05

13 4 0
                                    

"ah ya tuhan" ucap Agung waktu baru saja sampai didepan pintu kamar rawat sang istri, pria itupun membuka pintu kamar itu dan ya, didalam sudah ada adik iparnya yang sedang memeriksa keadaan Ashira sekaligus menemani Ashira selama Agung belum datang.

"Apa yang terjadi?" Tanya Agung lalu mengalihkan pandangannya pada sang istri yang sudah terlihat tertidur walau dengan selang oksigen dihidungnya "mbak Ashira pingsan di kamar mandi" jawab Ashila "hemoglobinnya juga rendah. Jadi mungkin nanti harus dilakukan transfusi darah beberapa kantung" ucap Ashila "harusnya tadi aku tidak ke kantor" ucap Agung, dia memang ada rencana untuk tidak ke kantor tapi ternyata ada rapat mendadak dan Agung harus datang "sudah, jangan salahkan dirimu sendiri mas" ucap Ashila.





















































"Apa aku masih bisa sembuh?" Tanya Ashira pada sang adik "tentu" jawab Ashila "apa kamu masih memiliki perasaan pada mas Agung?" Tanya Ashira, Ashila terdiam sebentar "tidak" jawab Ashila "kalaupun iya juga tidak masalah, mungkin ini sudah 3 tahun. Tapi mas Agung baru menerimaku beberapa bulan ini. Tidak apa apa" ucap Ashira "mungkin mas Agung juga bisa menjadi milikmu lagi kalau aku pergi" ucap Ashira "maaf" ucap Ashira lagi, Ashila tidak bisa berkata apa apa, tapi air matanya benar benar sudah mengalir deras, daripada hantu dia lebih takut jika kakaknya sudah bicara seperti itu "aku mohon jangan bicara seperti itu. Aku masih bisa mengusahakan supaya mbak Ashira sembuh, aku masih punya banyak cara" ucap Ashila lalu memeluk sang kakak yang benar benar sangat dia sayang "sssst, orang orang bisa meledekmu nanti" ucap Ashira lalu mengelus kepala sang adik.


















Perempuan itu, masih terus menangis di kursi yang ada didepan kamar sang kakak. Setiap hari, yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya supaya Ashira bisa terus hidup.













Perempuan itu berhenti menangis sejenak waktu melihat ada tangan yang menyodorkan sebuah gelas didepan wajahnya, Ashila melihat siapa yang memberi gelas itu, dan ya itu kakak iparnya "jangan terlalu banyak menangis" ucap Agung "kamu juga begitu" ucap Ashila lalu mengusap matanya dengan lengannya "terimakasih" ucap Ashila.

Perempuan itu, masih terus merenung dan sedikit melamun. Tapi tak lama setelah itu, air matanya kembali jatuh.

"Mas" panggil Ashila "hm?" Jawab Agung yang juga sedang melamun "kamu masih sanggup kan menemani mbak Ashira?" Tanya Ashila "tentu, sampai 1000 tahun pun tidak masalah, asal Ashira ada bersamaku" ucap Agung "aku- aku masih berusaha" ucap Ashila, Agung benar benar tidak tega melihat Ashila.

Ya sejauh ini, baru sekali ini dia melihat Ashila menangis seperti itu, dia tidak tau apa yang sebenarnya membuat Ashila menangis sampai seperti itu tapi yang pasti mungkin Ashira sudah mengatakan sesuatu pada Ashila.

"Hatiku pun sakit melihatmu menangis seperti ini" batin Agung lalu menarik perlahan pundak adik iparnya. Dan ya, Ashila berujung menangis dipelukan Agung.










Tanpa mereka sadari pun, Ashira ada dibalik pintu mengintip dari celah pintu yang terbuka. Jujur, hatinya sedikit sakit melihat Agung memeluk adiknya. Tapi Ashira tau, mungkin Agung juga sedih melihat Ashila menangis seperti itu.











Agung dan Ashila menoleh ke belakang waktu mendengar suara Ashira yang batuk batuk dibelakang pintu. Mereka berdua sama sama kaget dan panik.

Agung langsung berdiri dan masuk kedalam kamar.
















"Tidak apa apa, jangan panik seperti itu" ucap Ashira waktu melihat wajah suaminya yang tegang, Ashira meraih tangan suaminya dan dia genggam "apa rapatmu sudah selesai tadi?" Tanya Ashira "terpotong karena aku harus kesini, aku panik sekali tadi" ucap Agung "maaf" ucap Ashira.

Agung memeluk sang istri dan menghela nafasnya "kuharap Ashira tidak berpikir yang macam macam" batin Agung lalu mengelus kepala sang istri yang rambutnya hanya tinggal beberapa helai saja.



"Bajumu jadi kotor" ucap Ashira waktu dia batuk dan ya darah segar itu mengenai baju sang suami "biarkan saja" ucap Agung yang enggan melepas pelukannya "kalau saja hari ini aku tidak ke kantor, mungkin juga aku bisa bergerak lebih cepat" ucap Agung "aku selalu membuatmu repot" ucap Ashira.































"Aku pikir cincinnya sudah hilang" ucap Ashira waktu melihat ada cincin yang bertengger dijari manis sang suami, itu cincin yang sama yang dipakai Ashira sekarang. Itu adalah cincin pernikahan mereka "aku masih menyimpannya. Ini bisa jadi identitas bahwa aku sudah menikah" ucap Agung.


















Selama 3 tahun menikah, mungkin baru dua kali ini Agung memakai cincin pernikahannya. Dulu, pertama waktu mereka akad nikah. Dan setelah itu Agung hanya menyimpannya dikotak perhiasan sementara Ashira terus memakai cincin itu hingga sekarang.
























"Mas, kalau aku pergi. Apa kamu menikah lagi?" Tanya Ashira "kenapa harus membahas itu?" Tanya Agung "aku takut kalau kamu sendirian" ucap Ashira, entah sekarang hati laki laki berbentuk apa, sudah beberapa kali hatinya tersayat sayat.

"Aku akan tetap bersamamu, ingat sampai kapanpun itu" ucap Agung "istriku cuma kamu, satu dan satu satunya. Tidak ada yang lain" ucap Agung.



















"Maaf, Ashira" batin Agung lalu mencium kening sang istri.

My Heart For YouWhere stories live. Discover now