Banteng mengamuk
.
.
.
.
.
Danisha dengan kaki luar biasa berat mengikuti langkah membara dari Takshaka. Agak nya, pemuda itu sudah sangat tak sabar untuk menumpah emosinya yang siap meledak detik ini juga.
"Ikut!" Takshaka menyeret Danisha. Membawa mereka berdua ke halaman belakang yang lumayan jauh dari para orang tua.
"Diem!" Takshaka kembali membentak Danisha saat wanita itu memberontak kecil dalam genggamannya. Ada rona memerah yang muncul dalam cengkraman erat itu. Takshaka lantas menghempas Danisha kasar, beruntung dia bisa menjaga keseimbangan tubuh sehingga punggung nya tidak terbentur ke dinding.
Danisha melotot, hendak menyembur pemuda itu karna sudah terlalu berang akan sikap kasarnya pada seorang wanita. Tapi belum satu kata terucap, Takshaka sudah lebih dulu mengeluarkan lava emosi nya.
"Apa mau lo, hah?!" Dia memburu Danisha bagai banteng yang siap menyeruduk.
"Gue bilang jangan banyak tingkah!" Takshaka tak sekalipun mengendurkan rahang ketat serta tatapan tajamnya. Pemuda itu menatap Danisha layaknya daging segar yang siap ia koyak-koyak.
"Gue nggak ngerasa, tuh," Danisha mencoba santai dengan mengorbankan emosi yang beberapa waktu lalu menghinggapinya.
"Gue?" Ulang Taksha dengan raut tak habis pikirnya, dia lantas menatap Danisha dengan mencemooh, "mau bersandiwara kayak gimana lagi, ha?" Pemuda itu melangkah maju, mengikis jarak diantara keduanya dengan nafas memburu.
"Mau pura-pura amnesia? Taktik lo sekarang gitu buat cari perhatian?" Takshaka terkekeh sinis. Matanya memicing benci ke arah Danisha.
"Basi! Gue bener-bener muak sama tingkah lo, Gladis," dia menuding Danisha dengan jari telunjuk nya, "apa yang lo cari hah?! Perhatian? Mau disayang?! Percuma! lo nggak akan dapetin itu! Udah lebih baik lo tidur selamanya."
Plak!
Akhirnya emosi Takshaka bersambut.
"Mudah banget untuk bilang kematian lebih baik bagi orang yang susah payah bertahan untuk hidup berharganya. Untuk ukuran cowok ucapan lo benar-benar terasa kayak bajingan," Danisha menyelak, tampa sempat memberi waktu untuk Takshaka terkesiap atas tindakan tak terkiranya.
"Ouh, udah berani ngelawan gue?" Cela Takshaka ketika rasa kejutnya beralih menjadi amarah. Dia hendak merangkum kembali wajah Danisha dalam cengkramannya tapi segera ditepis oleh gadis itu. Danisha melangkah mundur mengukir jarak, bukan karna takut, tapi dia enggan ikut terseret emosi saat deru nafas Takshaka menghantarkan hawa panas padanya.
"Ya. Terlalu bodoh untuk biarin lo bertindak senenak jidatnya sama gue," tandasnya tak gentar.
Takshaka mendengkus keras.
"Begitu. Dulu-dulu lo bertingkah murahan, sok polos, sok lemah. Memuakkan! Sekarang, mau betingkah sok jual mahal? Drama apa lagi yang mau lo peranin?"
Drama pembunuhan mau?
Karna demi apapun Danisha gatal ingin merobek mulut tak sopan itu.
"Gue mengakui kekhilafan bodoh yang udah terjadi dimasala lalu. Memuja lo adalah kesalahan fatal yang nggak akan pernah gue ulangi. Dan gue, bertaruh dengan hidup gue sendiri," tekan danisha dengan keteguhan terpancar kuat yang berusaha ditampik oleh Takshaka, ingat kalau cewek ini tengah bersandiwara tegur nya dalam hati.
"Lo selalu terlihat menyedihkan dimata gue, Gladis." pemuda itu menggeleng dengan aura yang lebih santai.
"Nggak lagi," balas Danisha tegas, "Lo akan ngelihat gue bersinar dengan kepakan sayap yang indah,"
Takshaka praktis menoleh, dia melayangkan tatapan remeh lalu sejenak tertawa mengejek.
"Jangan terlaku banyak mimpi, lo cuma cewek murahan yang gak tau diri," kekehnya.
"Gue nggak bermimpi, udah cukup tidur terlalu lama. Sekarang, lo bisa lihat, gue udah bangun dari mimpi bodoh itu," dan Danisha masih dengan jawaban tak terkira yang selalu berhasil membuat Takshaka sedikit kesulitan untuk membuatnya lumpuh seperti sebelum-sebelumnya.
"Tunggu aja. Cewek murahan ini akan menunjukan pesonanya sehabis bangun dari kubangan lumpur karna terlaku bodoh ngejar cowok ngak sebarapa kayak lo,"
"Sisa lumpur kebodohan itu akan gue bersihkan dan lo, bakal lihat rupa gue yang aslinya," Danisha mengakhiri tuturnya dengan puas.
Kali ini Tashaka terdiam cukup lama. Mulutnya bak terkunci rapat tapi matanya kembali berkobar dengan pancaran emosi. Entah apa yang menahan nya sehingga memberikan Danisha kesempatan untuk menyerocos tanpa menyela.
"Kenapa, lo marah? Kecewa karna kebodohan gue akhirnya berakhir untuk ngejer lo," Danisha bersidekap, sekarang giliran dia yang mengeluarkan nada mengejek akan keterpakuan pemuda itu.
"Jangan bicara omong kosong. Sampai matipun lo tetap menjadi sampah dimata gue,"
Datarnya tatapan mereka saling mengunci. Aura benci menguar dari tubuh masing-masing. Situasi asing terjadi di antara keduanya. Jika sebelumnya mereka akan berdiri dengan emosi yang berat sebelah. Tapi sekarang beda.
Ada yang aneh. Tentu.
Biasanya setelah Takshaka berteriak meluapkan emosinya akan selalu berakhir dengan ruangan dari Gladis. setiap bentakan yang terlontar pasti akan disambut rengekan Gladis yang tersedu dalam tangis. Laki-laki itu dengan tindakan kasarnya lalu Gladis dengan tubuh lemahnya. Sehabis luapan penuh emosianal diantara mereka, Takshaka akan berdiri menjulang kuat lalu menuding Gladis yang terduduk lemah dengan sisa tangisnya.
Tapi Gladis yang lemah dan cengeng entah pergi kemana, sekarang tubuh yang terlihat lebih baik itu sudah terisi oleh Danisha yang berjiwa keras dengan segala pemikiran rasionalnya. Jangan harapkan ada tangis yang akan keluar pada mata indah Gladis karna Danisha akan pastikan bahwa bulir berharga itu hanya keluar untuk orang yang pantas ditangisi.
Dan sekarang, mereka berdua berdiri. Dengan emosi yang tak lagi pincang, namun imbang.
Takshaka tak bisa lagi jadi superior disaat Danisha akan membuat Gladis menapaki tanah dengan kuat.
Setelah ini, cepat atau lambat Takshaka bahkan setiap orang akan menyadari, bahwa Gladis akan berdiri dengan mahkota harga diri yang akan diciptakan oleh Danisha.
Tbc
***
Vote, coment ya♥️
BINABASA MO ANG
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
