06) Evolusi hati

55 33 54
                                    

Suasana sore begitu mencekam, sekaligus ditemani senja yang menurut seseorang seperti menertawakan hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana sore begitu mencekam, sekaligus ditemani senja yang menurut seseorang seperti menertawakan hidupnya. Matanya penuh sembab akibat likuid bening terus membasahi pipinya. Bibirnya gemetar menahan kesengsaraan yang selama ini ia sembunyikan.

Keadaan yang selalu gadis itu benci, keadaan yang membuatnya teramat muak pada hidupnya sendiri. Tangannya bergerak, meraba punggungnya yang masih terasa nyeri walau luka yang ditimbulkan sudah berlalu beberapa bulan.

Ia benci akan kehadiran dirinya sendiri di dunia ini, ia selalu berpikir seharusnya ia mati sejak lahir. Tapi itu tetap sama, sekarang jiwanya telah mati akibat sosok yang selalu ia anggap untuk dihormati.

Berada di tengah ruangan yang hanya terdapat beberapa barang usang, dia dikurung disana dengan paksa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berada di tengah ruangan yang hanya terdapat beberapa barang usang, dia dikurung disana dengan paksa. Dengan dalih agar ia menyadari kesalahan yang diperbuat.

Segala macam ampunan sudah ia mohonkan. Mulutnya tak berhenti berucap untuk diberi keringanan. Tapi seorang pria yang ia panggil ayah, tak sekalipun menggubris. Dirinya saat ini benar-benar sendiri, ditemani rasa pilu, dengki, dan kalut yang bercampur menjadi satu.

"Luna, kamu engga boleh nangis."

Gadis itu berbicara pada dirinya sendiri seolah-olah ingin menyemangati. Namun,walau sudah seperti itupun matanya tetap ingin mengeluarkan segala kesedihan yang harus dikeluarkan.

Luna yang awalnya duduk bersimpuh, dengan tenaga yang tersisa ia mencoba bangun. Tungkainya seolah mengantarnya pada bayangan senja yang melewati ventilasi. Dirinya mencoba menatap pada arah datangnya cahaya ditengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya.

Dirinya memejamkan mata, mencoba menenangkan isi kepalanya yang merayunya untuk melakukan hal-hal buruk. Sampai dirinya pun teringat pada seseorang.

"Aku butuh kamu, kak..."

***

Adhis menunggu dengan resah di tengah keramaian. Dirinya berdiri tepat di samping pintu masuk gedung olahraga ditengah kota. Tempat diselenggarakannya pertandingan basket, dimana Ares akan bermain nanti.

Ruang SinggahWhere stories live. Discover now