"Tenang aja, ini hari terakhir gue ada di sini. Besok gue bakal pindah, sesuai permintaan ayah lo," kata Azalea mengawali pembicaraan.

"Ke—"

"Gue nggak akan minta maaf soal teror-teror itu, dan gue nggak akan pernah berterima kasih karena ayah lo udah bebasin gue," potong Azalea cepat.

Baru terdapat mereka berdua di dalam kelas. Jadi, Azalea bisa dengan leluasa mengatakan kalimat tadi. Akan tetapi, mereka tidak menyadari jika ada sebuah tas yang terletak di salah satu kursi. Pemilik tas datang lebih awal dari mereka.

"Apa salahku, Za? Kenapa kamu ngelakuin hal itu?" Alesha masih berdiri, dia belum duduk.

"Lo jangan tanya gue, mendingan lo tanya langsung ke ayah lo."

Pembicaraan mereka terhenti karena sudah ada murid lain yang masuk ke kelas. Mau tak mau, Azalea duduk bersebelahan dengan Alesha lagi. Azalea memilih untuk menelangkupkan mukanya pada meja.

Kelas yang tadinya hanya terisi dua orang, lambat laun banyak murid yang berdatangan. Tepat pada pukul tujuh, Senja dan Ella masuk ke dalam kelas lalu duduk di bangku mereka masing-masing. Senja menoleh ke arah Alesha sebelum duduk.

"Cha? Lihat Samudra, nggak?" tanyanya.

Alesha menggelengkan kepalanya, dia tidak melihat Samudra sejak dia berada di kelas. Dia menoleh ke belakang, dia melihat Fathur, lalu seketika itu dia baru menyadari ada sebuah tas yang terletak di mejanya Samudra. Tas abu-abu milik Samudra.

"Samudra udah pulang?" tanya Ella yang belum tau apa yang sudah terjadi kemarin. "Samudra itu Segara?" Ella bertanya lagi ketika melihat Segara yang masuk bersama Pak Zein.

"Ya, Samudra udah pulang, tapi Segara itu bukan Samudra. Kalau gue ceritain lo pasti nggak nyangka," balas Senja.

Sekarang semua pandangan mata tertuju pada Pak Zein dan Segara yang masuk ke kelas. Sepertinya Pak Zein ingin menyampaikan sesuatu karena tidak mungkin wali kelas X MIPA 1 itu datang tanpa sebab dan akibat. Sementara itu, Segara dipersilahkan Pak Zein untuk duduk di samping Leon.

Beberapa murid ada yang berbisik-bisik, mereka membicarakan Segara.

"Sejak kapan ada kursi di situ?"

"Nggak tau, kemarin-kemarin belum ada."

"Ngapain Pak Zein ke sini?"

Pak Zein yang berdiri di depan kelas menepuk tangannya sebelum berbicara.

"Mohon perhatiannya semua. Mengingat cuaca yang kurang mendukung untuk pelaksanaan upacara, maka hari ini tidak ada upacara bendera," ujar Pak Zein.

Pria itu melihat ke arah bangku di samping Fathur yang kosong. Tiba-tiba dia teringat dengan Samudra yang entah di mana keberadaannya sekarang.

"Iya, satu lagi. Teman kalian yang sudah lama hilang, akhirnya kembali. Ternyata dia ...." Perkataan Pak Zein terputus karena ada seseorang yang mengetuk pintu kelas secara tiba-tiba. Dia menoleh dan mendapati Samudra yang berdiri di ambang pintu.

"Maaf, Pak, saya telat," kata Samudra tanpa diminta.

Semua mata yang sebelumnya terfokus pada Pak Zein, seketika berpaling dan memandang Samudra.

---

Hujan telah reda. Setelah bel tanda istirahat berbunyi Azalea langsung keluar dari kelas dan menuju ke rooftop. Beberapa menit kemudian, Samudra menyusul dan melihat Azalea yang sudah duduk di tempat yang biasanya dia duduki.

"Lo ngapain di sini?"

Azalea diam dan tidak menjawab pertanyaan Samudra. Dia bahkan sibuk memainkan ponselnya dengan menggeser layar dari bawah ke atas tanpa menoleh ke arah Samudra.

Be The Best! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang