J

90 7 0
                                    

Happy Reading

*
*
*

Jarak dari minimarket lumayan jauh soalnya jalannya muter lagi karna kebetulan minimarket jauh dari mansion Bima.

Setelah 30 menit akhirnya sampai di mansion Bima.

***

Arvin berjalan dengan senyuman manis di wajahnya masuk ke dalam mansion, tujuannya kali ini adalah mencari keberadaan Gervil karna sudah menjadi rencana awalnya.

Saat memasuki ruang tengah senyuman manis Arvin seketika sirna saat melihat Gervil dengan santainya menyuapi cemilan kesukaan Arvin pada Sella, dengan Sella yang gelayutan manja di tangan Gervil.

Saat Gervil menoleh ke depan dia kaget melihat Arvin yang menatap mereka dengan kecewa.

Arvin yang sadar jika Gervil juga melihat dirinya lalu menatap Gervil. "Ah maaf mengganggu" ucap Arvin dengan suara yang gemetar, lalu berlari pergi meninggalkan mereka.

"Siapa si dia sayang, kok ganggu kita terus si? " tanya Sella pada Gervil.

"Tidak, dia bukan siapa-siapa" ucap Gervil.

"Dasar orang aneh, nanti kalo kita udah nikah kita tinggal berdua aja ya" ucap Sella.

'Haha itu tidak akan terjadi' batin seseorang?

"Ya hanya kita" ucap Gervil.

****

Sedangkan di sisi lain Arvin sudah menangis melihat adegan tadi dengan sekuat tenaga Arvin bangkit dan membereskan baju-bajunya ke dalam koper biru langit miliknya.

Setelah selesai ia turun sebentar ke bawah untuk mencari Fania. Setelah ia menemukan Fania Arvin bergegas menghampiri Fania.

"Bunda" ucap Arvin dengan pelan tapi masih terdengar.

Fania yang mendengar suara Arvin pun berbalik dan melihat Arvin yang menundukan kepalanya.

"Eh sayang kenapa? Ada yang sakit hmm? " tanya Fania.

Arvin menggeleng kecil, "engga kok bun, Avin cuma mau pamit"

"Pamit? Pamit kemana Avin? " tanya Fania heran dan sedikit curiga.

"Emm Avin mau tinggal sendiri bunda, makasih bunda udah sayang dan rawat Avin dengan sangat baik, makasih juga udah bolehin Arvin tinggal di sini selama setaun lebih ini Arvin sangat banyak bersyukur karna kehadiran bunda, Daddy, dan Gervil. Makasih ya bunda" ucap Arvin dengan tenang walau matanya tidak bisa bohong.

"Sama-sama tapi sayang apa kamu yakin? Nanti siapa yang urus Avin kalo sakit? " tanya Fania cemas.

"Tenang aja bunda Avin ada teman yang bisa bantu Arvin kok" ucap Arvin meyakinkan Fania bahwa ia akan baik-baik saja, mungkin.

Fania menghela nafas pasrah lalu mengangguk.
"Ya udah kalo itu keputusan kamu, bunda ga bisa larang kamu semoga kamu bahagia ya sayang, maaf ga bisa bantu kamu" Fania sangat tau apa yang di rasakan oleh Arvin meski tak sepenuhnya, tapi ini lah keahlian seolah perempuan yang bisa merasakan walau dia tak mengalaminya.

"Yaudah bunda Avin pamit ya, titip salam buat Daddy dan Gervil" pamit Arvin dan pergi ke kamarnya untuk mengambil koper miliknya.

Keluar mansion Bima, sekarang Arvin benar-benar terlepas dari sini, banyak sekali kenangan indah di rumah ini tapi apa boleh buat untuk sekarang.

Di jalan Arvin menelfon Irene.

"Hallo vin ada apa?  " tanya Irene di sana.

"Hallo Irene,maafin Avin,Avin mau ikut nginep di rumah Irene untuk beberapa hari, Avin janji kok nanti kalo Avin udah nemu rumah Avin bakal pindah"

"Apaan si Vin pake izin segala, yaudah sini aja ga usah sungkan gitu sama gua, kaya siapa aja"

"Makasih Irene maaf ya, Avin tutup telfon nya ya"

"Okey hati-hati"

Tut

"Gua tau lo pasti liat Gervil sama cewe itu, gua gak nyangka kalo Gervil kaya gitu" batin Irene.

Setelah 27 menit akhirnya Gervil sampai di apartemen milik Irene.

Ting nung ting nung (bunyi bel)

Irene segera membuka pintu dan mempersilahkan Arvin masuk, lalu menutup pintunya dan duduk di sofa.

"Makasih ya Irene mau Terima Avin tinggal di sini" ucap Arvin.

"Yaelah Vin lo itu sahabat gua jadi jangan sungkan minta bantuan sama gua Oke? "

"Umm Oke" jawab Arvin.

Perfect man for me [√]Where stories live. Discover now