Plot Twist ; an unexpected shit
Danisha ; the plot twist itself
_________________________________________________
Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Mereka jelas masih sekolah, terlihat salah satu dari mereka ada yang memakai seragam. Apakah Danisha harus mengecek nya? Ah, padahal Danisha sudah sangat lelah dan ingin segera ke hotel, tapi atas nama kemanusiaan Danisha harus mengecek siapa itu. Siapa tau orang itu sekarang sedang terluka parah dan butuh pertolongan. Siapa tau juga jika dia seorang perempuan dan--hah?! Jika dia perempuan bagaimana kalau dia baru saja dilecehkan?! Dugaan itu menyentak Danisha sehingga membuat dia sedikit berlari untuk mencari keberadaan seseorang tersebut.
Karena penerangan lampu taman yang sedikit redup--jarak pandang Danisha sedikit terganggu. Dia merasa cukup kesulitan. Saat Danisha bergerak ke arah kolam dengan jembatan di taman itu, Danisha mendengar suara batuk dari seseorang laki-laki, dan Danisha menduga bahwa itulah orang nya. Sedikit lega menemukan fakta bahwa itu bukanlah seorang perempuan. Karena itu akan membuat Danisha kepikiran dengan adik nya Tanisha.
"Hei." Danisha segera menghampiri seorang pemuda yang terlihat terkapar dengan baju yang kotor dan sedikit berlumur darah.
"Kamu nggak apa-apa?" Danisha bertanya saat sudah berada di belakang pemuda tersebut.
"Sialan!" Pemuda tersebut mengumpat dan tidak menjawab pertanyaan Danisha.
Seketika itu juga Danisha merasa menyesal karena memutuskan untuk membantu si pemuda tersebut. Karena ternyata seseorang yang baru dihajar oleh para anak muda itu adalah...
"Lo ngapain disini?!"
Takshaka.
Danisha mendatarkan wajahnya dan mendengus kesal. "Bad Luck."Keluhnya dalam hati. Lihat-lihat, ketengan yang beberapa waktu lalu Danisha rasakan sekarang sudah sirna.
"Lo ngapain tengah malam begini? Lo mau bunuh diri?" Takshaka mencoba berdiri, tapi tampaknya kaki Takshaka terkena pukulan kayu. Ada sedikit noda darah di lututnya.
"Arrgh." Danisha hanya melihat. Iba? Tidak sedikitpun.
"Lo ngapain? Lo ngikutin gue hah??"
"Takshaka, lo bukan matahari dan gue bukan bumi. Kenapa gue harus selalu ngikutin lo?" Danisha memutar mata malas.
"Terus kenapa lo bisa sampai ada disini? Lo nggak mungkin bisa ada disini secara kebetulan."
Danisha juga tidak percaya. Dari sekian banyak tempat dan dari sekian banyak manusia kenapa dia harus bertemu Takshaka. Apakah dunia novel ini sekecil biji kacang sampai dia harus bertemu dengan manusia yang itu-itu saja. Terlebih Takshaka, Danisha sudah sangat muak.
"Jangan-jangan lo nge-.." Takshaka melirik Danisha dengan tatapan mencurigakan seolah Danisha sedang melakukan hal yang buruk.
Plak!
Danisha menghantam bahu kiri Takshaka dengan belajaannya.
"Aahrgg! Lo nggak lihat gue lagi sakit?!" Erang Takshaka sambil memperlihatkan wajar babak belur dan tubuh memarnya.
"Salahin mulut lo yang nggak pernah sopan sama gue," Danisha melanjutkan "Gue nginep di hotel X, gue baru pulang dari supermarket, duduk di tanam dan sebuah kesialan karena gue ketemu lo, puas?"
Takshaka hanya diam dan sibuk meratapi rasa sakitnya. Danisha tidak merasa iba karena Takshaka tidak tau diri. Jika ditolong dia akan merasa sombong dan percaya diri. Percaya diri kalau dia masih di cintai. Padahal kan amit-amit cabang bayi.
"Kayaknya lo baik-baik aja, kalau gitu pergi."
Takshaka melotot, "Woy, lo nggak punya hati?"
"Punya, sebelah sini." Tunjuk Danisha ke sebelah kiri perutnya.
Takshaka terlihat kesal. "Lo nggak lihat ke-adaan gue?"
"Lihat, gue punya mata."
Cewek ngeselin!
"Gladis, gue luka dan lo mau ninggalin gue disini sendirian?"
"Lo kan punya banyak anj--orang-orang, telpon mereka aja." Yang Danisha maksud adalah Yoga dan Soni.
"Nggak bisa, handphone gue udah di ambil."
"Yaudah, lo langsung kerumah sakit aja. Bawa diri sendiri." Danisha memberi saran.
"Gue nggak bisa!"
"Gue pinjemin hp gue buat pesen taksi." Takshaka harus berterimakasih atas kesabaran Danisha yang tidak setipis tisu.
"Nggak bisa."
"Yaudah gue telfonin tante Nirmala."
"Nggak bisa! gue nggak bisa pulang kerumah."
Danisha jadi mulai kesal." Mulut lo mau gue kuncir? Biar nggak bisa ngomong sekalian."
"Ini semua gara-gara lo."
"Lah?" Danisha salah apa?
"Orang tua gue ngehukum gue gara-gara lo. Semua kartu dan fasilitas gue di sita. Gue nggak bisa pulang kerumah."
"Terus?" Danisha masih berusaha mencerna.
"Jadi lo harus tanggung jawab."
"Hah?" Maksudnya?
"Gue nginep di hotel X."
Bencana.
Tbc
*** Kira-kira Danisha setuju atau nggak?
Jangan lupa kasi bintang dan komen ya guys😗
Next??
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gladisya 18 y.o
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.