7. Shinobu

41 16 2
                                    

Sampai beberapa detik berlalu, hening tak juga berakhir. Aku memandangi Tanjiro yang nampak kebingungan. Terlihat jelas bahwa sepertinya ia sudah secara tak sadar menyebutkan nama Callipa.

Apa itu hanya bagian dari dirinya di masa lalu yang muncul sejenak di alam bawah sadarnya? Entahlah. Yang jelas ini makin membenarkan dugaanku bahwa Tanjiro adalah Cael.

"Ya ampun, ternyata ada tamu."

Di tengah-tengah itu, Shinobu pemilik mansion kupu-kupu yang juga seorang Hashira, muncul menginterupsi kami. Daripada kelihatan senang, dia lebih nampak kesal.

"Halo, ini pertama kalinya kita bertemu, kan? Apa kau anak yang sedang jadi pusat pembicaraan itu?" tanyanya padaku.

"Silakan panggil saya Calli. Maaf karena masuk ke mansion Anda tanpa izin."

"Ku dengar kau juga sudah beberapa kali mencoba mengunjungi mansion. Karena sudah beberapa kali juga tak di izinkan masuk, apa akhirnya kau jadi pasien yang dehidrasi?"

"Ah-hahaha...."

Yah, ku balas sindirannya dengan tawa canggung.

"Tanjiro harus masuk sekarang karena harus istirahat dan bangun pagi-pagi sekali besok untuk memulai latihan rehabilitasinya. Yang tak berkepentingan bisakah kembali saja?"

"Anu, Shinobu-san---"

"Tanjiro-kun, kembalilah ke kamarmu, yah?"

"Eh, tapi---"

"Kem-ba-li."

Ugh! Meski dia berkata sambil tersenyum begitu, entah kenapa aku merasa ada racun di kata-katanya itu. Kalau di tentang atau membalasnya, mungkin kami berdua bisa mati beneran.

"Gapapa, kok, Tanjiro! Kau harus tidur sekarang. Sampai nanti."

"Yah, baiklah. Sampai nanti, Calli."

Begitulah aku memilih cari aman dengan mencukupkan pertemuanku dan Tanjiro sampai segitu dulu.

Sepeninggalnya Tanjiro ke dalam mansion, tersisa kami berdua sekarang. Shinobu masih tersenyum ramah, sih, tapi...

Aku merasa ada duri dari tiap senyumnya itu!

"Calliope?"

"Y-ya?"

Eh? Dia tahu nama lengkapku bahkan sebelum ku sebutkan. Apa aku segitu terkenalnya di kalangan Pemburu Iblis?

"Karena besok pagi rapat para Hashira akan di adakan, jadi untuk malam ini kau boleh tidur di sini. Kau juga harus menghadiri rapat besok bersamaku."

"Yah, terima ka---HEH?!"

Aku langsung refleks membekap mulutku sendiri setelahnya. Shinobu nampak terkejut.

Bukan tanpa alasan kenapa suaraku tiba-tiba meninggi begitu, kok! Masalahnya aku juga kaget.

KENAPA TIBA-TIBA AKU IKUT KESERET DALAM RAPATNYA PARA HASHIRA?!

Kalau begitu, kan, aku.... aku.... aku....

AKU JADI SENENG BANGET, WOIIIII!!!!!

Bisa ketemu ayank Giyuu, ayank Sanemi, dan ayank Tengen juga! Nikmat mana lagi yang Kau dustakan, Ya Tuhan...

Kayaknya aku bakal tidur nyenyak malam ini. Muehehe ><

oOo

Perjalanan menuju mansion utama pagi ini terasa sangat panjang. Apalagi sebabnya kalau bukan karena Shinobu yang berjalan lebih lambat di belakangku? Tatapannya padaku panas banget sampe nembus punggung rasanya.

Apa salah dan dosaku pada Hashira cantik satu ini, sih?

Ah, kalau di pikir-pikir, backstory Shinobu cukup menyedihkan juga. Dia hidup dalam senyum palsu selama ini. Pada nyatanya, dia menyimpan dendam dan amarah yang meluap-luap dari balik senyumnya itu. Dan lagi dalam beberapa waktu ke depan, Shinobu juga akan tewas dalam pertarungannya melawan Uppermoon ke-3, Iblis yang juga merenggut nyawa kakak perempuannya.

Hidup dengan mengetahui berbagai hal di dunia ini membuatku tak tenang.

"Shinobu-san?"

"Ya?"

"Aku akan melindungimu juga."

Shinobu sontak berhenti. Wajahnya menegang dengan tatapan hampa padaku.

"Jangan melihatku seperti itu. Kau membuatku makin sedih, tahu!"

"Apa kau benar-benar Dewi Penyelamat?"

Huh?! Julukan macam apa itu? Kenapa tiba-tiba aku punya julukan yang norak begitu?

"Semua orang membicarakannya. Saat Rapat Hashira kemarin pun, kaulah yang jadi topik utama kami. Banyak dari kami yang pro dan kontra. Sebagian besar karena tak bisa percaya begitu saja pada gadis aneh yang datang entah darimana dan langsung di sebut-sebut sebagai Dewi yang membawa keselamatan pada dunia ini."

"Biar ku tebak, kau pasti berada di sisi yang kontra, kan? Terlihat dari caramu memperlakukanku, sepertinya kau tak mempercayaiku."

"Tentu saja. Bagaimana bisa aku mempercayakan nasibku pada gadis yang akhir-akhir ini sibuk menempel pada Tokito seperti stalker? Kau malah terlihat seperti fans fanatik yang tergila-gila begitu melihat idolanya."

Jleb!

Ugh, kata-katanya bisa pas banget menusuk relung hati terdalamku.

Yah, aku akui dia ada benarnya juga, sih! Kelakuanku selama ini emang di luar prediksi BMKG banget. Mana ada Dewi Penyelamat yang sibuk ngefangirl?

"Kau benar, Shinobu-san! Saat ini aku memang belum bisa membuktikan apa-apa. Bahkan aku juga gak setuju dengan sebutan Dewi Penyelamat itu. Ku pikir Tuan Besar terlalu berlebihan bereaksi pada kemampuanku. Tapi, meski aku bukan Dewi Penyelamat sekalipun, aku punya tekad untuk melindungi orang-orang di dunia ini. Tak akan ku biarkan ada seorangpun yang mati. Kau tak harus percaya padaku. Aku juga tak bisa apa-apa untuk membuktikannya. Pokoknya, aku hanya bisa berharap kalau suatu saat nanti kau bisa tersenyum tulus tanpa takut seorangpun tahu isi hatimu yang sebenarnya."

"Kau...."

Wajah Shinobu yang semula menegang, lamat-lamat mulai mengendur. Tatapannya padaku pun sepertinya sudah lebih lembut.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Gak segera ke mansion utama?" Sambar sebuah suara tak jauh dari kami.

Kami kompak menoleh ke sumber suara dan mendapati Rengoku dan Muichiro. Nampaknya mereka juga sedang dalam perjalanan menuju ke mansion utama.

Melihat Rengoku, ada segelintir perasaan lega dalam diriku. Syukurlah dia masih hidup. Ternyata aku belum gagal untuk mencegah adegan mengenaskan itu. Aku masih punya waktu sampai misi Kereta Mugen.

Aku tak akan membiarkan siapapun dari dunia ini mati.

"Rengoku-san juga.... aku akan melindungimu!" kata-kata itu tanpa sadar keluar begitu saja dari mulutku.

Lagi, Rengoku berekspresi sama seperti Shinobu tadi.

When The Sun Goes Down (DEMON SLAYER FANFIC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang