Beginning

2.8K 338 75
                                    

Tidak semudah itu dan sangat mustahil untuk sebuah kesempatan datang kembali. Jika pun ada mesin waktu, kemungkinan akan sulit untuk kembali ke masa lalu. Kemudian yang bisa dilakukan sekarang adalah menyingkirkan pemuda selingkuhan ibunya, yang ternyata masih kuliah semester akhir di sebuah universitas swasta di Ulsan.

.
.

"Tidak, jangan lakukan itu, Tae!" Wanita berambut panjang itu mencengkeram lengan Taehyung. Suaranya bergetar oleh emosi dan rasa takut.

"Jangan lakukan apapun padanya, kumohon. Jika kau melukainya mama juga akan melukai diri sendiri!" ancam perempuan 45tahun itu. Mata merah dan pipi yang basah oleh air mata.

Taehyung mematung di depan pintu garasi yang sudah terbuka. Pistol di tangannya yang sudah terisi peluru perlahan menundukkan diri, yang semula dengan angkuh dan percaya diri siap untuk menghabisi nyawa seseorang.

"Ma... apakah kau sangat mencintainya daripada appa?"

Jari-jari wanita itu gemetar di dada Taehyung. Menyusul tangisannya yang pecah di bahu putranya.

"Dia melakukan segalanya untukku. Dia membuatku hidup. Maafkan mama!"

Dada Taehyung sesak, ada puluhan mungkin ratusan duri yang menancap di hatinya saat ini. Ngilu, perih dan ia dipaksa menahan semua karena orang di sampingnya adalah ibunya. Tidak terbayang bagaimana sakitnya sang ayah saat mengetahui bahwa istri yang sudah ia nikahi lebih dari dua puluh tiga tahun, lebih mencintai lelaki lain ketimbang dirinya.

Seperti apakah sosok Jeon Jungkook ini? Yang sudah membuat ibu Taehyung menjadi pecinta gila? Lupa pada statusnya sebagai seorang istri.

"Mama!" Taehyung memanggil ibunya dengan bibir bergetar, ia tak ingin emosi dalam kepalanya terlampiaskan pada sosok yang sudah melahirkannya ke dunia.

"Aku akan menghabisi pemuda bernama Jungkook meski nanti aku harus berakhir di penjara. Tapi jika ...." Taehyung berhenti untuk mengambil napas, karena dadanya begitu berat untuk meraup oksigen di sekitar.

"Apa yang bisa mama lakukan agar kau mengampuninya?" Wanita itu memohon dengan air mata bercucuran.

"Lakukan satu hal saja untuk aku dan appa." Helaan napas berat.

"Jauhi pria itu!"

"Tae ...."

"Aku beri waktu tujuh hari untuk melalukan itu. Jika dalam tujuh hari mama tidak bisa melakukan itu. Maka mama tak akan pernah melihatnya lagi di dunia."

Pintu garasi kembali ditutup, Taehyung meninggalkan ibunya di sana. Ia menjauh dari wanita itu agar emosinya tidak meledak di sana. Mengendarai mobil hyundai sport-nya. Taehyung melaju cepat menuju apartemen sahabatnya.

Pilihan yang bijak, daripada dia pergi ke bar. Minum, lalu mabuk, atau lebih parah memesan jalang untuk menghibur diri.

Begitu pintu apartemen dibuka, Taehyung langsung memeluk pria di depannya dengan erat.
"Tolong aku, Hyung. Aku sedang tidak baik-baik saja."

.
.

Beberapa kali seorang pemuda mencoba menelpon kekasihnya. Tapi nada sambung di nomor yang ia tuju selalu dijawab oleh operator. Sudah hampir tujuh hari kekasihnya tidak ada kabar. Tidak biasanya sang kekasih seperti itu. Biasanya telepon dari pemuda itu akan langsung diangkat pada nada dering yang kedua.

Pemuda itu melihat sekeliling, bunyi bel kembali ke kelas sudah dibunyikan. Terpaksa ia memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku. Setengah berlari menuju kelasnya. Karena dosen yang mengajar hari ini sangat disiplin sekali.

"Selamat siang semua," sapa sang dosen dengan senyum manisnya. Dosen bermarga Park itu memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana, berjalan ke papan putih untuk menuliskan sesuatu.

The Golden Youth (Tamat Di Pdf) Where stories live. Discover now