14. Sakit banget?

107 18 8
                                    

Seorang pemuda sedang berbincang dengan pemuda lainnya di sebuah warung makan. Mereka sepertinya sedang membahas hal penting.

"Hebat kan gue? Baru beberapa hari udah bisa menyelesaikan tantangan yang lo kasih." ucap seorang pemuda berjaket hitam.

"Yayaya, gue akuin lo emang hebat sih. Siapa sih yang ga takluk sama buaya kayak lo?"

Kedua tertawa.

"Jadi, mana imbalan yang lo janjiin?"

"Sabar dulu bro, masih 3 hari lagi. Sabar, sabar. Setelah 3 hari, gue bakalan ngasih lo 10 jutanya." 

"Oke lah."

Seorang pemuda yang melewati mereka tidak sengaja mendengar perbincangan itu. Alva. Alva mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah menahan marah.

Tidak. Tidak bisa dibiarkan. Walaupun dulu Alva tidak menyukai Alea, tapi lambat laun ia merindukan gadis gendut itu setelah kenaikan kelas. Sekarang Alva dan Alea satu sekolah, Alva bisa melihat gadis yang selama ini ia rindukan.

Perbincangan bajingan tadi sudah direkam oleh Alva. Besok ia akan menunjukkan kepada Alea.

***

Alva akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Alea untuk mengadukan itu semua.

"Sekarang lo tau kan, Al? Pacar lo itu cuma jadiin lo bahan taruhan. Jangan ketipu sama muka gantengnya dia."

Nyesek. Rasanya nyesek banget lihat video yang dilihatkan oleh Alva. Di video itu jelas banget, ada Saga dan Raga. Suaranya juga sangat jelas.

"Al? Hei? You okay?" Alva menatap khawatir ke arah Alea yang hanya diam menanggapi.

Alea terkejut dan tersadar, lalu mengangguk cepat."Gapapa. Gua gapapa. Btw, terimakasih udah nunjukin gua tentang video ini."

"Sama-sama. Gue saranin ke lo, cepet putusin Saga, Al. Gue balik dulu ya. Jangan sedih."

Sebelum pergi, Alva meletakkan coklat di meja. Tujuannya agar Alea bisa mengurangi rasa sedihnya dengan makan coklat.
 
Setelah Alva pulang, Alea mengambil coklat itu dan segera masuk ke kamar. Dia memakan coklatnya sambil terisak.

"Gue kira Saga tulus. Ternyata dia jadiin gue bahan taruhan. Katanya Raga temen gue, tapi dia ngajak Saga taruhan. Jadi selama ini gue mainan buat mereka?"

Alea tidak menyangka. Masih tidak percaya. Bagaimana bisa Alea dulu menerima Saga dengan mudahnya, hanya karena ingin merasakan kasih sayang seorang pacar?

Alea duduk bersila di atas kasur. Ia mengambil handphone dan segera menelpon Saga.

"Halo, Alea sayang." Sapa Saga dengan semangat di seberang sana.

Alea tersenyum tipis."Halo, Saga. Lagi di mana?"

"Aku... Lagi di warung makan. Beli makan. Tiba tiba laper. Kamu mau aku bawain makan juga?"

"Ga usah. Habis makan bisa ketemuan sebentar gak? Di taman dekat sekolah itu."

"Bisa. Emang mau ngapain yang?"

"Ada deh. Aku siap siap dulu ya. Jangan lupa ke sana."

Alea mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Gadis itu berdiri dan membuka lemari.

Hembusan napas gusar terdengar. Dadanya masih sesak. Alea akan memutuskan hubungannya dengan Saga hari ini juga. Padahal hubungan mereka belum terlalu lama.

Di taman...

Sampai di taman, ternyata Saga sudah duduk manis. Pemuda itu mengembangkan senyumannya ketika Alea berjalan mendekat.

Alea mengenakan rok hitam dan baju dilapisi sweater jumbo berwarna pink putih. Sedangkan Saga mengenakan celana hitam bolong-bolong dan baju oblong putih.

"Saga, kamu nunggu lama?"

Saga menggeleng."Gak kok. Baru dua menitan di sini." Jawabnya dengan senyum kecil.

Bohong. Padahal Saga sudah di taman sejak 30 menit lalu.

"Kamu kenapa ngajak ketemuan di taman? Emang ada apa yang?" Tanya Saga penasaran. Ia sedikit memutar badannya agar duduk menyamping menghadap Alea yang duduk di sampingnya.

"Pengen ketemu aja."

Alea tahan, jangan nangis. Ucapnya di dalam hati.

"Tau gak, tadi waktu aku mau ke sini, ada cewek yang minta putus ke pacarnya."

"Oh iya? Kenapa itu?" Saga menanggapi Alea seperti biasa, sangat bersemangat. Alea jadi tidak yakin, apa mungkin Saga melakukan taruhan itu. Tapi di video Alva sudah menjelaskan semuanya.

"Ceweknya jadi bahan taruhan."

"Uhuk!"

Saga kaget dan terbatuk. Alea juga ikut kaget. Ia memijit pelan punggung Saga.

"Kamu kenapa keselek, ih?"

"Hahaha engga. Kaget aja tadi."

Alea menatap Saga dalam-dalam, matanya berubah sendu. Tapi bibir Alea terus membentuk senyuman. Alea harus terus terang. Dia harus bilang 'putus' sekarang juga. Untuk apa berpacaran kalau hanya bahan taruhan?

"Putus, yuk?" ajak Alea.

Raut wajah Saga berubah menjadi datar. Ia menatap tak suka ke arah Alea.

"Maksud kamu apa?"

"Putus. Aku mau putus, Saga."

"Ya kenapa? Apa alasan kamu mau putus sama aku? Aku ada salah sama kamu? Kalau ada, ayo perbaiki aja. Jangan putus. Aku gak mau, Al."

"Kenapa? Kamu mau nunggu tiga hari dulu, baru mau putus? Biar kamu dapat uang dari Raga?"

"A-Al?"

Seperti terhantam benda berat. Saga syok bukan main. Kaget banget karena Alea tau. Alea tau dari siapa?

"Bener kan, Saga?"

Tes... Air mata Alea menetes begitu saja. Padahal ia sudah berusaha menahannya dari tadi.

"Al, kamu tau dari siapa?" tanya Saga dengan takut-takut.

"Ga penting aku tau dari mana. Tapi itu bener kan? Aku ga nyangka loh, Ga. Serius ga nyangka. Pantesan kamu mau sama aku, ternyata karena taruhan." Alea berdiri. Terisak. Dadanya sesak. Sakit sekali rasanya.

Saga menghela napas."Itu bener Al."


TBC.

Halo gais, aku pengen cepet-cepet nyelesaiin cerita ini. Jadi aku berpikir untuk pakai sedikit part aja. Beberapa part lagi bakalan End. Karena aku bener bener ga semangat lagi buat nulis cerita ini:(
Karena ini juga aku tulis 4 tahun lalu, jadi agak susah nyamain alurnya lagi.

Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih banyak.

Fat Is Beautiful (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang