“Ya.” Mia membuka pintu dan tersenyum kecil. “Thanks, Josh. Beritahu aku jika kau butuh bantuan soal Sophie.”

“Tentu.”

“Aku akan menjemput Sophie Sabtu depan.”

Josh tersenyum. “Baiklah.”

Setelah sosok Mia menghilang di balik pintu dan beberapa detik kemudian terdengar suara deru mesin mobil, Josh menyentuh dadanya. Entah kenapa rasanya begitu sakit, meski sudah hampir setahun mereka berpisah. Getaran itu masih ada di sana. Dan kecemburuannya terhadap Alex, pacar baru Mia, semakin lama semakin besar saja.

Tapi apa daya? Ia bahkan bukan siapa - siapa lagi bagi Mia. Selain mantan suami, tentu saja, dan ayah dari Sophie. Ia pun tidak tahu apakah ia masih memiliki ruang di hati Mia, atau sudah sepenuhnya tergantikan oleh Alex.

Daddy...

Panggilan Sophie menyadarkan Josh dari lamunan. “Ada apa, Sweetheart?

“Aku mendengar Mommy dan Alex membicarakan soal tanggal, Daddy. Apakah itu artinya mereka akan menikah?”

Rasanya seperti ada seberat puluhan ton palu yang menghantam kepala dan ribuan pisau yang tertancap di ulu hati Josh.

“Benarkah?” Suara Josh terdengar tercekat.

“Iya, Daddy.” Sophie memasang wajah cemberut. “Apakah itu maksudnya Mommy dan Daddy tidak bisa bersama - sama lagi?”

Josh menghembuskan napas. “Kalau memang Mommymu bahagia, kita juga harus bahagia untuknya...”

“Tapi, Dad...”

“Ya?”

“Aku tidak suka dengan Alex.

Josh memandang Sophie dengan terkejut. “Kenapa?”

“Entahlah, terkadang aku takut...”

Josh mengacak rambut Sophie. “Mungkin kau hanya belum mengenalnya lebih jauh, Sweetheart. Kalau Mom menyukainya, kau juga pasti menyukainya.”

“Apakah itu berarti Mom juga menyukaimu, Daddy?

Josh menelan ludahnya. Mungkin dulu, iya. Tapi segala sesuatunya berubah semenjak... mereka kehilangan calon anak mereka yang keguguran beberapa bulan lalu.

Daddy tidak tahu,” jawab Josh jujur.

“Aku bahkan berdoa supaya kita bisa bersama - sama lagi,” ujar Sophie. “Aku merindukan saat kita pergi piknik bertiga setiap minggu, Daddy.”

“Daddy juga merindukannya,” ujar Josh. Tidak ingin larut dalam perih hatinya, ia tersenyum pada putrinya. “Tapi lebih baik sekarang kita bersiap - siap untuk tidur, ok? Kau tidak mau kesiangan untuk pergi ke sekolah besok, kan?”

Sophie hanya tertawa saat sang ayah menggendong tubuh mungilnya dan menggiringnya ke lantai atas.

***

Josh masih berada di kantor dengan pikiran tidak tenang. Hari ini ia lembur, dan terpaksa harus meminta bantuan seseorang untuk menjaga Sophie di rumah.

Karena beberapa orang yang ia telepon tidak bisa, akhirnya ia menelepon seseorang yang... sebenarnya Josh memilih untuk tidak meminta bantuannya karena ia merasa tidak enak.

Mia.

Untunglah sepulang dari tempat Mia mengajar piano privat, ia memiliki waktu luang untuk menjemput Sophie dari sekolah dan menemaninya hingga malam sampai Josh tiba di rumah.

Our Love JourneyWhere stories live. Discover now