Jacob menangguk tanpa berniat membalas tatapan Gwenn, pria itu berusaha menampakkan bahwa dirinya sedang kesal.

"Benar, kau bukan putri kecil daddy lagi. Dan bahkan kau sudah punya pacar sekarang," ujar Jacob sembari mendudukkan diri ke sofa.

Gwenn refleks mengatupkan bibirnya sebelum ikut duduk, "Benar, karena aku sudah punya pacar, daddy tidak perlu menjodohkanku dengan orang lain lagi bukan?" Tanya Gwenn, wajahnya berubah sumringah dengan tatapan penuh harapnya yang ditujukan ke arah Jacob.

"Daddy menjodohkanmu karena tidak ingi kau terus-terusan bekerja di tokomu itu, setidaknya dia orang yang daddy kenal baik dan dia bisa memberimu hidup yang lebih baik daripada ini," terang Jacob sambil menatap ke bawah, masih ak berniat membalas tatapan Gwenn.

Gwenn tahu betul alasan Jacob menjodohkannya adalah karena tidak ingin Gwenn hidup menyedihkan seperti ini lagi, sebagai seorang ayah, Jacob bertugas untuk memanjakan Gwenn bukan membuatnya bekerja untuk menghidupinya seperti sekarang ini. Apalagi alasan kebangkrutan perusahaan mereka dulu adalah karenanya, Jacob pasti merasa bersalah.

"Memangnya kehidupan kita yang sekarang ini kenapa? Walaupun tidak bisa berendam di bathub lagi, belanja setiap minggu, naik mboil mewah, tinggal bersama maid yang siap sedia dua puluh empat jam, tapi yang penting aku bisa bersamamu . Dulu daddy sibuk bekerja, sekarang kau siap menemaniku setiap aku pulang bekerja. Itu sudah lebih dari cukup untukku," uajar Genwn tanpa sadar air matanya turun membasahi pipinya yang langsung ia usap dengan punggung tangannya.

Jacob menoleh dan melihat ke arah Gwenn, "Sini daddy peluk," ujarnya semabri merentangkan tangannya yang langsung disambut Gwenn dengan senang hati.

"Ternyata putri kecil daddy ini sudah dewasa," ujar Jacob tulus.

Gwenn hanya tersenyum mendengar kalimat Jacob sebelum pria itu meepaskan pelukan mereka dan berkata.

"Kalau begitu perkenalkan kepadaku lain kali. Aku perlu meliaht sifatnya dulu bukan. Kapan kita akan bertemu?"

Gwenn hanya tersenyum canggung sebagai tanggapan.

—-

Akiro menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung ketika renannya berhenti pada tulisan 'Vee' yang terpasang secara jelas di atas pintu masuknya. Untuk beberapa saat, Akiro terus memperhatikan gedung itu saat ponselnya kembali bergetar. Sejak kemarin, sudah ada ratusan pesan dan panggilan baik dari James maupun Bella. Kalau untuk akun media sosialnya, Akiro sudah menghapusnya dan menyerahkan sisanya keapda pihak agensinya.

Akiro akhirnya turun dari mobilnya kemudian berjalan masuk ke dalam. Area lantai satu terbilang cukup besar untuk ukuran sebuah toko pemula. Baik dari banyaknya pegawai yang berjaga untuk menyambut pelanggan, area toko yang dibagi menjadi dua bagian, untuk pria disebelah kanan dan wanita disebelah kiri. Toko Gwenn cenderung memproduksi gaun pesta dan satu set pakaian jas beserta kemeja untuk para pria. Cenderung terbatas dalam garapan konsepnya namun mereka berhasil memberi kesan 'mahal' pada setiap pakaian yang mereka sajikan disana.

Keadaan toko hari ini cukup ramai yang membuat Akiro menyadari suatu hal. Cara para pegawai Gwenn menyambut pelanggannya, dilakukan dengan penuh privasi, seolah mereka sudah melakukan janji temu beberapa hari sebelumnya. Akiro juga mendapati beberapa orang yang ia kenal disana, kebanyakan dari mereka adalah istri para pembisnis berikut dengan gadis-gadis muda yang memang sudah terlahir kaya raya. Akiro dapat melihat hal itu dari cara mereka berbicara, gaya pakaian dan interaksi mereka yang seolah ingin di hormati dan diagung-agungkan oleh pegawai Gwenn. Dan tampaknya Gwenn berhasil menerapkannya kepada mereka.

Akiro refleks berbalik cepat saat pintu masuk toko kembali terbuka. Tangannya terangkat dan berakhir menyusuri sebuah meja kaca yang menampilkan deretan dasi dengan berbagai motif dan warna dibawahnya. Menampakkan seorang pria prauh baya yang berjalan masuk dengan langah tegapnya. Seolah sudah terbiasa dan tahu apa yang harus mereka perbuat, seorang pegawai wanita langsung menghampirinya dengan mengambil satu set  jas kantor untuknya sebelum diterima baik olehnya dan ia masuk ke dalam ruang ganti.

"Motif garis berwarna biru langit itu adalah keluaran terbaru kita mister."

Sebuah suara berhasil merenggut perhatian Akiro, refleks dia kembali berbalik cepat dan menemukan pegawai pria disana sedang berbicara dengannya.

Akiro mengusap lehernya sejenak, tampak berpikir sebelum menatap pegawai itu dan berujar, "Aku ingin memintamu untuk melakukan sesuatu untukku."

Akiro menginjak tangga terakhirnya yang mengantarkannya pada lantai tiga gedungi itu, renanya sibuk menyusuri setiap sudut ruangan, memindai dengan cepat keadaan didepannya itu sebelum berhenti tepat tiga langkah meninggalkan anak tangga dibelakangnya.

Di depan sana terlihat Gwenn sedang berbicara dengan dua orang pria yang sibuk memindahkan kotak-kotak dalam jumlah banyak dan menyusunnya ke area sudut agar terlihat rapi. Sembari memegangi sebuah kertas, Gwenn terus mengintruksi mereka untuk mengecek apa yang ada di tumpukan kardus itu.

"Untuk kardus-kardua sisa set pakaian terakhir kita, bawa saja ke...bawah," nada bicara Gwenn memelan diakhir saat ia berbalik dan meemukan Akiro berdiri tegap disana sembari menatap ke arahnya.

Tubuh Gwenn membeku sempurna, mendadak konsentrasinya buyar saat melihat Akiro dengan rasa tidak bersalahnya tiba-tiba melempar senyum ke arahnya.

"Bagaimana kau bisa sampai kesini?" Tanya Gwenn masih dengan raut terkejutnya.

Akiro mengangkat alis kanannya sebelum melihat sekilas ke arah dua pegawai di belakang sebelum kembali fokus kepada Gwenn.

"Sepertinya banyak yang harus kita bicarakan Mrs. Victoria."

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now