enam >>>

72 9 0
                                    

Beomgyu bermain menggunakan rencana. Berbahaya, jika ada orang lain tahu. Kenapa? Gak apa-apa, biar keren aja.

Karena rencananya berbahaya, tidak mungkin dia menjalankan sendiri. Kini, dia bersama seseorang yang juga ikut permainan aneh ini.

"Gyu, lo beneran mau ngelakuin rencana ini?"

Beomgyu mengangguk. "Iya, gue yakin."

"Tapi ... kalau nanti polisi, dokter, sama yang lain tahu, gimana? Gak bahaya ta?"

"Karena berbahaya, makanya gue berani coba."

"Aneh," cibir pemuda tampan di hadapan Beomgyu.

"Dari dulu juga lo tahu kalau gue aneh," balas Beomgyu datar.

Saat akan turun ke lantai di bawah, keduanya dikejutkan oleh seseorang yang juga merupakan pemain. Mereka sangat terkejut. Takut, bruh.

"Eh? L-lo ... ngapain di sini?" tanya Beomgyu ketar-ketir.

"Sembunyi lah!"

Beomgyu melirik teman dekatnya. Memberi isyarat untuk mengeluarkan benda dari balik jas seragam keduanya.

"Kalian nyesel kalau bunuh gue sekarang."

"Kenapa?" tanya teman Beomgyu ragu-ragu.

Dia terkekeh. "Gue udah tahu rencana kalian, loh. Mau gue bocorin ke yang lain?" tanya orang tersebut dengan nada mengancam.

"JANGAANN!!!" teriak Beomgyu dan orang di dekatnya, serempak.

Pemuda itu kembali terkekeh. "Lebih baik kalian ikut rencana gue."

Mata Beomgyu memicing. Tidak akan percaya begitu saja pada orang di hadapannya. "Alasan?"





















Dia mengangkat salah satu bibirnya ke atas. Smirk yang menyeramkan. Terlebih dingin menerpa kulit mereka bertiga.

Dia mengeluarkan sesuatu dari balik jas. "Ikut atau gue bunuh kalian sekarang juga."




Beomgyu menelan saliva, begitupun teman dekatnya. "Mati, gue," rutuk Beomgyu pada dirinya sendiri.



















































Sunghoon berjalan bersama Heeseung, mengelilingi bagian sekolah lantai satu. Mulai dari ruang kelas hingga gudang.

Keduanya sepakat untuk mencari petunjuk yang memungkinkan untuk keluar dari permainan sialan ini.

"Lo nemu petunjuk, Hee?"

Heeseung menggeleng. "Belum, Hoon. Kayaknya si pembuat permainan emang asli pengen bunuh kita, deh. Gak ada petunjuk apa pun dari tadi."

Sunghoon mengangguk kecil. "Bisa jadi." Lelaki itu melihat jam tangannya. Sudah waktunya. "Hee, lo curiga sama siapa?"

Heeseung melirik Sunghoon yang tampan itu. Dia akui, pemuda Park tersebut memang ganteng. "Jujur, ya. Dari awal gue udah curiga sama lo."

"Lah? Dari tadi kita berdua, lo gak gue apa-apain, 'kan? Lo gak percaya sama gue?" Sunghoon merasa kesal. "Jujur, gue juga gak percaya sama lo." Terlihat Heeseung sedikit terkejut.

Sama seperti kecurigaan Heeseung pada dirinya, Sunghoon juga curiga pada Heeseung. Tidak. Bukan hanya pada pemuda Lee itu. Sunghoon curiga pada semua pemain di sini, kecuali seseorang.

Sunghoon menghela napas pelan. Dia berharap kalau orang yang dia percaya tersebut bisa bertahan hingga akhir permainan. Menjadi pemenang.

Setelah melihat jam di tangannya, Sunghoon menatap Heeseung. "Hee, gue rasa udah cukup. Makasih waktunya. Gue mau sembunyi dulu," ucap Sunghoon.

Mafia Game | TXT & ENHYPENWhere stories live. Discover now