"Diego ..."

"Hm?"

"Ka--kau belum menjawab pertanyaanku tadi."

"Hm? Yang mana?"

"Yang tadi itu! A--aku tidak mau mengulangnya lagi!"

Diego tersenyum tipis lalu mendongakkan wajahnya menatap wajah Elena di atasnya. Wajah Elena kembali bersemu merah. Diego mensejajarkan wajahnya dengan wajah Elena. Diego menopang tubuhnya dengan lengannya yang ia letakkan di setiap sisi kepala Elena.

"Menurutmu?"

" ...?"

"Ck, gadis bodoh! Aku mencintaimu."

Pengakuan Diego, sulit diproses Elena. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Diego mendengus, mengulang kembali perkataannya. Kali ini Elena dapat memprosesnya dengan lancar. Elena reflek bangkit dan secara tak sengaja kepala mereka saling berbenturan.

Tidak sakit bagi Diego, tetapi sakit yang didapatkan Elena. Diego membantu Elena mengusap dahinya yang merah itu. Meskipun sakit yang ia rasa, tetapi senyumlah yang terpasang di wajahnya.

"Aku senang, sangat senang ternyata kau pun menyukaiku! "

"Kalau begitu, mau kah kau hidup bersamaku?"

Elena terdiam. Senyum di wajahnya perlahan memudar. Diego memperhatikan gadis itu dengan perasaan was-was. Diego takut dengan jawaban Elena nanti, namun di luar dugaannya. Elena kembali tersenyum lebar hingga menampakkan gigi putihnya.

"Aku mau asal itu bersama Diego!"

'Semudah itu dia menyetujui ajakanku? Tidak berhargakah dunia ini untuknya ...?' batin Diego tidak sulit percaya. Elena melambaikan tangannya di depan wajah Diego. Diego tersadar dan mengerutkan dahinya. Diego memegang kedua pundak Elena dan menatap tepat kedua mata gadis itu.

"Kau ...kau tahu apa maksud ajakanku barusan itu?"

"Ya, aku paham. Kau ingin mengajakku pergi ke duniamu, kan? Lalu kita akan hidup bersama di sana, kan?"

Mata Diego membulat lebar. Dia melepas tangannya dari pundak Elena dan membalikkan tubuhnya. Elena mengangkat satu alisnya melihat tingkah aneh Diego sekarang. 'Apa aku salah bicara?'

'Dia tahu itu!? Bagaimana bisa dia mengetahuinya?!' Diego berbalik menghadap Elena lagi. Elena menatapnya dengan polos.

"Aku tidak tahu kenapa kau bisa mengerti maksudku. Tapi, jika kau bersedia hidup denganku di duniaku maka kau harus berubah menjadi seperti kami. Kali ini kau mengerti maksudku?"

"Maksudmu, aku harus menjadi vampir dulu?"

"Iya."

"Tunggu sebentar, biarkan aku berpikir. Pertanyaan ini tidak ada di film yang pernah aku tonton!"

Diego seketika menampilkan wajah bodohnya mendengar perkataan yang keluar dari mulut gadis itu. 'Jadi pertanyaanku sama dengan film yang ia lihat, lalu dia meniru jawaban dari film itu juga ...!? Sebenarnya dia itu polos atau bodoh?!'

Diego memijat pelipisnya kemudian menghilang dari sana. Elena yang selesai berpikir, berbalik menghadap Diego namun sudah tidak menemukan pria itu di sana. Elena mencari Diego di ruangan itu. "Dia pergi sebelum aku menjawabnya!?"

Diego berteleportasi ke kastilnya, akan tetapi dia salah sasaran tempat. Diego muncul tiba-tiba di dalam kamar Amber. Giovanni dan Amber lantas menghentikan kegiatan mereka dan menatap Diego dengan kaget, begitupun Diego.

"M--maafkan aku, aku salah tempat! Silahkan lanjutkan, aku akan pergi!" Diego mengambil langkah lebar keluar dari sana. Diego merutuki dirinya sendiri karena ceroboh.

Baru dua langkah dirinya keluar dari kamar Amber, suara Giovanni menghentikannya. Giovanni menutup pintu di belakangnya lalu merapikan bajunya yang berantakan. Giovanni melipat tangannya di depan dada dan menatap Diego datar.

"Kau tahu apa kesalahanmu?"

"Ya, aku tahu. Bukankah aku sudah meminta maaf pada kalian tadi?"

"Kau pikir masalahmu semudah itu? Gara-gara dirimu, Amber tidak mau melanjutkan kegiatan kami lagi! Kau harus dihukum untuk ini!"

"Hukuman?"

"Ya. Cepat bereskan semua pekerjaanku, aku mau selesai hari ini juga!"

"KAU---"

"Tidak ada bantahan!"

Diego mendengus, pergi meninggalkan Giovanni yang tertawa penuh kemenangan. Kesialan bagi Diego dan keuntungan baginya. Giovanni kembali memasuki kamar Amber. Amber duduk di ranjang dan menatap Giovanni heran karena pria itu terus tertawa.

"Kau mengerjai Diego lagi? Kau sangat usil, Gio!"

"Diam saja! Ini juga salahnya yang sudah hilang dari kastil sejak tadi pagi hingga sore dan tidak membantuku sama sekali!"

"Hah, wajar baginya seperti ini karena dia baru mengenal cinta. Jangan lupakan dirimu dulu juga sama sepertinya!"

Giovanni tersenyum, menarik Amber untuk berbaring di dadanya. Giovanni memainkan rambut panjang Amber. "Penobatanku menjadi raja hanya tinggal beberapa hari lagi. Aku yakin tepat di hari itu, Diego berhasil membawa gadis itu ke sini."

Sedangkan Diego, pria itu sekarang sibuk dengan kertas-kertas di meja kerja Giovanni. Diego merutuki Giovanni setiap detik karena dirinya merasa sedang dipermainkan oleh pria itu. Pekerjaan Giovanni masih sangat banyak dan Diego lah yang harus menyelesaikannya.

Diego menyelesaikan hukuman dari Giovanni itu sebenarnya dengan tidak ikhlas jadi dia tidak menyelesaikan semua lalu pergi dari ruang kerja Giovanni. Diego pergi ke hutan mencari hewan buruannya, sekarang dia mulai terbiasa dengan darah hewan.

Diego berhasil menangkap satu ekor buruannya, dan menyesap langsung darah hewan itu. Diego membuang bangkai hewan tersebut dan mengelap mulutnya. "Cih, masih saja hambar!"

Diego duduk di batang pohon tumbang di sana. Diego memijat keningnya dan menunggu hewan melintas di depannya. Tetapi sayang, tidak ada satupun hewan yang lewat di depannya, Diego akhirnya kembali ke kastil.

Rasa darah hewan tiba-tiba terasa hambar di lidahnya dan dia mudah lapar akhir-akhir ini. Diego tidak mengerti yang terjadi pada dirinya. Diego berpapasan dengan Giovanni saat Diego hendak pergi ke kamarnya.

"Kau sudah menyelesaikan hukumanmu?"

"Kenapa tidak kau lihat sendiri? Sudah, aku perlu istirahat!"

"Tunggu, Die---"

Diego langsung melesat dengan cepat. Giovanni menghela nafasnya, melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya setelah melakukan latihan dengan Jacob. Diego berbaring di ranjangnya dengan tidak tenang, pikirannya selalu tertinggal di dunia manusia.

Diego frustasi dan meninju tembok kamarnya hingga menciptakan lubang di sana. Diego mengacak-acak rambutnya kasar lalu duduk di ranjang. "Aku tidak bisa terus seperti ini! Rasanya aku kecanduan oleh darah gadis itu!"

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now