Biru Langit

330 44 0
                                    

Halooo apakabar hehe?

Makan apa kamu hari ini??

Anyway aku akan sangat senang kalau ceritaku banyak komenannya. Aku mau tau respon pembacaku dengan dialog-dialog dan narasi yang udah aku buattt.

☁️☁️☁️

Intro 2. Nolan dan Dua Perintilannya


"Nolan, temen kamu udah pada pulang?"

Suara parau Bunda kala itu menghentikan langkah Nolan yang berniat masuk ke dalam kamar.

Nolan memandang Bunda sebentar. Tubuh yang dibalut dress rumahan merah jambu itu terlihat ringkih. Tidak perlu menutup mata soal kesehatan Bunda yang sering kali menurun.

Tapi di antara banyaknya hal dan banyaknya kata yang bisa Bunda ungkapkan sebagai lontaran rasa lelah, Bunda justru tersenyum. Senyum manis yang seringkali membuat hati Nolan nyeri. Membuat dadanya kian sesak kala melihat senyum itu terbit diantara wajah lelah wanita yang sumpah mati bakal ia lindungi sampai kapanpun.

Bunda adalah wanita hebat, hingga sekarang pun begitu. Meski tubuhnya makin melemah termakan usia pun akan tetap begitu.

Bunda pernah menjadi model yang terkenal pada masanya. Menjadi seorang aktivis yang kerap menyuarakan pendapat tentang pentingnya pemerataan pendidikan bagi kemajuan bangsa. Seorang perempuan yang pernah dipandang kagum oleh pria maupun wanita.

Suatu saat, Nolan kecil pernah bertanya pada Bunda.

"Bunda. Bunda pernah nyesel nggak Nolan ada?"

Kemudian hanya dijawab senyuman oleh Bunda. Ia tidak mengerti apa maksudnya kala itu. Tapi sekarang ia mengerti. Lalu suatu saat, ia kembali bertanya kepada Bunda. Pertanyaan yang sama persis, dengan nada dan ekspresi yang sama persis.

Tapi kata Bunda, "Nggak akan pernah. Nggak usah bicara aneh-aneh, No. Kalau langit runtuh dan cuma satu orang yang bisa bunda selamatin di dunia ini pun, Bunda bakal milih Nolan buat tetap hidup."

Nolan hidup dari sebuah kesalahan.

Kesalahan yang membuat hidup Bunda hancur. Harusnya ia tidak perlu diperjuangkan jika hadirnya membuat Bunda kehilangan karirnya yang mencapai puncak.

Senyum yang menjadi jawaban bunda kala itu nyatanya ditangkap Nolan sebagai artian, ya. Bunda pernah menyesal melahirkan Nolan sebelumnya. Dan itu berarti hadirnya tidak diharapkan sejak awal.

Harusnya ia tidak lahir jika kehadirannya membuat Ayah sering menyakiti Bunda.

Opini itu membuat Nolan berusaha keras untuk belajar, agar Ayah tidak menyalahkan Bunda atas kelahirannya. Ikut olimpiade kesana kemari agar Ayah berhenti memandangnya sebagai pembawa sial. Belajar dengan tekun agar dapat berdiri bangga saat penyerahan rapor kenaikan kelas.

Tapi lama-lama Nolan lelah.

Bukan itu yang Nolan mau. Semuanya bohong.

Bahkan cita-citanya menjadi profesor sewaktu muda adalah bualan belaka. Cita-cita itu terlalu muluk untuk dirinya yang banyak celahnya. Jujur saja ia hanya ingin hidup.

Hidup dibawah kakinya sendiri.

Sejak kecil ia suka musik. Karena sebuah kebetulan yang mempertemukan Nolan dengan seorang pemain biola jalanan. Ia diam-diam suka mencari tahu tentang alat musik yang mungkin bisa ia mainkan.

Akhirnya suatu hari ia minta dihadiahi gitar di hari ulangtahunnya pada Bunda.

Bunda mau-mau saja.

Kemudian kemampuan bermusiknya semakin baik. Ia minta les musik untuk mendalami kemampuannya, dan disanalah ia bertemu Ariana untuk pertama kalinya. Orang yang kini menjadi sahabat baik Nolan tanpa diduga.

The Shades [Selesai]Where stories live. Discover now