"Baik." Wanita dengan seragam khas itu mengangguk paham. "Pesanan datang paling lama 25 menit lagi, jika terlambat dari waktu yang tertera dalam struk dapat free lemon tea." Lalu menarik bill yang keluar dari mini printer thermal dan dengan santai memberikan itu pada Edgar.

"Yang bayar saya, Mbak. Dia nggak modal!"

"Oh, maaf Mas." Pelayan tersebut meringis tipis.

"Nggak apa-apa." Edgar tersenyum ke arah pelayan sebelum menambahi, "Mbak kalau lihat ada cowok yang bayarin makan berarti itu pacarnya, kalau yang bayar cewek berarti istrinya. Paham kan, Mbak?"

"Oh, iya Mas. Saya paham."

Sementara itu, Fale rasanya tergoda menyambar alat di tangan pegawai kafe untuk memukul kepala Edgar yang saat ini melempar senyum menyebalkan. Setelah wanita berseragam itu pergi, Fale harap ada laser merah yang keluar dari matanya saat menatap Edgar. Melubangi kepala pria itu sampai ke otak sebelum ia tertawa puas.

Fale tak mengerti kenapa kepalanya selalu berpikiran random jika menyangkut tentang Edgar. Ia rasa sikap konyol pria itu lama-lama menular seperti penyakit berbahaya.

"Omong-omong gue denger Alka Minggu depan pindah rumah, ya?"

Fale mengangguk malas. "Katanya Mbak Sally sih, yang dari dulu mau keluar."

"Jadi, kalau nanti Alka udah out dari rumah lu bakal pulang?"

Fale terdiam sesaat sambil memicingkan mata pada wajah pria di depannya. "Mungkin."

"Di apart aja sih, Fal."

"Kenapa ngatur-ngatur?"

"Bukan ngatur cuma ngusulin."

"Terserah gue lah mau pulang atau stay di apart. Lagian pas ada lu gue jadi nggak nyaman."

Bahu Edgar sedikit bergetar menahan kekehan gelinya mendengar ucapan Fale. "Nggak nyaman kenapa, sih? Gue nggak pernah nerobos masuk ke kamar lu malem-malem. Kalau pun iya paling cuma mimpi. Itu pun lu doang yang tahu."

Fale mendengkus sebal seraya melipat tangan di dada.

"Nggak jadi ketemuan sama temen lu itu?"

"Nggak."

"Kenapa?"

"Lu pasti ganggu!"

"Bukan gue, tapi dia. Menurut lu siapa yang ganggu kalau ada orang kencan, nggak mungkin cowoknya pasti orang ketiga, kan? Kalau orang ketiganya setan efek gangguannya enak, kalau orang ketiganya berbentuk manusia yang ada bikin emosi."

"Lu orang ketiganya."

"No! Kalau pun iya gue bakal lebih gila ganggunya daripada setan."

"Udah gila, kan? Belum sadar, ya?"

"Belum, hari ini baru sadar kalau gue pacar lu. Sisanya belum."

Fale ingin kembali mendengkus mendengar kata pacar yang meluncur santai dari mulut Edgar, tapi yang keluar hanya bersitan geli hingga nyaris jadi kekehan kecil. Sepertinya mulai sekarang ia harus terbiasa dengan ungkapan nyeleneh Edgar yang kali ini lebih aneh dari biasanya.

***

Jika manusia senang berencana, maka sebelum berharap pada Tuhan untuk mewujudkan, ada mood kurang ajar yang menentukan. Contohnya wacana beberapa hari lalu saat Mira begitu menggebu-gebu mengusulkan staycation ke Bali.

Kemudian, sehari setelahnya wanita itu mengkonfirmasi lewat grup chat kalau rencana tersebut dibatalkan atau tepatnya diundur karena ada hal yang tak bisa ia tinggal. Entah hal apa yang dimaksud, tapi wanita berperawakan bak model itu bilang kalau tanggal saat ini tak cocok dengan kegiatannya.

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now