Bab 27

37.9K 3.5K 113
                                    

"Hari ini kamu jadi kerja kelompok?"

Runa yang sedang berdiri di depan lemari langsung memutar badannya. Tatapannya tertuju lurus pada Devan yang saat ini duduk di ujung kasur. "Kayaknya Mas Devan udah nanya kayak gitu berulang kali deh."

"Cuma mau mastiin aja."

Runa mendengus kesal. Kemudian ia kembali melanjutkan kegiatannya mencari baju di dalam lemari.

"Jangan pake baju yang itu," ucap Devan ketika melihat Runa mengambil baju bewarna biru.

Lagi-lagi Runa memutar badannya menghadap ke Devan. "Kenapa nggak boleh pake baju ini?"

"Bajunya udah kekecilan."

Runa mengerutkan keningnya sembari menatap baju yang saat ini ia pegang. "Nggak kekecilan kok. Emang model bajunya kayak gini. Bajunya masih cukup kalo aku pake."

Devan tetap saja menggeleng tidak setuju. "Menurutku baju itu udah kekecilan. Aku jamin kalo kamu lagi nunduk atau ngangkat lengan, bajunya bakal kesingkap," ucapnya melipat kedua tangannya di depan dada. Devan masih menatap Runa dengan tajam, berharap perempuan itu mengganti pilihan bajunya. "Ganti, atau kamu nggak usah kerja kelompok," lanjutnya dengan nada penuh ancaman.

Runa cemberut. Dengan menghentakkan kakinya kesal, ia mengembalikan baju yang sedang ia pegang ke dalam lemari. Akhirnya ia memilih mengambil tanktop bewarna hitam dan kemeja lengan panjang bewarna putih. Setelah menunjukkan dan mendapatkan persetujuan dari Devan, ia langsung masuk ke kamar mandi.

"Oke, itu lebih bagus," ucap Devan nampak puas dengan pilihan baju yang sudah melekat di tubuh Runa.

"Mas bisa nganterin aku atau nggak?" tanya Runa sembari memasukkan buku dan laptop ke dalam tas. Tadi malam Devan memang bilang akan mengantarnya. Ia hanya perlu memastikan laki-laki itu benar-benar bisa mengantarnya hari ini. "Kalo nggak bisa, aku bakal pesan ojol," lanjutnya saat tidak langsung mendapatkan jawaban dari Devan.

Devan mengangguk dan langsung mengambil posisi berdiri. "Kerja kelompoknya dimana?"

Runa menahan diri untuk tidak mengerang kesal. Padahal tadi malam ia sudah memberitahu Devan apa saja kegiatannya hari ini. "Mas pasti tadi malam nggak dengerin aku," ucapnya sembari tangannya bergerak mengambil tas.

"Gimana mau dengerin kalo kamu ngasih tau pas kamu lagi ada di atasku?" balas Devan dengan mengerling menggoda.

Pipi Runa memerah seketika mengingat apa yang mereka lakukan tadi malam. Ia memalingkan wajah dan berdeham pelan. "Nggak perlu dibahas," ucapnya sebelum berjalan keluar kamar.

Devan mengulum senyum sebentar. Kemudian ia menyusul Runa yang ternyata sudah ada duduk di sofa sembari memakan roti bakar yang tadi ia buat. "Oke, aku beneran lupa. Kamu hari ini kerja kelompok dimana?"

"Di rumah temanku."

"Cewek atau cowok?"

"Cewek."

"Dimana rumahnya?"

Runa menyebutkan sebuah alamat yang membuat Devan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mas Devan bisa langsung pulang setelah nganterin aku."

"Aku tunggu aja. Pasti nggak jauh dari sana ada cafe yang bisa aku datengin selagi nunggu kamu kerja kelompok."

"Gimana kalo aku kerja kelompoknya lama?"

"Aku tungguin," jawab Devan bersikeras. "Jangan banyak bercanda sama temenmu biar cepat selesai ngerjain tugasnya."

Runa meringis. Ia tidak yakin akan bisa cepat selesai mengerjakan tugas kelompoknya. Mengingat semua anggota kelompoknya semua perempuan dan terlebih ada Elisa di dalam kelompoknya. Sudah pasti selain kerja kelompok, mereka akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk bergosip.

Conquered Mr. Gay [Completed]Where stories live. Discover now