Seharusnya ini tetap menjadi rahasia. Seharusnya tidak boleh ada yang tahu cerita ini. Lagi pula apa bagusnya dari cerita ini? Tidak ada sama sekali. Cerita yang terbentuk dari banyaknya kebohongan, kepura-puraan serta rasa trauma, darimana sisi bag...
🔞Cerita ini mengandung sexual harassment, selfharm, serta harsh words, dan mental illness.
Harap bijak dalam membaca. Ambil baiknya, buangburuknya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
03; Candramawa Atma Buana
Sepekan berlalu semenjak kejadian dimana paras ayu itu mendapatkan bekas jahitan kecil di dagunya. Lukanya sudah mulai mengering, sudah mulai baikan. Namun, belum sembuh sempurna. Bukan berarti awal pekan ini menjadi mula dimulainya kembali aktivitas hidupnya. Kehidupan tetap berjalan meski dirinya harus terpincang.
Membawa lukanya kemana-mana, Legina hanya bersedia mengambil cuti satu hari untuk kelas kuliah dan pekerjaannya. Selepas itu, ia kembali bergerak dengan kesibukannya sebagai mahasiswa di sebuah universitas negeri ternama sekaligus pekerja paruh waktu di sebuah cafe dekat kampusnya itu. Sebenarnya bukan itu saja sibuknya, masih banyak kesibukan yang ia geluti di kota Jogja ini. Namun, entah mengapa dari semua sibuknya, tidak pernah ada kejadian paling berkesan yang bisa membekas di hatinya. Semuanya terasa sama saja. Biasa dan berbegitu saja.
Akan tetapi, setidaknya setahun belakangan setelah tiga tahun kedatangannya di kota penuh pensona ini, Legina menemukan sebuah hal berharga. Hal yang membawa langkahnya terasa ringan dan membuatnya masih mampu menyajikan seulas senyuman meskipun ia baru saja kembali dari kampusnya dengan beban pikiran ujian minggu depan serta biaya-biaya perkuliahan yang harus ia bayarkan.
Kakinya terus berjalan di antara lingkungan kumuh. Terpencil dari nyala kehidupan kota Jogja yang tidak pernah padam. Dari kejauhan sepasang netranya melihat sebuah bangunan tua dari kayu. Pada bagian depannya terdapat tanda bertuliskan 'Selamat datang di Graha Kenanga'. Di sampingnya terdapat pohon mangga besar yang dijadikan sebagai pengikat ayunan juga titik penyimpanan karung-karung besar berisikan barang rongsokan. Sampah-sampah buangan seperti botol plastik dan kertas kardus yang siap didaur ulang.Beberapa anak kecil tampak sibuk bersenda gurau memperdengarkan tawanya.
Wajah lelah mereka berubah sumringah tatkala menyadari kedatangan sosok jelita itu.
"Kakak!"
"Kak Legi!"
"Hore... Kak Legi datang!"
Suara-suara kecil itu nyaring di pendengarannya. Disambut dengan sumringah kaki-kaki mungil berlari menghampiri tubuh semampai berbalut celana hitam panjang berbahan dasar serta atasan kaus putih dilapisi dengan kemeja flanel biru muda.