Tanpa Diego duga, Elena menurunkan kerah bajunya sendiri sehingga leher jenjangnya terekspos. Elena menatap Diego dengan tatapan seperti memohon. Diego semakin kebingungan dengan tingkah yang di buat gadis itu. "Apa yang sedang kau lakukan?! Pasang kembali bajumu dengan benar!"

"Tidak. Sudah aku bilang, kau boleh meminum darahku!"

"Hanya orang bodoh saja yang membawa dirinya sendiri ke dalam bahaya!"

Elena menatap Diego kesal. Elena mendekati Diego dan mendekatkan kepala Diego ke arah lehernya. Mata Diego membelalak lebar, mendorong Elena menjauh tapi gadis itu kini justru merengkuh tubuhnya.

"Hey, kau sudah gila!? Aku tidak mau minum darahmu!"

"Tolong, anggap saja ini sebagai rasa terima kasihku atas pertolonganmu dan sudah membiarkanku tinggal di tempat yang nyaman ini."

Diego terdiam. Nafsu akan darah yang tadi berhasil dirinya bendung, terbobol dan muncul  kembali ke permukaan. Deru nafas beratnya mengenai kulit leher Elena membuat tubuh gadis itu merinding. Elena mencengkeram kuat bahu Diego.

"... Hah... Hah..."

Taring vampirnya muncul kembali dengan sendirinya, matanya mulai berkabut. Diego mengendus leher jenjang Elena. Taringnya mencari tempat yang cocok dan bersiap akan menusukkannya. Elena menutup matanya erat-erat.

Sati detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Elena kembali membuka matanya. Elena terheran lantaran di area lehernya sama sekali tidak merasakan sakit. Elena menjauhkan wajah Diego dari lehernya. Pria itu memejamkan matanya, membukanya kembali sudah berubah normal.

"Kenapa tidak jadi minum?"

"..."

"Diego...?"

"Diam!"

Suara berat yang di keluarkan Diego membuat gadis itu patuh. Elena hanya diam di dalam pelukan pria itu yang menyandarkan dagu di pundaknya. Elena tidak tahu apa yang terjadi pada Diego. Diego menjauhkan tubuhnya perlahan dan berlari keluar dari apartemen itu tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Elena. Elena menatap pintu tertutup itu dengan heran.

Diego menyandarkan punggungnya di dinding. Diego menyentuh dada kirinya di mana terdapat jantungnya yang berdetak cepat. Diego tidak tahu apa yang sedang ia rasakan sekarang. Diego mengusap wajahnya dengan kasar. 'Apa yang terjadi padaku sebenarnya!? Rasanya ada sesuatu yang aneh di dalam diriku.'

Diego memasuki apartemen itu lagi. Dia tadi keluar untuk menenangkan dirinya saja. Diego menatap Elena yang mondar-mandir di depan televisi. Diego menghampiri gadis itu.

"Sedang apa kau?" Tanyanya. Elena menoleh dan kembali melanjutkan acara mondar-mandirnya tanpa menjawab pertanyaan Diego. Diego menuntun Elena untuk duduk di sofa dan membiarkan gadis itu tenang dulu.

"Aku harus bekerja sekarang, tapi aku tidak punya baju. Bajuku sudah terkoyak, dan mana mungkin aku pulang mengambil pakaianku dengan memakai baju yang aku pakai sekarang?"

"Kalau itu masalahmu, maka tunggulah di sini."

Diego pergi keluar setelah mengatakan itu padanya. Lagi-lagi Elena di buat bingung dengan tingkah Diego. Elena menurut, tetap duduk di sana menunggu Diego kembali. Beberapa menit pria itu telah kembali. Tangannya menenteng dua tas dan menyerahkannya pada Elena. Elena  mengerutkan dahinya melihat kedua tas yang kini ada di tangannya itu dan menatap penuh tanda tanya ke arah Diego.

"Itu pakaian untukmu. Pakai dan segera lah bekerja untuk yang terakhir kali. Aku membiarkanmu bekerja hari ini untuk memberimu kesempatan mengucapkan selamat tinggal pada teman-temanmu di sana," Ucap Diego enteng tanpa mempedulikan gadis itu yang matanya membelalak lebar.

"Apa maksudmu aku bekerja untuk yang terakhir kali?"

"Sudah aku katakan, kau masih menjadi incaran vampir itu. Aku yakin dia tidak akan menyerah mendapatkanmu kembali. Aku tebak, dia sudah menghisap darahmu dua kali?"

"Em, y-ya... Bagaimana kau bisa tahu itu?'

"Aku bisa merasakannya dari auramu yang hampir mirip dengannya. Jika dia  berhasil menggigitmu untuk yang ke tiga kali, maka kau dan dia akan saling terikat. Kalau kau mau, silahkan saja berkeliaran di luar."

Elena terkejut lalu terdiam. Tangannya menyentuh lehernya sendiri. Dia masih ingat saat pertama kali pria itu menghisap darahnya. Sebenarnya Elena kenal dengan pria itu yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Tak jauh dari rumahnya terdapat rumah kosong yang ia kira tidak ada penghuninya sama sekali, namun ternyata pria itu tinggal di sana seorang diri. Karena Elena merasa kasihan pada pria itu, jadi dirinya sering berkunjung ke sana dan mengobrol. Tapi siapa sangka, lama kelamaan pria itu terus mengganggunya bahkan saat gadis itu sedang di rumahnya. Pria itu menghisap darahnya untuk pertama kalinya saat Elena tertidur.

Diego menyentuh bahu Elena pelan untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Elena menatap Diego lama lalu berdiri menuju kamarnya sambil membawa kedua tas itu. Tak lama Elena keluar, sudah berganti pakaian dan bersiap berangkat bekerja. "Aku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku ini. Aku bukan orang kaya yang punya banyak simpanan harta. Aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang."

Diego berdiri dan menatap Elena tajam. Elena menunduk, takut menatap Diego yang terlihat akan marah padanya. Tapi Elena salah, bukan bentakan juga pukulan yang ia terima namun sentuhan lembut di kedua bahunya. Elena menatap Diego dengan mata berkaca-kaca.

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Kau cukup tinggal di sini dan merawat apartemenku saja dan aku akan membayarmu. Kau setuju?"

"Tap-"

"Sstt... Turuti saja perintahku. Ini demi kebaikanmu sendiri."

Elena terdiam. Diego merogoh uang dari kantong celananya, uang yang cukup banyak. Diego menyerahkan semua uangnya kepada Elena yang menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya.

"Gunakan itu untuk belanja keperluanmu. Bahan makanan atau apapun itu."

"I-ini terlalu banyak! Aku masih ada sisa uang yang cukup untuk membeli bahan makanan."

Elena menyerahkan uang itu kembali ke Diego, namun saat melihat tatapan pria itu yang menusuknya, Elena langsung mengurungkannya. Diego menghela nafasnya dan menghilang begitu saja kembali ke dunianya. Elena yang melihat aksi Diego barusan, merasa terkejut dan kagum.

"Wow, sehebat itukah mereka? Menghilang secepat itu? Seperti seorang pesulap handal!"

Elena masih terus mengagumi aksi Diego tadi sampai gadis itu tersadar dan berlari keluar dari apartemennya cepat-cepat. Elena bergegas pergi bekerja karena ia tidak mau telat yang berujung dirinya mendapat amukan dari bosnya.

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now