Back to Class

1.6K 218 41
                                    

Langit senja berwarna jingga menyelimuti jalanan Ulsan, saat Jungkook mengendarai motornya untuk menengok Taehyung di rumah sakit. Sedikit kesulitan menyetir dengan sebelah tangan terluka. Namun Jungkook dan tanggung jawabnya adalah mutlak.

Udara dingin jalanan sore menerpa wajah Jungkook yang sedikit memar pelipisnya. Hal yang sudah biasa ia alami selama ini. Tak heran, jika esok pagi ia akan memakai jaket panjang dan kacamata hitam untuk menyembunyikan luka di tangan dan ujung matanya.

Jungkook tiba di lobi rumah sakit tepat pukul enam sore. Ia langsung menuju ruang perawatan kelas tiga untuk menyambangi Taehyung di ranjangnya. Jungkook juga membawa susu pisang, stok terakhir di kulkas mininya. Ia khawatir Taehyung belum minum apa-apa. Sebotol susu pisang memiliki protein yang cukup tinggi untuk membantu proses pemulihan.

Namun, begitu Jungkook tiba di ruangan. Tak ia dapati Taehyung di sana. Pemuda tampan itu menghilang tanpa sisa. Tanpa jejak sama sekali, saat Jungkook bertanya pada perawat. Perawat itu enggan untuk memberikan alamat karena alasan privasi.

"Tuan Taehyung sudah dibawa pulang oleh saudaranya untuk dilakukan rawat jalan. Kebetulan lukanya tidak terlalu parah, kemungkinan satu dua hari sudah pulih. Paling lama satu minggu Tuan Tae sudah sembuh total."

Jungkook merasa masih berhutang pada Taehyung. Belum sempat merawatnya dengan betul, sampai menunggu Taehyung benar-benar pulih.

Dengan langkah gontai, Jungkook berlalu dari ruangan. Memegang erat kresek kecil berisi dua botol susu pisang kesukaanya. Yang rencana akan ia minum sendiri satu botol, kemudian salah satunya ia berikan pada Taehyung. Mereka akan minum susu pisang bersama, begitu rencananya.

.
.

Taehyung tertawa di dalam mansionnya, membuka perban di kepala dan lengannya.

"Luar biasa aktingmu, Hyung!" pujinya pada seseorang yang duduk di sofa.

"Aku tak sudi melakukan itu lagi, aku kasihan melihatnya, Tae. Dia sangat baik dan sopan." Seokjin menyahut, menunjukkan wajah penyesalan.

"Hei, Hyung! Ingat, dia adalah penyebab hancurnya hubungan orang tuaku."

"Iya-iya, aku ingat." Seokjin menyahut cepat.

"Aku hanya heran, pemuda sebaik dia bisa melakukan hal buruk. Sayang sekali."

"Bagaimanapun sikapnya, bagiku dia tetaplah bajing*an. Mungkin saja dia hanya pura-pura bersikap baik di depan orang lain, tapi di hatinya siapa yang tahu." Mengedikkan bahu sebelum melanjutkan, "Jangan sampai hyung tertipu wajah sok polosnya!"

Seokjin tidak menyahut ucapan Taehyung lagi. Karena jemputannya sudah datang. Suami tercintanya yang selalu terlihat menawan datang ke mansion membawa banyak dokumen. Dengan pakaian kerja yang masih utuh. Selalu rapi dalam segala suasana.

"Aku sudah memeriksa semua catatan, ada beberapa dokumen yang butuh tanda tanganmu." Setumpuk berkas yang berada dalam bantex, disodorkan ke meja depan Taehyung. Pria itu juga menyerahkan pulpen untuk dipakai membuat tandatangan.

Taehyung membuka bantex besar berisi laporan harian itu, membolak lembar demi lembar dengan wajah serius.

"Aku selalu bisa mengandalkanmu, Hyung!" Taehyung membubuhkan parafnya di samping poin-poin yang sudah ia periksa.

"Besok pagi aku yang akan membawanya ke kantor. Hyung boleh pulang dan beristirahat sekarang." Taehyung mendongak ke arah sepupunya.

"Aku harap kesehatan paman cepat pulih dan urusanmu cepat selasai."

"Tentu, terimakasih Hyung sudah membantu." Taehyung memberikan senyum tulus pada Kim Namjoon, sepupu merangkap wakilnya.

"Aku pulang dulu, Tae. Jangan lupa janjimu, cincin cartier edisi terbatas!"

The Golden Youth (Tamat Di Pdf) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora