Amber membalikkan badan menatapnya dengan mata yang terlihat antusias dengan sesuatu, Giovanni mengerutkan keningnya.

"Siren kau bilang?! Bukankah itu semacam putri duyung? Mereka ada di sini juga?!"

"Ya, mereka tentu ada di dunia immortal ini. Tapi perlu kau ketahui, siren dan mermaid itu berbeda. Jangan dekati bangsa siren jika kau tidak mau celaka. Mereka sangat berbahaya."

"Memangnya kenapa? Apa perbedaan mereka?"

"Siren gemar mencari mangsa dengan cara bernyanyi. Nyanyian mereka sangat merdu sampai siapapun yang mendengarnya akan terbuai oleh nyanyian itu. Lalu pada saat calon korban mereka lengah, para siren itu akan langsung menyambar tubuh mangsanya. Makhluk yang mereka sukai adalah manusia. Banyak bangsa mereka yang memilih tinggal di lautan dunia manusia untuk mencari mangsa di sana, tapi ada pantangan tersendiri. Berbeda dengan bangsa mermaid yang tergolong bangsa yang baik dan pemurah. Makanan mereka hanya ikan-ikan kecil dan rumput laut. Bangsa siren dan bangsa mermaid sudah dari dulu saling bermusuhan."

"Luar biasa! Ada berbagai macam makhluk mitologi di dunia immortal ini!"

Giovanni tersenyum melihat reaksi Amber. Amber terlihat memaksa Giovanni untuk ikut bertemu dengan raja Siren yang jelas saja di larang oleh Giovanni. Dia sudah mengatakan kalau bangsa siren itu berbahaya, bagaimana bisa dia membiarkan Amber yang seorang manusia bertemu dengan raja siren!

Pada akhirnya, Giovanni tetap kalah melawan keras kepalanya Amber. Giovanni menggandeng tangan Amber menuju ruangan tempat raja Delbert menunggu. Giovanni membuka pintu ruangan tersebut, terlihatlah seorang pria yang memakai pakaian megah bak raja, ya memang karena dia raja duduk di kursi yang ada di sana.

Raja Delbert berdiri dan menyambut Giovanni. Mata raja Delbert tak luput dari Amber yang muncul dari balik pintu setelah Giovanni. Raja Delbert terus memperhatikan Amber membuat gadis itu semakin merapatkan tubuhnya ke Giovanni.

Giovanni duduk di kursi lainnya dan menarik Amber untuk duduk di pangkuannya. Sebelumnya Amber sudah menolak tapi sama sekali tidak di gubris oleh Giovanni. Amber menurut dan duduk diam di pangkuan pria itu.

"Maaf membuatmu menunggu, Raja Delbert!"

"Bukan masalah, Prince Giovanni. Ngomong-ngomong, apa gadis itu pasanganmu?"

"Benar. Sebentar lagi dia akan menjadi ratu di sini."

"Kau sungguh beruntung, prince. Dia gadis yang cantik, seorang manusia yang cantik dan manis."

"Terima kasih. Sebenarnya, apa yang membawamu ke sini?"

"Aku mendengar desas-desus bahwa raja vampir telah tewas di bunuh oleh putranya sendiri yaitu kau. Aku ke sini hanya ingin memastikan apakah berita itu benar atau hanyalah karangan para musuh raja Christ saja."

"Tidak, itu semua benar. Aku yang membunuhnya."

"Maka sebentar lagi kau akan di angkat menjadi raja baru bangsa vampir. Tepatnya, kapan acara pengangkatan itu di laksanakan kalau aku boleh tahu?"

"Surat akan kami sebarkan mendekati hari itu, aku tidak bisa mengatakannya sekarang demi kelancarannya. Terima kasih untuk kunjunganmu hari ini, Raja Delbert."

Raja Delbert berdiri di ikuti Amber dan Giovanni. Raja Delbert pamit kembali ke kerajaan siren miliknya. Giovanni dan Amber mengantarkannya hanya sampai gerbang kastil mereka. Sudah ada kereta kuda yang menunggunya di sana. Amber sedikit ketakutan melihat kuda itu yang memiliki dua kepala dan tanduk di tengah-tengah di setiap kepala mereka.

Sebelum kepergian Raja Delbert, sempat-sempatnya pria itu mengedipkan satu matanya ke arah Amber yang juga di sadari oleh Giovanni. Giovanni menatap tajam Raja Delbert dengan iris matanya yang sudah berubah menjadi semerah darah itu.

Giovanni mengajak Amber kembali masuk ke kastil. Bulu kuduk Amber berdiri saat merasakan hawa negatif dari orang di sampingnya. Bahkan para penjaga yang ada di sana pun nampak tidak nyaman dengan aura yang di keluarkan Giovanni. Amber tidak tahu apa yang membuat pria itu kesal.

Sesampainya di kamar Amber, Giovanni membanting tubuh gadis itu di ranjang. Amber sangat terkejut atas perbuatan Giovanni yang tiba-tiba kasar padanya. Beruntung pria itu mendorongnya keras ke ranjang, dia tidak bisa membayangkan jika ini adalah lantai, sudah dapat di pastikan tulang punggungnya akan retak.

Giovanni menindih dan mengunci pergerakan Amber dengan tangan serta kakinya. Amber menatap Giovanni dengan wajah kebingungan serta takut. Amber membuka mulutnya hendak melayangkan protes, namun lebih dulu di sambar oleh mulut Giovanni.

Ciumannya terkesan kasar dan memaksa, sama sekali tidak ada kelembutan di dalamnya. Bahkan saat Amber memohon untuk Giovanni berhenti, pria itu sama sekali tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan aksinya. Pakaian Amber sudah berantakan. Giovanni melepas pangutan bibir mereka dan saat itu juga Amber menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Cih, sial! Aku sangat kesal sekarang! Oy, beri aku darahmu!"

Tanpa menunggu persetujuan dari Amber, Giovanni sudah menancapkan taringnya dengan dalam ke tengkuk gadis itu dan menyesap darahnya dengan rakus. Rasanya Amber akan mati mendapat rasa sakit seperti ini, bahkan suara sedikit pun tak mampu ia keluarkan. Amber pingsan seketika itu pula.

Giovanni menjauhkan mulutnya setelah perutnya merasa kenyang akan darah Amber. Giovanni menyaksikan Amber yang sudah beberapa menit lalu tidak sadarkan diri itu. Giovanni menatap Amber dengan tatapan penuh rasa bersalahnya.

Giovanni mencium bekas gigitannya yang masih mengeluarkan darah itu lalu luka itu pun menutup. Giovanni merapikan pakaian Amber yang berantakan karena ulahnya lalu meninggalkan Amber sendirian di kamarnya. Giovanni pergi ke tempat latihan dengan membawa beberapa prajurit yang nantinya jelas akan menjadi korban selanjutnya dari rasa kesalnya.

'Pria itu, berani sekali dia menggoda gadisku! Kalau saja bangsa kami tidak berhubungan baik dengan bangsa siren, sudah pasti aku akan menghabisinya saat itu juga!'

Beberapa prajurit tumbang dengan begitu mudahnya. Pakaian yang ia kenakan pun sudah penuh dengan noda darah, baik miliknya ataupun para prajurit yang berhasil ia lukai. Diego datang dan menghentikannya.

"Bodoh, kau sadar apa yang sedang kau lakukan ini?! Kau mau membunuh mereka, Gio!"

Giovanni seakan tuli, justru kini menyerang Diego. Diego menghindar dari serangan Giovanni dengan kualahan. Diego sangat mengerti kalau Giovanni yang seperti ini pasti sedang merasa kesal pada sesuatu. Diego tidak balik menyerang Giovanni.

Giovanni berhenti dengan sendirinya. Diego menyuruh para prajurit pergi dari tempat latihan itu, baik prajurit yang terluka. Diego menyentuh pundak Giovanni.

"Apa yang terjadi padamu, Gio?"

"Aku kesal dengan pria itu. Jika maksudnya datang kemari hanya ingin melihat dan menggoda Amber, lebih baik kau hentikan saja dia sejak tadi!"

"Mana mungkin aku melakukan itu pada seorang raja?! Harusnya kau yang bilang pada para penjaga untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke sini, tidak peduli raja ataupun pemimpin bangsa lainnya!"

Giovanni hanya diam. Merobek bajunya dan membuangnya begitu saja lalu pergi meninggalkan Diego. Diego menghela nafasnya melihat tingkah Giovanni yang menurutnya terlalu berlebihan jika itu menyangkut tentang Amber.

"Jadi kau menyuruhku mencari pasangan agar kau tidak menjadi satu-satunya vampir yang gila karena pasanganmu? Yang benar saja!"

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now