Kementerian I

317 44 12
                                    

‼️TOKOH, NAMA, TEMPAT, DAN SEMUA YANG ADA DI CERITA INI HANYA FIKSI‼️
——————————————
Selamat membaca <3
——————————————

‼️TOKOH, NAMA, TEMPAT, DAN SEMUA YANG ADA DI CERITA INI HANYA FIKSI‼️——————————————Selamat membaca <3——————————————

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Astaga, ini gila," komentar seseorang yang baru saja membaca koran edisi terbaru pagi ini. "Bagaimana bisa mereka memaksa kita untuk menikah?!"

Anne yang baru saja membaca hal yang sama menghela napas berat. "Bukankah mereka hanya ingin generasi muda cepat menikah?" sahut seorang pria paruh baya yang nampak masih gagah di usianya—James Liu, salah satu dosen yang berada di satu ruangan dengan Anne.

"Tapi tidak dengan cara seperti ini," jawab Flo—orang yang berkomentar tadi. "Ini melanggar hak asasi manusia."

"Tidak sepenuhnya," Carl—laki-laki berkacamata yang sedang menyesap kopi hangatnya ikut menanggapi. "Mereka hanya mewajibkan kalian para bujangan untuk melakukan tes kesiapan pernikahan, mereka tidak mewajibkan kalian untuk menikah."

"Bukankah itu sama saja? Mereka mewajibkan kita untuk melakukan tes tidak berguna itu," jawab Flo yang masih membara. "Jika jawaban yang didapatkan adalah siap menikah, tidak menutup kemungkinan jika yang mendapatkan jawaban itu penasaran dengan kemampuan pemerintah untuk mencarikan mereka pasangan, bukan?"

James tertawa kencang. "Lalu, apakah itu salah pemerintah jika mereka penasaran?" tanya James setelah tawanya mereda. "Lagipula tidak ada salahnya mencoba, bukankah kau sudah lelah menjalani kencan buta di akhir pekan yang selalu gagal itu?"

"Ugh!" Flo menggeram kesal. "Aku rasa hanya pemerintah kita yang sangat-sangat tidak memiliki pekerjaan sampai-sampai mengurus pernikahan warga negaranya."

"Oh, Florence, apa kau tidak tahu jika negara kita sedang kekurangan anak muda?" kini Carl yang menanggapi. "Lagipula program pemerintah saat ini sangat menarik, bukan begitu, Nona Anne?"

Anne menghela napas pelan. "Mereka seharusnya lebih memikirkan kenapa sampai-sampai anak muda tidak mau menikah dan memiliki anak, bukannya membuat program tidak berbobot seperti ini," Anne kini ikut angkat bicara. "Bukankah lebih penting mengatasi masalah ekonomi daripada mengurus masalah hubungan warga negaranya?"

"Negara kita menjadi negara yang memiliki teknologi canggih dengan angka buta huruf hampir nol persen, juga memiliki kekayaan melimpah dan perekonomian di negara kita sudah sangat kuat," jawab Carl. "Secara sederhana kita sudah memiliki segalanya kecuali anak muda yang ingin menikah dan memiliki anak."

Anne memutar mata jengah. "Dari pada susah payah membuat program sampah seperti ini, bukankah lebih baik memberi penyuluhan kepada setiap pasangan yang sudah menikah untuk segera memiliki anak atau menambah anak?" Anne menjawab tidak mau kalah. "Ngomong-ngomong kalian baru memiliki satu anak."

"Aku sudah tidak bisa memiliki anak lagi." jawab James membela diri.

"Itu karena kau menjalani vasektomi*." ujar Anne sambil berjalan menuju kubikelnya.

The Minister and IWhere stories live. Discover now