20. Prinsip Hidup Gwenn

Start from the beginning
                                    

Jantung Gwenn berdegup dengan kencang saat sebuah tawa yang sangat ia kenali itu terdengar olehnya, secara otomatis mendorong keberanian Gwenn untuk bangkit dan mengambil langkah mendekat.

Gwenn melirik sekilas sebuah papan yang menggangung diatas bertuliskan 'toilet pria', untuk sejenak sisi waspada Gwenn bangkit. Gwenn mengeratkan genggaman jarinya sebelum dengan sekali tarikan napas ia menarik langkah untuk masuk ke dalamnya.

Dengan tangan kanannya yang mengapit sebatang rokok yang menyala, Dino mengistirahatkan dirinya dengan duduk pada sisi wastafel sembari, sesekali mengisapnya sesekali mengeluarkan tawa puasnya. Di depan sana, Akiro tersungkur dengan napas terengah-engahnya, bajunya basah kuyup berikut dengan rambutnya. Diikuti dengan kedua teman Dino yang sibuk mengeluarkan pancuran air dari salah satu bilik toilet kemudian menyalakannya dan mengarahkannya tepat ke arah Akiro.

Tanpa sadar, Gwenn menahan napasnya saat menyaksikan kejadian didepannya ini. Dengan matanya yang masih setia terbuka lebar, memperhatikan setiap perlakuan mereka, seketika hati Gwenn merasa terusik. Dia merasa tidak nyaman setelah mengetahui semua perlakuan Dino dan fakta bahwa Dinonya telah berubah.

Gwenn tidak mengenali pria itu lagi.

"Dino," panggil Steve ketika menyadari kehadiran Gwenn.

Gwenn masih berdiri mematung di tempatnya saat Dino memalingkan wajahnya, membuat mereka beradu pandangan. Gwenn dapat merasakan raut terkejut dari Dino, tapi sebisa mungkin pria itu sembunyikan dengan memunculkan sikap sok tenangnya. Padahal Gwenn tahu betul Dino sedang menahan gugup, terlihat dari kakinya yang mengetuk lantai secara tak beraturan.

"Ada apa kau kesini?" Tanya Dino.

Gwenn masih menatap datar ke arah Dino sebelum beralih pada Akiro. Dengan keadaannya yang kacau seperti itu, Akiro tampak tidak melakukan perlawanan apapun, bahkan raut wajahnya terlihat tenang tanpa emosi, seolah hal itu sudah jarang terjadi dan ia tidak masalah dengan hal itu. Mungkin sikap santainya inilah yang berhasil memancing emosi Dino untuk meluap. Harga diri Dino terluka dengan sikapnya itu.

"Aku kebetulan lewat tadi," ujar Gwenn pelan.

"Kau ingin bergabung dengan kita?" Ajak Dino namun Gwenn menggeleng.

"Aku tidak ingin berurusan dengan masalah seperti ini," ujar Gwenn jujur.

Gwenn tahu dirinya tidak lebih baik dari mereka, kalau ada masalah semacam ini, Gwenn lebih memilih untuk mengindarinya daripada melibatkan diri dengan menjadi sok pahlawan yang berakhir menyusahkan diri sendiri. Itu prinsip hidup Gwenn selama ini.

"Sudah kuduga, kau lebih memilih untuk belajar daripada bermain denganku. Kau takut berurusan dengan siswa bermasalah seperti kita karena akan mempengaruhi nilaimu?" Tanya Dino dengan nada tak sukanya, tatapannya penuh dengan kebencian dan amarah membuat Gwenn bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dengan Dino belakangan ini.

"Kau baik-baik saja? Aku tidak tahu kalau kau merokok," ujar Gwenn masih menatap lembut ke arah Dino.

"Kita memang tidak sedekat itu sampai kau harus tahu segalanya tentangku bukan?" Dino mendengus pelan sebelum membuang puntung rokoknya ke tempat sampah.

Gwenn terdiam, benaknya mulai mempertanyakan apa Dino didepannya ini memanglah Dino yang selalu bermain dengan Gwenn sedari kecil? Gwenn masih memperhatikan keadaan disana, situasi kacau didepannya itu nyatanya turut mempengaruhi kinerja otak Gwenn.

"Bisakah kita bicara sebantar?" Tanya Gwenn, Dino menautkan alisnya kemudian berujar, "Disini saja."

"Aku ingin bicara berdua denganmu," tegas Gwenn lagi membuat kedua teman Dino saling menatap dan akhirnya pergi dari sana setelah mendapat lirikan sekilas dari Dino.

Oke sepertinya Gwenn sudah melakukan sebuah kesalahan. Seharusnya Gwenn tidak masuk ke dalam bilik toilet hari itu dan melempar dirinya ke dalam jurang masalah itu. Seharusnya Gwenn tetap pada pendirian awalnya, tapi kenapa, kenapa Gwenn malah bertindak sebaliknya?

"Tidak biasanya kau bersikap seperti ini, kemana perginya Gwenn si ratu sekolah yang selalu hidup dalam tempurung nyaman ayahnya itu?" Tanya Dino semabari mengambil langkah mendekat ke arah Gwenn.

Gwenn menahan napasnya saat tangan Dino meraih pipi Gwenn dan mengelusnya pelan disana, "Dino," Gwenn berusaha menginterupsi tetapi Dino tetap meneruskan tindakannya walau ia tahu kalau Gwenn tidak nyaman dengan perilakunya itu.

"Kau merasa kasihan dengannya?" Tanya Dino namun Gwenn bergeming, masih menunduk.

"Atau jangan-jangan kau menyukaiku?" Dino tiba-tiba berujar semangat diikuti tawa meremehkannya.

"Kau menyukaiku jadi sekarang, kau semacam mau melindungiku? Kau takut ayahku akan diapanggil karena masalah ini?" Dino melebarkan matanya seola tidak percaya dengan kalimat yang barusan ia utarakan itu.

Berusaha membuyarkan asumsi aneh Dino, Gwenn segera memotong kalimat pria itu dengan cepat.

"Aku hanya kasihan dengannya."

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now