PDKT

1.8K 201 39
                                    

"Aku serahkan tanggung jawab perusahaan ini pada sepupuku Kim Namjoon, untuk sementara waktu." Taehyung menyudahi rapat hari itu, sembari membagi dua tumpuk map dengan isi serupa kepada sepupunya.

"Ini laporan perusahaan dari semua divisi untuk bulan ini."

"Kau yakin dengan ini?" Namjoon melihat ke arah Taehyung dengan pandangan ragu.

"Tentu saja, Hyung. Kau yang paling kompeten dan dapat dipercaya."

"Tapi kau jauh-jauh kembali dari Eropa—"

"Ada sesuatu yang urgent yang harus aku selesaikan." Taehyung melirik jam tangan cartier di lengan kirinya. Lalu memanggil sang asisten.

"Kau sudah siapkan semuanya untuk besok?"

Pria empat puluh tahun itu mengangguk. "Silakan Tuan Muda cek sendiri kelengkapannya!" Menyerahkan tab untuk diperiksa.

"Taehyung, aku akan bekerja sesuai tanggung jawab yang kau amanahkan. Tapi ... sebagai pemilik perusahaan ini, aku harap kau segera kembali untuk menempati posisi."

"Tenang, Hyung. Aku tidak akan lalai akan hal itu. Aku akan terus memantau perkembangan perusahaan sambil lalu menyelasaikan apa yang sudah kumulai," ucapnya sambil menyatukan dua tangannya di bawah dagu.

Tunggu besok pagi, Jungkook. Kau tak akan bisa bertemu ibuku lagi.

.
.

"Kau butuh sesuatu?" Jungkook bertanya kaku pada pria yang berbaring di ranjang rumah sakit.

Taehyung menggeleng lemah, menunjukkan raut wajah sendu tak terkira. Hidungnya kembang kempis menahan tangis, membuat Jungkook kebingungan harus berbuat apa.

Jungkook tidak pintar bergaul, susah baginya untuk membaur. Apalagi berbasa-basi pertama kali. Tapi menjadi kewajibannya saat ini untuk menenangkan korbannya. Ia takut cidera di kepala pria yang mengaku Taehyung ini akan sulit untuk pulih, jika ia terus menangis lalu stres dan tubuhnya drop.

"Apa yang bisa kubantu?" Jungkook bertanya sambil memegang lengan pemuda itu lembut.

Taehyung menggeleng lemah, menyedot lagi ingusnya yang hampir turun. Dengan cepat Jungkook meraih tisu di meja lalu menyodorkannya pada Taehyung.

"Kau tidak boleh menangis di saat seperti ini, kau harus pulih. Maaf soal di jalan tadi, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Aku juga sudah membayar biaya pengobatan—"

"Hei, Tae!" Terdengar teriakan melengking dari arah pintu. Membuat semua orang menoleh ke arah suara.

"Bodoh sekali kau ini ya ... hanya karena perempuan jal*ang kau jadi begini. Hei ... Bung! Dunia ini luas, banyak gadis yang bisa kau kencani. Kenapa kau malah menabrakkan diri di tengah jalan!!"

"Ma-maaf Tuan, ini semua kelalaianku. Aku yang sudah menabraknya." Jungkook meyela, mengakui kesalahannya. Ia tak mau Taehyung stres oleh omelan orang yang baru datang ini.

"Beruntung sekali kau Tae, orang yang menabrakmu punya hati nurani, mau bertanggung jawab. Kenapa kau tak lompat dari gedung pencakar langit saja jika ingin bunuh diri, jangan hanya berkeliaran di jalan saat mabuk pada siang hari. Bagaimana jika kendaraan pemuda ini rusak oleh ulahmu?"

Jungkook memijat pelipisnya, ini tak bisa dibiarkan. Taehyung bisa-bisa semakin depresi mendengar omelan orang itu. Jungkook harus segera mengambil sikap.

"Maaf Tuan, tapi Taehyung butuh istirahat untuk pemulihan. Silakan Anda tunggu di luar. Jika tidak, saya akan memanggil perawat untuk memberitahu Anda bahwa pasien butuh ketenangan."

The Golden Youth (Tamat Di Pdf) Where stories live. Discover now