09. Pemberian Gelang Diminta Runi

1.5K 115 14
                                    

Sekarang Vegas sudah berada didepan gerbang sekolah, dikarena-kan motor Albiu telah disita oleh Bara jadi Vegaslah yang mengantar-jemputnya.

Vegas hanya menatap Albiu yang tak kunjung turun. Mungkin, karena terlalu asik main hp jadi bocah itu tak sadar jika mereka telah sampai.

"Biu bukankah saatnya kamu turun sekarang?" tanya Vegas membuka seatbltnya secara perlahan.

Albiu melirik sekilas lalu menatap ponselnya lagi ,"bentar Pak, bentar lagi Victory."

"Cepat turun Biu, nanti telat terus kamu dihukum lagi."

"Gue anak pemilik sekolah, ga akan ada yang berani buat ngehukum gue Pak jadi tenang aja," jawab Albiu santai, membuat Vegas kesal dan mengambil ponsel yang sedang digunakan Albiu.

"Turun apa pulang!"

"Pulanglah biar enak rebahan," jawab Albiu santai, melipatkan kedua tanganya diatas dada lalu ia bersender di kursi mobil.

"Yaudah ayo pulang dan kita akan membuat sejuta anak dalam satu malam," kata Vegas, memasang seatbltnya kembali.

"Hah?" kata Albiu kaget, bahkan ia langsung duduk dengan tegak disamping Vegas, "gue sekolah aja deh pak," lanjutnya membuka seatbltnya dengan pelan.

"Yakin, katanya enak dirumah?"

"Ga, enak disekolah," kata Albiu lalu turun dari mobil itu. Setelah Albiu turun, ia menatap Vegas dari sela jendela mobil, lalu mendekatkan wajahnya kejendela itu.

"Pak!" panggil Albiu mengulurkan tangan kecilnya hingga tangan itu masuk melewati jendela mobil.

Vegas mengerutkan keningnya dengan heran ketika tangan Albiu kini ada didepan matanya, "ada apa?"

"Itu loh pak," kata Albiu dengan malu-malu kucingnya. Vegas menodongkan tubuhnya untuk meraih tangan itu lalu mengecup punggung tangan Albiu dengan pelan.

"Gue minta uang anjing," kata Albiu  lagi, menarik tanganya kembali ketika Vegas sukses mencium punggung tangan itu.

"Oh saya kira kamu mau dicium tanganya," kata Vegas terkekeh pelan, mengeluarkan dua lembar uang dari dompetnya lalu diberikanlah kepada Biu, "nih, jangan jajan sembarangan."

Albiu langsung berbinai, "oke makasih pak."

Sekarang keadaan kelas memang sedang rame banget, soalnya semua guru sedang mengadakan rapat dan dikabarkan sih hari ini akan mengalami jamkos sehari penuh.

Meta dan Albiu tentu mengibah, bahkan sih Nattaniel juga ikutan gabung. Ntah sejak kapan dua bocah itu akrab sama Natta.

"Padahal kalau gue sama lo jadian mah enak Al, nanti kita doubel date sama Meta ya ga?" kata Nattaniel menaik-turunkan alisnya dengan pelan membuat Meta mengangguk dengan senyuman.

"Lo ngapain ngangguk pea," kata Albiu sewot dengan tatapan tajamnya.

"Gapapa, menurut gue kalian cocok aja," jawab Meta sukses membuat Natta senyum pepsoden.

"Tai lo, gue sama dia?" jeda Albiu menunjuk dirinya dan Natta secara bergantian, "ngehomo dong?"

Bugh, Meta menampol kepala Albiu dengan pelan lalu berkata, "nanya lo nanya," Kata meta kesal sedangan Albiu hanya cengegesan doang.

"Dia siapa?" tiba-tiba seorang pria yang bisa didengar siapa itu datang dikrumunan ketiga pria itu, Yah itu adalah Briyan sang kekasih dari Meta membuat Albiu memutar bola matanya dengan malas.

"Dia Natta Bri, anak baru dikelas aku," jelas Meta membuat Briyan mengangguk saja.

Nattaniel tersenyum lalu mengulurkan tanganya kedepan Briyan, "gue Nattaniel," sapa dia ramah. Namun, Bri cuma melirik doang tanpa membalasnya.

"Ikut gue!" kata Bri menarik pergelangan tangan Meta, membuat Natta jadi heran. Sebenarnya kenapa sama bocah itu.

"Oy kenapa sih tuh orang, sensi amat kayanya?"

"Biasa dia posesif gitu, jangan diurusin," jelas Albiu lalu berdiri dari duduknya membuat Nattaniel heran.

"Mau kemana?" tanya Nattaniel memegang tangan kanan Biu lembut.

"Pacaranlah," jawab Albiu.

"Gue ikut!" kata Nattaniel berdiri dan menghalang jalan Albiu lagi.

"Gila lo, ngapain ikut anjing," kata Albiu sedikit tak terima jika Nattaniel menjadi obat nyamuk nanti.

"Gapapa, gue pengen liat kaya gimana pacar lo," jawab Nattaniel.

"Ga, nanti lo rebut dia lagi."

"Dih gue sama dia?" jeda Natta,"ga dulu gue lebih tertarik ama lo," lanjutnya membuat Albiu tamba geli.

"Nat, sekali lagi lo bilang gitu, gue cincang lidah lo ya."

"Nyenyenyeny."

"Tai lo, jangan ikutan disini aja!" pintah Albiu mulai berjalan keluar kelas. Namun, perkataan ia tak didengar rupanya oleh Natta. Karena, kini Natta ngikut dibelakang.

Albiu menoleh kembali, memasang wajah kesalnya kepada Natta, "gue bilang jangan ikut!"

"Iya nggak," jawab Nattaniel dengan senyuman.

Albiu kembali menghela nafas dan berjalan lagi. Namun, langka kaki masih terdengar jelas ditelinganya, pertanda bahwa Natta masih ngintil dibelakang.

"GUE BILANG JANGAN IKUTAN BANGSAT," triak Albiu kepada Natta membuat lelaki itu terkejut.

"Iya."

Albiu kini sedang berada dikantin berduaan dengan Runi, suasan kantin memang selalu rame setiap hari karena penghuni sekolah itu cukup banyak sih dan itu membuat Runi menghela afas berkali-kali. Soal Natta ia tiba-tiba dipanggil oleh guru Mileo, makanya sekarang Albiu terlepas dari bocah bangsat itu.

"Sayang panas banget," kata Runi kepada Albiu sambil kipas-kipas leher dengan tanganya.

Albiu langsung mengambil kipas kecil yang ada ditasnya lalu ia nyalahkan didepan wajah Runi.

"Bagian mana yang panas?"

"Semua," kata Runi lelah, "kenapa kamu ga minta ayah kamu buat masang AC dikantin sih?"

"Kamu tau sendirikan bokap aku kaya gimana," jeda albiu membuar Runi memutar bola matanya malas.

"Ya kamu usahalah, cari uang kek apa kek biar bisa naro AC, khusus aku sama kamu aja gapapa."

"Ya nanti aku coba kumpulin uang buat beli AC," kata Albiu masih setiap memegang kipas kecil itu.

"Nah gitukan baru namanya pacar idaman," jelas Runi memegang tangan Albiu lembut, namun matanya  membulat ketika ia melihat gelang hitam yang ada dilengan Albiu, "dapet dari mana gelang ini?"

"Oh, tadi ada orang gila yang ngasihin aku ini gelang," jelas Albiu, "jelek ya gelangnya."

"Bagus kok, aku suka," kata Runi cemberut sebentar, "buat aku ya?"

"Kamu mau?"

"Iya, mau banget," kata Runi tampak semangat.

Albiu melepas gelang itu perlahan,"apa gapapa gue kasih gelang pemberian Pak Vegas ke Runi?" batin Albiu tampak bingung, antara ngasih apa nggak.

"Kenapa, kamu ga mau ngasih?"

Albiu menoleh menatap Runi yang kini cemberut, lalu diberilah gelang itu kepapa Runi, "Yaudah ini pake."

"Beneran nih?" tanya Runi menerima gelang itu.

"Huum pake aja."

"Yaudah makasih ya sayang, oh iya hp nya bagus banget tau aku suka."

"Syukur kalau kamu suka, nanti besok jam 18:00, kita mau rayain bareng kan ulang tahum kamu?"

"Eh iya, hmm tapi kita cuma bisa ketemu 1 jam gapapa? "

"Gapapa, kamu juga perlu rayain sama keluarga kamu, aku ngerti kok."

"Oke ay, makasih ya udah selalu ngertiin aku, aku ga sabar nerima kado dari kamu."

Bersambung...

My Husband Is Police [BibleBuild]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang