Pulang

2.5K 302 64
                                    

Dua tiket tergeletak di tengah-tengah meja makan. Membuat kedua pandangan suami istri yang sudah lama tak akur lagi itu mengkerut oleh tanya.

"Apa ini, Tae?" tanya mereka hampir bersamaan.

"Tiket pesawat ke Roma. Kakek sudah membeli sebuah villa di sana untuk kalian tempati."

"Aku tidak akan kemana-mana, perusahaan membutuhkanku." Pria dewasa, meletakkan garpunya. Melihat Taehyung dengan pandangan tak nyaman.

"Perusahaan lebih butuh pemimpin muda dan sehat. Ayah butuh memulihkan diri sebelum kembali menempati posisi direktur di sana."

"Mama juga tak akan kemana-mana, Tae." Sohe mengucap tegas, tapi detik kemudian ia menyesal oleh ucapannya sendiri.

"Mama sangat memahami sifatku, kan? Jika ingin melakukan sesuatu. Sampai mati pun aku tak akan menyerah sampai itu berhasil." Taehyung mengusap sudut bibirnya dengan sapu tangan. Lantas berdiri dengan penuh wibawa.

"Tidak ada yang boleh menolak. Atau ayah ingin perusahaan terbengkalai? Dan juga ...." Taehyung beralih pada ibunya.

"Mama bilang Jungkook pantang menyerah. Mari kita lihat siapa yang akan menang di babak ini." Mengancingkan jas kerjanya. Taehyung berbalik dan pergi dari ruang makan.

Menerima tas kerja yang disiapkan sang asisten. Lalu masuk ke mobil sambil menelpon seseorang.

"Kumpulkan para manajer dan kepala divisi. Kita meeting pukul sembilan pagi ini. Tidak boleh ada yang terlambat!"

Taehyung menutup pintu mobil dengan keras. Ia pun langsung tenggelam pada laporan keuangan perusahaan yang dikirimkan wakil direktur sementara beberapa menit yang lalu.

"Periksa jadwalku seminggu ke depan, dari senin hingga akhir pekan." Taehyung menoleh pada asistennya yang duduk di belakang.

"Baik, Tuan."

"Anda punya jadwal kunjungan ke sebuah universitas setiap hari selama seminggu ini. Saya tidak mengerti, tapi yang tertulis seperti itu."

Taehyung menarik sudut bibirnya.

Itulah rencana yang aku susun tujuh belas jam yang lalu. Saat berhasil menyadap ponsel mama, dan melihat sendiri bagaimana gigihnya pemuda bermarga Jeon ini untuk merebut kembali apa yang bukan haknya.

Tujuh belas jam yang lalu.

Taehyung pikir ia sudah berhasil menjauhkan Jungkook dari ibunya. Setelah Sohe memutuskan hubungan di restoran. Disaksikan Taehyung yang menyamar menjadi penyanyi berbahasa spanyol. Memilih lagu yang tepat untuk menyindir ibunya.

Jungkook berusaha mengejar mobil yang membawa Sohe dan hampir saja Taehyung menabraknya dari belakang. Setelah kehilangan jejak Sohe, Taehyung kira pemuda itu akan menyerah.

Namun, seperti yang pernah dikatakan sang ibu. Bahwa Jungkook pemuda yang gigih dan tak akan menyerah begitu saja. Begitu Taehyung memejamkan mata untuk tidur. Notifikasi panggilan terus berbunyi di ponsel ibunya. Taehyung tentu saja tahu, karena atas dasar penyelidikan. Taehyung sudah mencloning data di ponsel Sohe.

Pemuda itu terus menelpon dan mengirim banyak kata-kata yang sungguh membuat Taehyung mendidih. Jika tak ingat pesan sang ibu, mungkin Taehyung sudah mendatangi Jungkook lalu menembak kepalanya.

Taehyung menemukan alasan lain untuk mengirimkan kedua orang tuanya ke Eropa. Selain agar hubungan mereka membaik, juga agar Jungkook tak bisa lagi mengganggu ibu Taehyung.

Terus terang itu ide yang brilliant, jika saja Taehyung tidak membaca kalimat-kalimat cinta yang saling sahut menyahut antara keduanya.

Sohe : Aku pergi sementara, aku akan kembali padamu.

The Golden Youth (Tamat Di Pdf) Where stories live. Discover now