Makhluk Seberang Zaman 11

38 14 0
                                    

Mereka berdua segera menghampiri wanita itu. Tapi kurang dari empat langkah, keduanya sama-sama berhenti dan tak berani melanjutkan niatnya, karena wanita itu menudingnya dengan kata-kata tegas.

"Sorry, masalah ini bisa kami selesaikan sendiri." Suara tegas itu bagaikan mengandung pengaruh mistik yang membuat setiap orang merasa enggan mencampuri urusan
tersebut.

Johan semakin kebingungan melihat orang-orang di sekitarnya hanya bisa memandangi tanpa mampu berbuat
apa-apa. "Jo, kau mau pilih ikut aku atau tetap disini bersama gadis
murahan ini?" Tantang wanita yang berusia sekitar 28 tahun itu.

Akhirnya Johan memilih ikut apa kata wanita asing itu ketimbang bikin keributan berlarut-larut. Johan akan merasa semakin tidak enak dan lebih malu lagi kalau sampai wanita
itu mengamuk di tempat tersebut.

"Bagaimana dengan Irnis?" tanya Johan sewaktu mereka ingin melewati pintu keluar.

Wanita itu berhenti sebentar,
matanya memandang ke arah Irnis. Tanpa melakukan apa-apa, tapi semua orang tahu bahwa Irnis segera terkulai lemas. Jatuh terpuruk dengan suara rintihan pelan, ia segera ditolong oleh Riza. Johan melihat keadaan Irnis kembali normal. Napas pun terhempas lega. Kini ia tinggal menghadapi apa maunya wanita cantik itu.

"Mau kau bawa ke mana aku ini?"

"Ke tempat yang lebih romantis."

"Di mana?"

"Pilih sendiri. Tapi jangan di tempat sekotor tadi."

"Mana mobilmu?"

"Itu!" si wanita menunjuk sebuah suzuki Side. Kick warna hijau tosca.

Johan langsung protes. "Itu mobilku."

"Sama saja mobilku juga."

"Mana bisa disamakan begitu. Kau...."

Kata-kata itu terhenti seketika, karena Johan terbelalak kaget melihat pintu mobilnya terbuka sendiri. Padahal pintu mobil itu dikunci dan diberi alarm anti maling. Jika mau dibuka
harus dibebaskan dulu dari sensor alarm-nya. Tapi kenapa sekarang pintu mobil itu justru terbuka dengan sendirinya tanpa suara apa pun?

"Cepatlah naik!" desak wanita itu. Johan hanya bisa mengikuti perintah itu dengan terbengong-bengong sangat kebingungan. Mobil pun dijalankannya tanpa tujuan yang pasti.

"Aku belum tahu siapa namamu dan dari mana...."

"Countru!" potong wanita itu.

"Siapa?"

"Countru. Itu namaku."

Johan terheran-heran sambil
menggumam merasakan sifat asingnya terhadap nama tersebut.

"Countru. Kok seperti nama minuman beralkohol Countru?"

Wanita itu diam saja, tapi melirik Johan dengan menyunggingkan senyum tipis. Senyum samar-samar itu tertangkap oleh lirikan mata Johan. Kontan hati Johan
berdebar-debar indah, jantungnya berdebar cepat. Dan ia mulai menemukan sesuatu yang janggal dari diri Countru.

"Parfum...," gumamnya dalam hati.

"Bau aroma wanita parfumnya begitu lembut, namun membakar gairah birahiku. Sama dengan aroma parfum yang tempo hari kutemukan di
dalam almari pakaianku. Hmm, apakah perempuan ini yang tempo hari meletakkan botol parfum berbentuk piramid terbalik itu."

Johan belum sempat menanyakan, karena pikirannya segera disibukkan dengan tujuan mereka malam itu. ia jadi bingung, mau dibawa ke mana wanita cantik berdada montok tapi berbentuk indah itu. Ia sendiri sebenarnya ingin tahu, apa maksud Countru membawanya pergi dari night club tersebut.

47. Makhluk Seberang Zaman✓Where stories live. Discover now