Bab 15

263 96 14
                                    

Typo is my pride 😀✌️
Happy reading 🤗
.
.
.
.

Bastian menyelesaikan pekerjaan secepatnya. Ia harus bisa segera keluar dari kantor sebelum pukul empat sore, kemudian pergi ke desa tempat dimana dirinya bertemu dengan anak laki - laki yang sangat ia yakini sebagai putranya.

Sore adalah waktu yang tepat untuk menemui bocah laki - laki itu. Dan Bastian tidak sabar ingin segera bertemu. Anaknya adalah jembatan penghubung yang tepat untuk melakukan pendekatan dengan Mona. Pasti bocah laki - laki itu sedang bermain di tanah lapang tempat yang sama dengan saat pertama kali keduanya bertemu.

"Jangan lupa membeli kue atau cokelat. Sebenarnya es krim juga oke. Tapi pasti akan mencair saat aku berjumpa dengan anak itu." Bastian mulai merancang acaranya.

"Lalu sapa dia dan tanyakan siapa namanya. Kalau dia balik bertanya tentang aku, sebaiknya aku menjawab apa ya? Aku adalah ayahmu. Oh, tidak. Aku adalah dirimu dari masa depan."

Bastian memukul kepalanya sendiri. Jawaban terakhir tadi terdengar sangat konyol dan terlalu berlebihan meskipun anak seusia itu sedang memiliki imajinasi yang sangat tinggi. Bahkan Bastian dulu juga pernah menganggap jika ia adalah Ultraman disaat ia berumur sama seperti anaknya itu.

Ketika sedang asyik membuat rencana pendekatan dengan anaknya, ponselnya berbunyi. Lisa menelpon.

"Sayang..., hari ini jemput aku ya. Mobil aku sedang dibawa ke bengkel." Suara bernada merajuk dibumbui kemanjaan itu menyapa indra pendengaran Bastian.

"Aku sedang sibuk. Kamu bisa minta tolong sopir keluargamu dulu kan?"

"Ah, Ayang nggak peka, deh. Ini kode keras aku sedang ingin diperhatikan, tauk. Lagipula sewaktu masih sekolah dulu, kamu rajin banget buat anter jemput aku. Kenapa setelah kita akan menikah, kamu jadi cuek gitu. Kamu udah nggak cinta lagi ya sama aku?"

Bastian terdiam. Ia seperti baru saja mendapat pukulan telak yang membuatnya tidak berkutik menghadapi Lisa. Haruskah ia mengakui kejujuran yang akan menyakiti hati tunangannya itu sekarang?

"Tapi aku benar - benar ada urusan penting, Lisa. Aku janji jika urusanku sudah selesai, aku akan mengajakmu ke tempat yang kamu inginkan."

"Aku tidak butuh itu. Aku butuhnya kamu menjemputku hari ini. Titik!"

Mau tidak mau, Bastian pun terpaksa menunda rencananya dan mengalah demi perempuan yang dulu begitu mati - matian ia cintai.

******

Enggar memperhatikan Mona yang sedang mencuci motor pelanggan. Mona sekarang terlihat tangguh dari saat pertama kali Enggar mengenalnya. Tubuh Mona juga mulai terlihat berisi di tempat - tempat yang semestinya. Dimata Enggar, Mona tetap terlihat cantik meskipun sekarang memilih memotong pendek rambutnya sehingga memunculkan kesan tomboy. Bagi Enggar tidak menjadi masalah. Sejak dulu hingga sekarang perasaannya tidak berubah.

Enggar merasakan percikan air mengenai wajahnya. Ternyata itu ulah Mona.

"Sorry, sengaja," ledek Mona sambil tertawa. Mereka biasa seperti itu. Bercanda disela - sela melakukan pekerjaan. Awalnya Enggar yang usil, namun semakin lama justru Mona yang mulai sering menjahilinya. Perubahan pada diri Mona membuat Enggar merasa senang. Wanita yang diam - diam ia cintai itu sudah move on dari masa lalunya yang kelam.

"Makanya jangan suka melamun, mentang - mentang sedang tidak ada pekerjaan."

Ingin rasanya Enggar membalas perbuatan Mona dengan menggelitikinya. Namun kebiasaan Mona yang senggol bacok itu belum sembuh. Itu yang membuat Enggar hingga detik ini belum bisa mengutarakan perasaan yang sudah hampir delapan tahun ia simpan rapat di dalam hatinya. Enggar dekat secara fisik, namun tetap saja Mona tidak bisa ia raih. Padahal bisa menjadi pendamping Mona seumur hidup adalah doa yang selalu Enggar panjatkan di kala salat malamnya. Enggar ingin menjadi orang yang sukses dunia akhirat untuk membahagiakan Mona dan Lintang. Ia tidak peduli dengan status Mona yang telah memiliki anak di luar nikah. Karena sosok Mona adalah seorang pekerja keras yang mampu menghidupi Lintang dengan rezeki halal.

Masalahnya sekarang adalah, apakah Mona bersedia menerima pinangan Enggar. Ngomong - ngomong soal melamar dan menikahi anak orang berbonus seorang anak, Enggar merasa sudah siap. Bahkan setiap melihat saldo rekeningnya, Enggar rasa uangnya itu cukup untuk membeli seserahan dan mas kawin. Untuk akad nikahnya tidak perlu mewah. Cukup mengundang satu RT saja. Yang penting ia tidak meminta uang dari kedua orangtuanya. Tentu saja ia harus menghemat uang anggaran. Karena sisanya akan ia pergunakan untuk mengontrak rumah. Yang penting setelah menikah, mereka tidak menumpang di rumah pak Kamidi.

Enggar membayangkan kehidupan rumah tangganya bersama Mona hingga tanpa sadar tersenyum - senyum sendiri. Mona yang sudah selesai mencuci motor milik kliennya kembali mengusili Enggar. Kali ini Mona sengaja mengibaskan kanebo tang masih basah di depan wajah Enggar hingga percikan airnya menyadarkan Enggar dari lamunannya.

"Melamun teros," sindir Mona sambil terkikik geli melihat Enggar yang nyaris jatuh dari bangku tempat ia duduk karena terkejut.

"Sudah waktunya pulang. Kamu bisa melanjutkan bengong di rumah!"

Enggar yang merasa gemas berusaha menahan diri supaya tidak melakukan kontak fisik dengan Mona. Padahal kalau boleh jujur, Enggar ingin memeluk tubuh Mona dan menghujaninya dengan ciuman.

"Aku nggak bisa membayangkan seandainya kamu nggak ada di dekatku, Mon."

*******

Meskipun sudah dilarang, namun Enggar masih saja datang berkunjung ke rumah pak Kamidi setiap malam Minggu. Pak RT dan bu RT sudah mulai bosan menegur putranya.

Seperti malam Minggu ini, Enggar datang untuk mengapeli Mona meskipun yang didatangi tidak paham jika Enggar sebenarnya memiliki tujuan untuk melakukan pendekatan dengan ibu beranak satu tersebut. Tak lupa Enggar membelikan martabak telur spesial untuk pak dan bu Kamidi. Untuk Lintang dan Mona, Enggar sengaja membelikan es krim dengan rasa yang berbeda.

Ketika datang, kedua orang ibu dan anak yang bagi Enggar terlihat seperti kakak dan adik itu ribut berebutan es krim dengan rasa kesukaan mereka.

"Kenapa kamu mengambil rasa strawberry kesukaanku?" Mona memprotes Lintang yang memilih rasa kesukaan maknya. Padahal biasanya Lintang lebih menyukai rasa cokelat.

"Aku sedang bosan dengan rasa cokelat, jadi rasa strawberrynya buat aku saja ya, Mak."

"Nggak bisa!" Mona berusaha merebut es krim rasa strawberry yang berada di tangan Lintang. Jika sedang berebut makanan begini, Mona sering lupa jika seorang ibu seharusnya mengalah pada anaknya.

"Jangan berebut. Kalau kalian bertingkah seperti itu, aku akan meminta kembali es krimnya."

Lintang menatap Enggar. "Ish... ish... ish... Sudah diberikan kok diminta balik. Nggak bagus itu!" tegur Lintang yang menirukan gaya pak Kamidi.

Enggar tertawa geli. "Makanya jangan berebut!"

"Mak tuh yang nggak mau mengalah. Padahal aku sudah mengambilnya es krim rasa strawberry ini lebih dulu."

Mona hanya mengerucutkan bibir. Dan memilih untuk duduk di teras samping rumah untuk menikmati es krim rasa cokelat pemberian Enggar.

"Nak Enggar, sini bantu kami menghabiskan martabaknya." Bu Kamidi muncul sambil membawa Martabak pemberian Enggar yang sudah dipindahkan ke atas piring saji. Tak lupa beliau membuatkan satu teko teh manis yang masih hangat.

Rupanya Lintang memilih untuk duduk menemani Maknya. Ia menyodorkan es krim strawberry yang tinggal separuh. "Tukar, Mak!" Pintanya.

"Punyaku sudah habis." Mona menunjukkan stik es krim yang telah bersih.

Sementara itu Enggar mengobrol dengan pak dan bu Kamidi. Kedua orang tua angkat Mona itu sudah tahu jika Enggar menaruh hati pada Mona. Mereka tidak keberatan bahkan sangat mempercayai Enggar. Hanya saja respon kedua orang tua Enggar yang sepertinya tidak menyetujui hubungan tersebut, membuat pak dan bu Kamidi belum berani menyerahkan Mona kepada Enggar sepenuhnya.

Satu pesan yang diucapkan oleh pak Kamidi, Enggar harus mendapatkan restu dari kedua orang tuanya terlebih dahulu. Dengan begitu Mona tidak merasa terbebani sehingga mau membuka hatinya.

"Sabar ya, Nak Enggar. Doa ibu nggak akan pernah terputus untuk kalian berdua."

Tbc

Sabtu, 26 Agustus 2023

Hai readers... Apakah kalian masih mengikuti ceritaku? 🤗

M.E.LKde žijí příběhy. Začni objevovat