04

707 89 15
                                    

.




















.
















.

















Kedua tim basket telah bersiap siap dengan posisi mereka, ada pula wasit yang akan mengawasi pertandingan mereka.

"Are you ready guys?" Tanya sang wasit pada kedua tim yang akan bertanding.

"Ready sir" Jawab kedua tim serentak dan sudah mengambil posisi.

Wasit itu menoleh secara bergantian dan melemparkan bola basket sampai melambung tinggi.

Prit

Bersamaan dengan dia yang meniup peluit tanda bahwa permainan telah di mulai.

Dengan cekatan Gama mengambil basket dan menggiring nya memasuki wilayah lawan.

Melihat hal itu jelas pihak lawan tidak akan tinggal diam, mereka mengikuti kemana pun Gama berlari.

Saat memasuki wilayah lawan Gama tentu tidak sendiri, dia di ikuti beberapa anggota nya untuk mengoper bola.

Pertandingan itu semakin sengit dan belum ada yang mencetak gol satu pun.

Suasana di sana semakin mencekam karena mereka melihat Tian dan Gama saling berebut bola.

"Itu siapa?" Tanya Freedy menoleh pada Nathan dan menunjuk Tian.

"Dia kak Tian" Jawab Nathan memakan kue yang di bawakan oleh Gibran.

"Lo kenal dia dimana?"

Kini giliran Dion yang bertanya, dia terlalu penasaran soal orang yang bernama Tian.

"Tadi pas gue, Bastian sama bang Ali mau nyari kantin gue ketemu dia lagi sama bang Gama ga tau sih ngomongin apa terus bang Gama nyuruh kak Tian buat nganterin kita ke kantin" Jelas Nathan.

Saat Dion hendak membalas ucapan Nathan tiba-tiba suara peluit terdengar nyaring.

Dia sontak menoleh dan melihat bahwa Gama berhasil mencetak poin, dirinya girang bukan main.

"KYAA SELAMAT GAMA"

"LO KEREN BANG"

"BANG GAMA KEREN BANGET"

"SEMANGAT GAMAA"

"GILA GAMA KEREN BANGET"

"ITU MARIO JUGA KEREN"

"PACAR GUE ITU MARIO"

"HALU LO"

Begitulah teriakan demi teriakan yang tertuju pada team Gama atau lebih tepat nya hanya tertuju pada Gama.

Pertandingan itu pun berlangsung sampai jam 5 sore, barulah mereka di suruh pulang oleh wasit.

Saat akan pulang secara mendadak keturunan Bagaskara, Wiguna, Barier dan Alrendra mendapatkan panggilan dari ibu negara masing-masing.

"Halo pa"

". . ."

"Oke pa bentar"

Gama menjauhkan ponsel dari telinga nya lalu menyalakan speaker agar ketiga adik nya bisa mendengar.

Tenang saja dia sudah berpindah tempat agar tidak ada yang mengetahui pembicaraan nya dengan sang papa.

"Halo sayang-sayang papa"

"Halo pa ada apa telfon?" - R

"Rean kamu lagi sama siapa aja di sana nak?"

"Sama bang Geo, bang Viel sama Nio pa" - R

The Generation BAT (S2) END ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora