena bisa membuat kebohongan dengan sangat baik. Sedangkan Mona sedang merutuki dirinya sendiri dalam hati. Jika tahu kalau akhirnya jadi begini, seharusnya ia tidak perlu menolong keluarga kaya tersebut.

Karena pekerjaan Mona sudah selesai, mau tidak mau ia pun ikut menemui si pria.

"Kalem, Mon. Dia pasti bukan bapaknya Lintang. Kalaupun benar itu adalah dia. Pria mabuk yang memperkosamu itu tidak akan ingat dengan wajahmu." Mona berusaha memberi afirmasi positif untuk membuatnya tetap tenang.

Mona menatap pak Kamidi. Dari sorot matanya, Pak Kamidi tahu jika saat ini putri angkatnya itu sedang dilanda kepanikan.

"Setahu saya anak perempuan yang pintar menambal ban ya putri saya," jawab pak Kamidi dengan rasa bangga. Hal tersebut membuat Bastian merasa ragu, benarkah itu adalah Mona yang selama ini ia cari, kok bapaknya berbeda?

Mona mendekati pak Kamidi dan segera menggandeng tangan si bapak dengan manja. Dari sikap yang ditunjukkan perempuan tersebut, sepertinya mereka berdua memanglah pasangan bapak dan anak kandung.

Pak Kamidi masih menyunggingkan senyum. Sebisa mungkin ia berusaha melindungi Mona yang memeluk lengannya dengan erat. Terbiasa memahami Mona bukan melalui kata - kata membuat beliau cepat tanggap jika saat ini Mona sedang merasa gelisah dan takut. Mungkin lelaki yang berdiri di hadapannya itu adalah laki - laki dari masa lalunya. Ah ya, pasti pria itulah orang yang telah memperkosa Mona, karena wajahnya sangat mirip dengan Lintang, cucu kesayangannya.

Bastian beranjak menuju mobilnya dan membuka pintu bagasi. Kemudian ia mengeluarkan sebuah plastik besar berisi aneka makanan dan menyerahkannya pada Mona.

"Ini sedikit ucapan terima kasih titipan dari ibu untuk adiknya Mbak."

"Terima kasih." Mona berusaha untuk tetap tenang dengan menunjukkan senyum terbaiknya.

M.E.LWhere stories live. Discover now