Amber paham apa yang harus ia lakukan jika Giovanni ingin minum. Amber mengekspos lehernya sendiri dan memiringkan sedikit kepalanya. Kini leher jenjang gadis itu sudah terpampang jelas di depan Giovanni yang berhasil membuat pria itu meneguk ludahnya dengan susah payah.

Taring Giovanni perlahan muncul, iris matanya pun sudah semerah darah. Mulutnya mendekati leher gadis itu dan mencari tempat yang tepat untuknya menancapkan taring itu tanpa menyakiti Amber.

Amber menutup matanya rapat-rapat dan mendesis dikala taring itu menembus kulitnya. Rasa sakit memang muncul di awal, akan tetapi berubah menjadi gelombang kenikmatan bagi Amber. Amber melingkarkan tangannya ke leher Giovanni.

Giovanni menjauhkan mulutnya dari leher Amber ketika dirasa sudah cukup. Meskipun dia lapar, tapi dia mencoba mengendalikan nafsu vampirnya dan tidak sampai membuat Amber pingsan. Amber menatap Giovanni dengan tatapan tidak sukanya.

"Kau yakin kenyang hanya minum sedikit?"

"Kenapa? Kau ingin aku menghisap habis darahmu? Aku tidak sejahat itu pada gadis yang aku cintai."

Wajah Amber memanas. Gadis itu memalingkan muka ke lain arah. Giovanni tersenyum dan menurunkan Amber dari pangkuannya. Giovanni berdiri, kembali ke kursi kerjanya. "Tunggu sampai aku menyelesaikan semua ini, akan aku usahakan selesai dengan cepat. Tunggu aku di kamarmu."

Amber mengangguk dan berjalan keluar dari sana. Amber menutup di belakangnya. Di samping pintu itu dia melihat Diego yang berdiam diri. Amber mengamati pria itu yang seperti sedang melamun.

"Terjadi sesuatu dengan tugasmu membantu Giovanni?"

Diego tersentak, menegakkan kembali punggungnya yang semula ia sandarkan di dinding. "Tidak, ratu. Semua berjalan lancar. Kenapa bertanya begitu?"

"Hey, Diego. Kau teman masa kecilnya Giovanni dan kau juga aku anggap sebagai temanku. Jangan memanggilku begitu, cukup panggil namaku saja. Lagi pula aku belum diangkat menjadi ratu di sini."

"Baik, Amber. Kenapa bertanya seperti tadi?"

"Kau tadi melamun jadi aku asal menebak saja. Kalau bukan itu masalahnya, lalu apa? Kau bisa menceritakannya padaku dan aku dengan senang hati akan mendengarkanmu."

Diego diam, menimang perkataan Amber. 'Aku belum yakin dengan ini tapi... Ah, sudahlah. Mungkin lain waktu saja aku tanya padanya atau pada Giovanni.'

Diego membalas Amber dengan senyuman, "terima kasih untuk niat baikmu, tapi aku baik-baik saja. Aku harus kembali membantu Giovanni, aku yakin pria itu sedang kebingungan sekarang. Aku permisi dulu."

"Baiklah, aku juga berterima kasih padamu sudah membantu Giovanni selama ini."

"Sama-sama, rat-... Ekhem, maksudku Amber. Itu sudah menjadi tugasku sebagai tangan kanannya."

Amber melempar senyum pada Diego, lalu melangkah meninggalkan tempat itu. Diego pun balik memasuki ruangan kerja Giovanni. Diego memperhatikan Giovanni yang mengerjakan berkas-berkas itu dengan cepat, tidak seperti tadi yang seperti orang bermalas-malasan.

"Kenapa tidak sedari tadi kau begitu? Pekerjaan kita akan cepat selesai!"

Giovanni hanya melirik sebentar ke arah Diego, lalu kembali fokus dengan pekerjaannya. Giovanni menumpuk semua kertas-kertas undangan yang baru selesai pria itu tanda tangani, tinggal menyebarkannya ke penghuni dunia immortal ini. Masih ada beberapa purnama lagi menuju hari pengangkatannya tapi Giovanni memilih menyelesaikannya dengan cepat. Tak hanya itu, banyak tawaran dari bangsa lainnya yang ingin menjalin kerja sama dengan bangsa vampir.

"Selesai! Diego, kau boleh pergi. Aku yang akan membereskan semuanya sendiri. Terima kasih kerja kerasmu!"

Diego menaikkan satu alisnya lalu mengangkat bahunya cuek. Giovanni sudah berkata begitu, jadi Diego menurut. Melihat kertas-kertas itu juga sebenarnya membuatnya bosan. Diego berpatroli di sekitar kastil itu. Terdapat dua kastil vampir, namun kastil ini adalah kastil utama. Sementara kastil satunya untuk tempat berlindung jika saja kastil utama mendapat serangan.

Diego pergi ke tempat latihan. Di sana sudah ada beberapa prajurit yang berlatih. Jacob, selaku panglima di sana menghampiri Diego yang baru masuk ke sana. "Kebetulan sekali kau ada di sini, mau berlatih denganku?"

Diego menimang-nimang ajakan itu sebelum pria itu menyanggupinya. Para prajurit yang sedang berlatih itu menyingkir, memberi ruang untuk mereka berdua. Diego dan Jacob membuka baju mereka. Kedua pria itu mengambil ancang-ancang sebelum menyerang satu sama lain.

Jacob lebih dulu melancarkan serangannya yang masih dengan mudah Diego hindari. Diego menyeringai dan melakukan serangan balik terhadap Jacob. Diego menguasai arena. "Lanjut atau berhenti? Lukamu parah, obati dulu."

"Heh, kau pikir aku manusia yang masa penyembuhannya lambat? Luka kecil ini sama sekali tidak berarti bagiku! Tunggu sampai aku membuat luka yang sama di tubuhmu!"

Jacob menyerang Diego dengan membabi buta sampai para prajurit di sana menahan nafas mereka. Posisi mereka seimbang sekarang. Diego menghindar cukup jauh dari Jacob untuk mengambil kesempatan mendiamkan sebentar tubuhnya yang tenaganya terkuras habis.

Bayangan wajah  Elena yang menatapnya dengan tatapan polosnya waktu itu, membuat fokus Diego menurun hingga tidak menyadari Jacob melesat cepat ke arahnya. Tubuh Diego terlempar membentur tembok hingga retak. Darah keluar dari bibir Diego. Diego bangkit dengan susah payah.

"Diego, kau baik-baik saja?" Tanya Jacob, merasa khawatir akan Diego. Diego menggeleng dan meraih bajunya. Memakainya dan pergi dari tempat latihan itu. Jacob menatap kepergian Diego dengan perasaan heran. 'Dia tadi sangat lengah, jarang-jarang dia seperti itu saat latihan. Untung masih latihan, aku tidak bisa membayangkan dirinya lengah di tengah pertempuran. Dia akan mengalami mati konyol!'

Diego pergi ke kamarnya dan membanting tubuhnya ke kasur. Luka yang didapatkan dari Jacob, perlahan menghilang. Diego melihat keluar jendela yang di mana malam mulai larut. Tidak ada bulan yang menyinari tempat itu.

"Apa dia sudah tidur?"

Diego menutup matanya, dan membukanya kembali. "Cih, kenapa denganku!? Hanya karena wajahnya yang imut dan darahnya yang manis, mampu membuat seorang Diego jatuh hati padanya...?"

AMBER and the vampire prince (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant