kehilangan itu bukan kemauan, tapi takdir
...
Malam di Surakarta, indah, apalagi sekarang langit kelam itu bertaburan kelap kelip bintang dan ada juga bulan indah di sana. "Maaa, masak gak boleh main, ish" Keinan menggerutu sambil mengekor mamanya yang sibuk menata baju di lemarinya. Malam itu dia sedang berusaha membujuk mamanya supaya kali ini ia di izinkan nongkrong lagi. Meski mustahil, tapi apa salahnya berusaha padahal seharian tadi kerjanya hanya main. "Mamaaaa, nanti Kei pulangnya jam sembilan deh" ucapnya sambil melirik jam dinding yang ada di ruangan itu. Pukul 20.19, yang benar saja, memangnya Keinan bisa di percaya?
Ia terus membuntuti mamanya yang sendari tadi diam hingga ke ruang tamu. Matanya acuh saat melihat ayahnya yang sedang menikmati secangkir kopi. Izin mama nomor satu, kalo ayah ke sekian. "Kamu ini disuruh diem sehari dirumah memang gak bisa ya, Kei?" Kali ini wanita itu angkat bicara setelah duduk di sofa. "Nanti motor kamu ayah sita, mau?" Keinan mendudukkan dirinya kasar di sebelah sang mama.
"Masih mau pergi?" Keinan menggeleng lalu melingkarkan tanganya pada lengan mamanya. Keinan tidak pernah menjadi dewasa mungkin selamanya dia tetap putra kecil ayah dan mamanya. Tak lama setelahnya Keinan beranjak menuju kamar setelah mendengar ponselnya berdering.
"Halo" ucapnya acuh. "Santai, bro, jadi gak? Nanti gue jemput deh" Keinan yang mendengarnya hanya menghela nafas pasrah sambil merebahkan tubuhnya kasar ke kasur. "Gue gak di kasih izin, kalo nekat, motor di sita" katanya membuat Genta di sebrang sana tertawa keras dan Keinan langsung mematikan sambungannya. Dasar Gental sinting
besok hari pertama lokaa sekolah, taa
Sudut bibirnya sedikit tertarik melukis sebuah senyuman tipis, setipis mungkin. Apa mungkin gue bakalan ketemu sosok Lo, ah gue belum siap. Dari kemarin ia bertanya tentang sekolah tujuanya, tapi sampai sekarang ia tak mendapat jawaban dari username 'aya' yang ia kenal itu. Beberapa hari sibuk main ia sampai lupa dengan Bulan, sedang apa ya dia.
"Gak Loka gak Bulan sama sama gak jelas mau sekolah di mana"
Aruna Rembulan Maharani—mantan pacar Keinan, selesai pada bulan lalu sebelum ujian. Cewek tercantik yang ia kenal setelah mamanya. Cewek aneh yang dulu pas SMP selalu mengejarnya, hingga akhirnya egonya kalah. Keinan suka memanggilnya Bulan. Jika bertanya apa ia masih menginginkan Bulan, jawabanya adalah iya!. Bulan, adek kelas yang berhasil membuat cinta pertamanya singgah. Tahun ini ia lulus SMP, Keinan punya harapan setinggi-tingginya untuk Bulan bisa satu sekolah bersamanya.
...
Hari Senin pertama di SMA baru. Hesti sudah berdiri di depan gerbang besar sekolah barunya. Ia berjalan riang sambil bersenandung kecil. "Neng, murid baru ya?" Langkahnya terhenti saat seorang satpam memanggilnya. Hesti menyengir "hehe, iya pak, bapak satpam disini ya?" Hesti sedikit mendekat ke arah satpam itu berniat membisikan sesuatu "inget-inget muka Hesti ya pak, biar kalo telat ntar gerbangnya bapak bukain" katanya dan setelahnya dia tertawa renyah membuat pak satpam geleng geleng kepala.
YOU ARE READING
TENTANG KEINAN
Teen Fiction'𝗮𝗸𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗲𝗻𝘁𝗶 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗲𝗻𝘆𝘂𝗺, 𝗮𝗽𝗮𝗹𝗮𝗴𝗶 𝘀𝗲𝘀𝗲𝗸𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝗱𝗼𝗰𝗮, 𝘀𝗶 𝗺𝗼𝘁𝗼𝗿 𝗸𝗲𝘀𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻𝗺𝘂' -𝗲𝗹𝗼𝗸𝗮 𝗵𝗲𝘀𝘁𝗶 𝗿𝗮𝘁�...