Bab 23

42.8K 4.1K 300
                                    

"Jalannya jauh-jauh banget kayak orang lagi musuhan." Dengan lembut Devan menyentuh lengan Runa.

Runa mendengus, tapi tetap mendekat ke Devan, memperkecil jarak di antara mereka. Setelah makan malam, Devan malah mengajak Runa berjalan-jalan di sekitar Malioboro meski sudah terlalu malam. Suasana di Malioboro cukup ramai dengan beberapa pejalan kaki seperti mereka walaupun jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

"Kamu pernah ke Jogja sebelumnya?" tanya Devan tanpa menatap Runa.

"Hmmm...," jawab Runa dengan gumaman. "Dulu waktu study tour sekolah."

Devan manggut-manggut mendengar itu. Tiba-tiba tangan kanannya refleks merangkul pundak Runa saat perempuan itu ditabrak oleh seorang perempuan dari arah yang berlawanan.

"Maaf," ucap seorang perempuan yang tidak sengaja menabrak Runa.

Runa mengerjapkan matanya melihat kepergian perempuan yang baru saja menabrak bahunya begitu saja. Ucapan maaf yang diucapkan sambil lalu, tentu saja membuat Runa menjadi kesal. 

"Udah, dia nggak sengaja," ucap Devan masih senantiasa merangkul Runa dan melanjutkan langkah kakinya.

"Paling nggak minta maafnya diam, jangan jalan kayak gitu. Nggak sopan banget," gerutu Runa kesal.

"Mungkin dia lagi buru-buru."

Runa melemparkan tatapan kesal pada Devan. "Udah lah, balik ke hotel aja. Aku ngantuk."

"Emang," sahut Devan. "Kan sekarang tujuan kita emang mau cari taksi online buat balik ke hotel."

Saat Runa menyadari tangan Devan bertengger di pundaknya, ia menghentikan langkah kakinya. Hal itu membuat Devan juga melakukan hal yang sama. "Ngapain masih rangkul pundakku?" tanyanya dengan melirik tangan Devan di pundaknya.

"Biar kamu nggak kesenggol orang lagi," jawab Devan sekenannya. "Daripada kita pesan taksi online, kenapa kita nggak naik becak aja buat balik ke hotel?"

Runa langsung tersenyum lebar mendengar usulan Devan. Terakhir ia naik becak saat ia masih kecil. Bahkan ia sudah lupa bagaimana rasanya naik becak. Mendengar usulan Devan tentu saja membuatnya semangat. Ia bahkan sudah tidak mempermasalahkan lagi rangkulan Devan di pundaknya. "Boleh. Aku udah lama nggak pernah naik becak," sahutnya antusias.

Jarak hotel tempat Runa Dan Devan menginap tidak terlalu jauh dari Malioboro. Dengan menggunakan becak motor, mereka tiba dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Sampai di hotel Runa langsung mengganti bajunya dengan piyama sebelum melemparkan dirinya di atas tempat tidur. Kakinya terasa sangat lelah karena dipakai untuk berjalan seharian. Sebelum tidur ia sempat mengoleskan minyak ke kedua kakinya. Selesai mengoleskan kakinya, tak lama Devan menyusul dan tidur di sebalahnya.

"Mas Devan bilang lagi sibuk, kenapa nyusulin aku ke Jogja?" tanya Runa penasaran.

"Setelah dipikir-pikir, aku butuh liburan. Nggak ada salahnya nemenin kamu liburan di Jogja," jawab Devan asal.

Runa mencibir pelan. "Dasar plin-plan."

"Mulai besok kamu keluarnya sama aku, nggak perlu sama temenmu lagi."

"Kenapa gitu?"

"Masa aku udah jauh-jauh ke sini kita liburannya sendiri-sendiri?"

Runa diam, menimbang sebentar keputusan yang harus diambil. "Yaudah, besok aku bilang ke temenku."

Devan tersenyum puas. "Udah tidur. Aku capek banget hari ini." Setelah mengatakan itu menghadapkan tubuh ke Runa dan mulai memejamkan matanya.

***

Conquered Mr. Gay [Completed]Where stories live. Discover now