17

6.3K 511 15
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Jeftha ikut berlari diantara empat remaja lainnya, tapi anak itu menyadari jika salah satu dari remaja itu adalah kakak tirinya, lebih tepatnya Dipta anak sulung ayahnya.

"Woylah ini bocil siapa?" Seru Genta dengan nafas yang ngos-ngosan.

Ketiga temannya sontak memandang Jeftha.

"Jeje takut di kejar anjing, jadi Jeje ikutan lari" Jawab Jeftha saat tau dirinya lah yang di maksud si bocil.

Nafas anak itu juga tak kalah ngos-ngosan, bahkan wajahnya sudah memerah.

Tubuhnya yang kecil dan pendek begitu terlihat mungil di antara empat remaja itu.

Dipta memandang malas ke arah Jeftha, tak tau kenapa bocah itu bisa berada di sini.

Sampai tiba-tiba seorang warga yang kebetulan lewat dengan sepeda motornya berhenti, lalu beliau mengambil sebuah batu dan mencoba mengusir anjing galak itu.

Anjing itu berhenti namun tidak langsung pergi, anjing hitam itu sempat mencari celah untuk kembali mengejar, namun sepertinya pria dewasa itu mengenal anjing hitam itu, sehingga anjing tersebut pun tak berani melewati beliau.

Sedangkan keempat remaja ditambah bocah manis itu berdiri berlindung di belakang tubuh pria dewasa itu, kelimanya terlihat kelelahan akibat berlari.

Jeftha sendiri tak sadar jika tangan mungilnya menggenggam erat baju seragam bagian belakang milik Dipta, anak itu sunggu terlihat kecil di balik punggung abang tirinya.

Begitu pun dengan Dipta remaja itu masih fokus melihat anjing hitam itu, tak sadar jika adik tirinya tengah berdiri begitu dekat dengannya.

"Makasih Pak" Ujar Darma begitu anjing itu pergi.

"Kenapa bisa di kejar?" Tanya Beliau.

"Anu itu Pak, saya tadi gangguin anjing itu Pak, kirain gak segalak itu eh taunya ngejar Pak hehe" Jawab Genta yang sempat-sempatnya.

Beliau menggeleng, lantas kembali menuju sepeda motornya yang di parkir asal.

"Yasudah lain kali jangan begitu, saya pamit dulu" Pamit bapak itu membuat kelimanya mengangguk.

"Aduhhh buset jantung gue" Dramatis Genta begitu bapak itu pergi.

"Lu sih tolol banget" Kesal Geral sambil menabok lengan Genta.

"Ya maaf kan gue kira kagak galak" Balas Genta sambil mengusap lengannya yang perih di tabok Geral.

Uhuk...uhukk...

Suara batuk dari Jeftha membuat keempatnya menatap ke arah anak itu.

Tangan Jeftha pun sudah tak memegang seragam milik Dipta lagi. Tangan mungilnya sudah sibuk memegang dadanya yang terasa sesak, asmanya pasti kambuh di bawa berlari tadi. Kini nafas yang ngos-ngosan sudah terdengar mengi.

JEJE [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang