Makhluk Seberang Zaman 5

37 13 0
                                    

Namun alangkah terkejutnya begitu membuka pintu kamar, ternyata suasana kamarnya sudah berubah total. Kamar itu menjadi lebih bagus, lebih mewah, lebih luas dan segalanya serba lux.

Ranjangnya terbuat dari lempengan emas berukir dengan kelambu halus penghias bagian atasnya. Kamar itu
menjadi seperti kamar seorang bangsawan yang dilengkapi dengan meja kerja dengan kaki meja dari gading asli.

"Gila. Apa-apaan ini? Kenapa kamarku jadi semewah ini?"
Johan terbengong-bengong sangat kagum. Jantungnya menjadi berdetak cepat dan sekujur tubuhnya merinding.

Debar-debar hatinya telah membuat pernapasan sedikit sesak dan lidah pun kelu. la mengedip-ngedipkan matanya ber kali-kali bahkan menguyal-nguyal dengan tangan. Ternyata penglihatannya tidak berubah. Ia tetap melihat kamarnya
berlantai batuan hijau lumut yang memancarkan cahaya fosfor.

Sebagian lantai dilapisi permadani indah, terutama di sekitar ranjang dan di sekeliling satu set mebel mewah. Di dinding dekat jendela yang dihiasi gorden biru dari kain tipis dan bagus sekali itu, ia melihat lukisan besar berukuran 120 X 90 sentimeter.

Lukisan itu agaknya bukan terbuat dari cat minyak atau cat tinta. Lukisan itu mirip seperti foto, tapi
menurutnya juga bukan foto biasa. Tinta lukisan bagaikan terbuat dari semburan tinta khusus yang dibentuk oleh sinar laser.

Lukisan itu adalah lukisan seorang lelaki berusia sekitar 60 tahun tapi masih tampak gagah dan tegap. Lelaki itu berhadapan dengan seorang wanita cantik berusia separuh baya. Mereka saling melingkarkan tangan di pundak dan dipinggang lawan jenisnya. Tampak mesra sekali. Keduanya saling berpandangan dengan romantis.

Johan memaksakan kakinya untuk melangkah walau kaku rasanya. Seperti mengendap-endap ia mendekati lukisan tersebut dan memperhatikannya lebih cermat lagi.

"Pria bercambang tipis dan berambut abu-abu yang ada dalam lukisan ini... mirip sekali dengan diriku. Oh, bukan, sepertinya mirip dengan almarhum Papa. Tapi, perempuan
itu nggak mirip Mama. Siapa perempuan itu? Oohh, dia
mengenakan kalung berlian yang kemarin hilang secara misterius?"

Gemetar kaki Johan memandangi kalung berlian itu. Semakin meremang merinding sekujur-tubuhnya didera debar-debar dalam dada yang kian bergemuruh. Rasa takutnya mulai menyerang jiwa. Johan pun segera lari keluar dan menutup pintu kamar tersebut.

"Porong! Rooong! Coba kemari sebentar, Rong!" Serunya dengan nada tegang dari ruang makan.

Porong pun segera menghampiri dengan sopan. "Ada apa, Den Johan?"

"Rong, isi kamarku, lihatlah! Lihat sana!"

"Apa maksud Aden?" Porong pun kebingungan, ia didorong-dorong agar segera melihat kamar tidur majikannya.

"Lihatlah sendiri keadaan di dalam kamar tidurku itu. Semuanya berubah, Rong. Berubah total. Tidak ada satu pun barang-barang ku yang ada di sana."

"Ah, apa benar semuanya berubah?" gumam Porong mulai terheran-heran sambil tetap didorong majikannya dari belakang.

Porong pun akhirnya membuka sendiri pintu kamar itu dengan merinding dan tangannya gemetar, sebab ia tersugesti untuk ikut tegang, seperti yang dialami majikannya.
Dahi Porong berkerut tajam, matanya memandang bingung. Hatinya tak merasakan terkejut sedikit pun. la justru memandangi majikannya dengan sikap protes.

"Mana, Den? Apanya yang berubah?"

Johan bingung menjawabnya. Ia juga memandang nanar ke sana-sini, karena keadaan kamarnya kembali seperti biasa.

Tak ada ranjang emas, tak ada lukisan besar, semua kemewahan yang tadi
dilihatnya sama sekali tak tersisa sedikit pun. Yang ada hanyalah springbed dan perabot seperti biasanya.

47. Makhluk Seberang Zaman✓Where stories live. Discover now