Part 3

25.3K 2.2K 48
                                        

Jadi Gladis
.
.
.
.

Lima hari berlalu sejak Danisha bertemu pak Gus dan menjelaskan sedikit banyaknya tentang Gladis.
Hari-hari itu pula dihabiskan Danisha untuk merenungi nasib nya. Tak habis-habis, dia merutuk akan hal tak masuk akan yang menimpanya ini. Untung saja dia mulai bisa menguasai diri. Sedikit demi sedikit menggulung ringan benang rumit yang tak tau ujungnya ini.

Tapi satu kesimpulan tak masuk akal, namun paling kuat adalah--dia, Danisha, dikirim kedunia novel dan hidup sebagai salah satu tokoh dari novel tersebut. Tak perlu menebak, karna sudah pasti novel yang dia masuki, adalah novel yang sama, seperti yang dibaca oleh adiknya malam itu.  Asumsi itu juga diperkuat karna kemarin malam dia memimpikan sebuah kejadian yang diyakininya sebagai kilas balik dari ingatan Gladis. Samar-samar, dia juga kembali mengingat suara adiknya yang membaca bagian random dari novel berjudul I Know I Love You itu.

Sial memang, seharusnya Tanisha yang dikirim kesini, bukan malah dirinya. Tapi keadaan ini juga dipicu gara-gara kecelakaan yang dialaminya waktu itu. Ck, mengesalkan sekali karna dia malah terlempar kesini. Sebenarnya, Danisha lebih suka cerita bergenre Historical, Action, atau thriller. Tapi? Agak ngeri juga jika ia sampai terlempar kesana. Ah...sudahlah, terlalu menentang semua ini hanya berujung pada ke sia-sia 'an.

Satu hal pasti yang akan Danisha lakukan. Dia akan berusaha untuk tetap hidup didunia entah berantah ini. Terlebih dahulu, dia akan mencari tau lebih jauh tentang kehidupan Gladis, tokoh yang akan dia perankan. Namun yang jadi masalah lagi, Danisha tidak begitu ingat bagaimana alur cerita dari novel ini, hanya gambaran sekilas dari penjalasan singkat si Adik yang memang mempunyai kebiasaan membaca dengan bersuara.

Ah, baiklah. Danisha akan membuat sinopsis singkat dari cerita ini agar dia punya patokan.

Danisha menggenggam bolpoin dan kertas yang dia pinta dari pas Gus. Kepalanya sibuk mengingat penjelasan Tanisha tentang Gladis di percakapan akhir mereka sebelum menjalang tidur, malam itu.

~Gladis adalah seorang gadis naif yang polos. Dia bukan seorang antagonis meskipun sikapnya sedikit menyebalkan. Gladis punya kehidupan yang tak seindah namanya, dia mati dengan tragis saat hari ulang tahunnya~

Seusai menulis beberapa potong kalimat itu, tampa sadar Danisha menelan ludah.

"Apaan banget, elaah. Nggak didunia, nggak disini, tetep aja gue mati tragis,"Danisha mengurut hidungnya frustasi. "miris gue."

Clek..

Danisha melirik pintu rawat yang terbuka pelan. Dari balik pintu, pak Gus muncul dengan menenteng sebuah tas, seperti biasa, gerakannya teramat sangat pelan.

Danisha menepuk dahi. "Aduh, pak Gus buka pintu kayak slow motion aja."

Tas besar itu ditaruh dengan pelan di meja depan sofa. Pak Gus lalu berjalan landai ke arah Danisha dengan gerakan khasnya, membungkuk.

"Nona, pakaiannya sudah saya siapkan di tas. Maaf sebelumnya, kalau pa-pakaian nona kurang sesuai selera, saya minta maaf. Dan Oh...yang menyipkan pakaian nona, Bik Ris--bukan saya. Jadi nona jangan salah sangka, saya tidak akan berani memasuki kamar nona tapi izin," terang pak Gus sedikit panik.

Danisha mengangguk pelan, padahal dia tidak ada waktu berpikir sampai kesitu, "pak, saya boleh minta sesuatu?"

"Ya..nona?" Pak Gus  dengan sigap bertanya.

"Boleh nggak, lain kali, jangan terlalu kaku dan tegang. Saya kurang nyaman kalok pak Gus keliatan antipati sama saya."

Pak Gus langsung gelagapan, tak menyangka nonanya akan mengatakan hal tersebut. "maaf nona..."

The Plot TwistWhere stories live. Discover now