8. After Story

102 24 0
                                    

Hari itu keadaan sekolah benar-benar ricuh. Rumor yang sudah ramai diperbincangkan akhir-akhir ini, mengenai seorang siswi yang ketahuan bekerja sebagai pelayan napsu laki-laki hidung belang, dan terancam bakal dikeluarkan terbukti benar adanya. Awalnya sekolah menutupi identitas siswi yang dimaksud, tapi setelah berita menggemparkan lain menyusul ke permukaan, semuanya jadi kian jelas.

Kemarin Fara datang bersama orangtuanya, ia mengenakan baju biasa alih-alih seragam. Ia mengenakan masker dan topi untuk menutupi wajahnya. Mereka datang saat jam pelajaran berlangsung, tapi tentu ada saja siswa yang sengaja berkeliaran di jam pelajaran sekalipun.

Kabar beredar cepat, dan dari situ didapati kesimpulan bahwa Fara adalah siswi dibalik rumor itu. Kabar tentang gadis itu yang tertangkap oleh guru sedang melakukan kegiatan panas di taman belakang juga dengan cepat beredar.

Tidak banyak yang membicarakan Fajar, kebanyakan terang-terangan menggunjing Fara. Karena dibandingkan dengan Fajar yang berlatar belakang keluarga berpengaruh di Neogentara, Fara hanya gadis dari keluarga biasa yang nekat mencari uang dengan cara kotor untuk membiayai kehidupannya.

"Bukan gue yang diomongin, tapi dari tadi kuping gue ikut panas denger topik orang lain ngobrol itu-itu mulu." Ari mendengus kesal setelah meletakkan nampan berisi lima piring nasi pecel dengan sedikit kasar.

"Woo, santai brodi," sahut Habie yang datang membawa lima gelas teh dingin. "Nggak dibanting juga, itu nasi nangis ntar dikira ada gempa."

"Garing Lo, tai!" Nolan menjitak kepala Habie, membuat remaja laki-laki itu melirik sebal.

Ketiganya memutuskan untuk numpang makan di kelas salah satu kenalan mereka yang letaknya cukup dekat dari kantin. Cukup muak karena entah kenapa kantin menjadi lebih penuh dari biasanya.

"La, Le. Makan dulu sini woy!"

Dua bocah yang dipanggil menoleh sebentar sebelum membereskan alat tulisnya dan berjalan beriringan menuju tiga bocah itu.

Skarla dan Leo, pemuda-pemudi ambis penghuni kelas yang mereka tumpangi. Keduanya cukup dekat dengan Habie karena sama-sama tergabung dalam ekskul basket, apalagi Leo si bocah tengil yang dikenal sebagai Habie kedua di tim basket sekolah. Sedangkan Skarla lebih dekat dengan Nolan dan Ari selaku sesama Swifties alias penggemar penyanyi legendaris dengan lagu-lagu populer, Taylor Swift. Apalagi motto hidupnya yang mirip dengan Ari; tidak apa-apa jomblo. Mungkin jodohku sebenarnya bule.

Begitulah.

"Kelas kalian sepi banget?"

"Biasalah, Kak. Pada kepo sama rumor belakangan ini, jadi pada sibuk nyari info dari kelas-kelas lain."

"Niat banget??" Ari memasang wajah kaget, tidak menyangka bahwa 'ghibah' bisa membuat manusia jadi bertindak seolah kurang kerjaan begitu.

Skarla tertawa santai. "Tau sendiri lah, Kak. Gimana terkenalnya Kak Fajar sama Fara. Ya pasti pada heboh lah! Apalagi temen-temen cowok kelas gue yang biasanya hobi godain Fara tiap lewat depan kelas. Langsung pada kecewa, lah!"

"Padahal mah, salah sendiri ya. Naksir sama orang gara-gara tampang luar," celetuk Leo.

"Eleh, Lo juga sering lirik-lirik tuh?"

"Nggak, ya!"

"Tuhkan, Kak. Giliran kayak gini aja pada sok-sokan nggak ngaku. Emang bangsat temen-temen cowok di kelas gue, mah."

The Shades [Selesai]Where stories live. Discover now