Ada hal yang mengganggu dirinya saat Fale tertawa lepas sambil memukul bahu pria di sana. Dan jujur saja Edgar tak suka melihatnya.

"Oh, Ed ...." Fale menoleh ke arah Arif yang masih memberi atensi pada Edgar. "Rif, kenalin ini Edgar," ujarnya saat Edgar benar-benar sampai di hadapan mereka. "Anaknya Om Edo."

"Hah?" Arif sedikit terkejut. "Om Edo?"

"Iya. Selama ini tinggal di Batam. Gue juga belum lama ini tahunya."

"Oh ... Hai, gue Arif." Dengan sopan, pria yang sejak lulus SMA menetap di Singapura itu menyodorkan jabatan tangan.

"Hmmm," balas Edgar enggan. Ia kembali menatap Fale setelah menjabat tangan Arif singkat tanpa menyebutkan nama. "Tante Lani bilang acara makan malemnya udah mau mulai."

"Oh." Fale mengangguk samar sambil memberi atensi lagi pada Arif. "Ayo, Rif! Makan malemnya nggak akan mulai kalau bintang tamunya gue ajak mojok gini."

Tertawa kecil tanpa suara, Arif mengangguk menanggapi ucapan sahabatnya. "Ayo. Kita bareng aja sekalian." Maksudnya dengan pria yang saat ini berdiri di samping Fale.

Tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun, Arif melangkah lebih dulu. Sedangkan Fale yang hendak mengikutinya dibuat terkejut dengan cekalan tangan Edgar di lengan atas. Fale hanya menoleh tanpa memprotes apa-apa karena ia baru sadar ada sorot berbeda yang dipancarkan Edgar saat menahannya tetap di sana.

"Oh, iya Fal ...."

Bersamaan dengan itu, Arif yang tak merasakan langkah di belakangnya memilih menoleh. Sudah ia duga Fale dan Edgar tak mengikutinya. Dua orang itu masih berdiri di jembatan sedangkan dirinya hampir keluar dari area kolam. Arif mengernyit karena melihat posisi Fale yang berhadapan dengan Edgar begitu dekat.

"Ya?" Fale buru-buru melepas pegangan Edgar, lalu berjalan menghampiri Arif. "Kenapa?" tanyanya saat benar-benar sampai di hadapan pria itu.

"Ada masalah?" Arif menggeser sedikit kepalanya untuk melihat Edgar yang masih berdiri di sana.

"Nggak ada, kok." Tanpa ragu, Fale bawa Arif berjalan menuju rumah. "Tadi mau ngomong apa?"

"Besok kalau free gue mau ngajak nonton."

"Boleh! Gue harus kabarin Zola sama Mira, nggak?"

"Nggak usah. Kabarin mereka-nya lewat instastory aja."

Fale terkekeh. "Okelah!"

"Masih tinggal di apartemen dulu, kan?"

"Iya, unitnya pun nggak ganti."

"Bagus deh, gue tinggal jemput besok."

"Siap, gue tunggu!"

Saat dua orang yang mulai memasuki rumah kembali mengobrol santai, pria yang masih berdiri di tempat sedang mengeraskan rahang sambil menumpu kedua tangan pada besi pembatas jembatan. Tatapan tajam Edgar benar-benar mengantarkan kepergian Fale yang kadang terlihat menutup mulut untuk menyembunyikan tawa saat bicara. Sepertinya baru kali ini Fale terlihat begitu ceria hingga bebas mengumbar tawa. Dan rasanya Edgar mulai kesal sendiri kenapa juga ia harus merasa marah dengan hal itu?

Saat acara makan malam yang berisi tiga belas orang itu selesai, Edgar yang sengaja memilih duduk di samping Fale sesekali melihat ke arah Arif yang duduk di seberangnya. Pria itu tak banyak bicara, hanya menjawab beberapa pertanyaan yang keluar dari keluarga Wirasena dengan kalimat seperlunya. Entah dalam bentuk basa-basi atau serius. Dari yang Edgar dengar pria itu memiliki restoran di Singapura yang mengusung tema Nusantara.

"Jadi mau rencana buat juga di sini, Rif?" Fale mulai memasuki obrolan dan berhasil menarik atensi Edgar yang sejak tadi menyorot Arif dengan tatapan tak biasa.

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now