Bab 30 [end]

55.8K 3.7K 136
                                    

Runa melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya sangat tajam, memandang lurus ke depan. Dua meja di depannya, terdapat dua laki-laki yang saling duduk berhadapan. Matanya tak lepas sedikitpun dari dua laki-laki yang sedang mengobrol serius.

Kondisi kesehatan Runa belum sepenuhnya membaik. Beberapa hari ini ia masih sering pusing. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa makan makanan yang pedas. Sebenarnya hari ini Devan hendak mengantarnya ke rumah sakit. Tapi sebelum pergi ke rumah sakit, Devan harus bertemu dengan Roy. Devan memintanya untuk menemani mantan pacar suaminya itu.

Saat Runa dan Devan sampai ke tempat yang sudah ditentukan, ternyata Roy sudah lebih dulu tiba. Roy terlihat tidak suka saat melihat Runa ikut datang juga. Akhirnya Runa memilih memisahkan diri, memberi waktu untuk mereka berbicara berdua. Ia yakin Devan pasti bisa menyelesaikan masa lalunya sebaik mungkin.

Dari tempatnya duduk, Runa tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan Devan dan Roy. Ia hanya bisa mengamati Roy yang tiba-tiba menampilkan wajah kesal saat Devan sedang berbicara. Ia mencoba membaca gerak bibir Devan, tapi ternyata ia tidak bisa menebak apa yang dikatakan oleh Devan.

Lima belas menit Runa menunggu, akhirnya ia melihat Roy berdiri dan berjalan meninggalkan Devan. Saat Roy berjalan melewati mejanya, laki-laki itu sempat meliriknya sekilas dengan pandangan tidak bersahabat. Sebelum akhirnya Roy berjalan begitu saja meninggalkan restoran.

"Semua udah selesai."

Runa menoleh, mendapati Devan sudah berdiri di depannya. "Selesai?" tanyanya menuntut penjelesan lebih detail.

Devan mengambil duduk di hadapan Runa. "Aku udah selesaiin semuanya. Nggak ada lagi Roy dalam hidupku," jawabnya menjelaskan. "Dan semoga dia nggak muncul di hidup kita lagi," lanjutnya penuh harap.

"Tadi ngobrol apa sama Roy?" tanya Runa penasaran. "Dilihat dari wajah Roy, kayaknya dia kesal banget," lanjutnya.

"Dia kesal karena dia nggak dapetin apa yang dia mau."

"Karena dia nggak berhasil bikin Mas Devan pisah sama aku?" tebak Runa yang langsung diangguki oleh Devan. "Bukannya dia punya istri sama anak?" tanyanya keheranan.

Lagi-lagi Devan mengangguk. "Punya."

"Udah punya istri sama anak, masih aja kepikiran buat ngerebut kebahagiaan orang lain," gerutu Runa.

Devan mengedikkan bahu. "Mungkin dia kurang bersyukur sama yang dia miliki sekarang."

"Dan Mas Devan hampir jadi orang yang nggak bersyukur juga karena sempat mikirin ucapan si Roy," sindir Runa sinis.

Devan meringis mendengar nada sindirian itu. "Maaf, aku salah karena sempat ragu dan mikirin perkataan Roy."

Runa tersenyum tipis. "Oke, aku maafin," balasnya. "Awas aja kalo ada mantan-mantan Mas Devan yang dateng dan bikin Mas Devan ragu lagi. Aku nggak akan sebaik ini maafin Mas Devan untuk kedua kalinya," lanjutnya dengan wajah serius.

"Oke, akan kuingat."

"Mas Devan nggak pesan makan?" tanya Runa mengganti topik pembicaraan. Perutnya tiba-tiba berbunyi pelan, menandakan ia sedang lapar.

"Kamu lapar?" Bukannya menjawab, Devan malah balik bertanya.

Runa mengangguk.

"Akhirnya.... nafsu makanmu kembali normal." Devan langsung lega mendengar Runa merasa lapar. Tapi berbeda dengan Runa yang saat ini mengetutkan keningnya nampak kebingungan. "Beberapa hari kemarin kamu harus dipaksa dulu baru mau makan," lanjutnya memberi penjelasan.

Runa juga baru sadar kalau beberapa hari yang lalu nafsu makannya sedikit menurun. Kalau tidak dipaksa Devan, ia tidak akan menyentuh makanan apapun. Dan makanan yang masuk ke dalam mulutnya tidak pernah lebih dari lima sendok setiap makan.

Conquered Mr. Gay [Completed]Where stories live. Discover now