Sudut mata Adrea berair sangking sakitnya menahan rasa tidak nyaman dibagian tenggorokan. Ditengah kesakitan, ia malah dibuat dongkol oleh pertanyaan Veno.

Apa dia ingin mati ya?!

WAH! ANYING! PAAK MEN凸( ̄¬ ̄)凸

Wajah Adrea memerah antara menahan sakit dan amarah. Ia menunjuk-nunjuk tenggorokannya lalu beralih menunjuk kulkas yang berada disudut kantin. Ia butuh air!

Ayolah! Masa begini saja tidak mengerti. Yaampun mamang!

Alis Veno mengeryit, tak lama matanya membulat menyadari Adrea kesakitan.

"Lo keselek?"

Anggukan cepat yang diberikan Adrea sontak membuat Veno gelagapan. Ia langsung berlari menuju kulkas untuk mengambil air.

Daritadi kek bangsat!

Mengapa bisa ada orang seperti Veno? Apa dia sungguh tidak bisa membaca situasi barusan? Atau dia sengaja?

Adrea jadi berfikir jika suatu saat Veno bertemu seseorang yang sedang sekarat dijalan, apa dia juga harus bertanya dulu baru paham?

Keburu koit lah cok!

Wajah tampan tapi otak kosong. Cibir Adrea dalam hati.

Veno langsung memberikan botol air mineral kepada Adrea setibanya dimeja gadis itu.

Dengan terburu-buru Adrea langsung merebutnya dan meneguk air tersebut hingga habis tak tersisa.

"Hah...sialan!" Lega Adrea setelah tenggorakannya terasa sedikit lebih baik.

Mata tajamnya menghunus Veno yang tengah berdiri diseberang sana. Hanya meja yang menjadi penghalang bagi kedua manusia berbeda jenis itu.

Dalam sedetik mata itu berubah melunak, Adrea mengibaskan tangannya dengan gestur pelan agar pria itu mendekat. Namun dimata Veno, tindakan Adrea barusan seperti sebuah panggilan mematikan.

Jakun miliknya turun naik akibat menelan ludah. Perlahan ia mendekat membungkukkan tubuh kearah gadis itu.

"Lagi..sini-sini." Ucap Adrea tersenyum.

Walau agak kurang yakin, Veno tetap menurut. Setelah jarak mereka terkikis, Adrea mengambil ancang-ancang. Ia meniup poninya lalu tersenyum miring. Dan-

Tughh

"AAARGHH! SIALAN!" Pekik Veno memegang area disekitar alisnya serta pangkal hidung yang berdenyut. Adrea menyundul wajahnya begitu keras menggunakan kepalanya. Ia meringis kesakita

Sementara Adrea, ia tertawa puas melihat Veno kesakitan. Ia cukup puas dengan tindakannya. Siapa suruh membuatnya harus tersedak bakso bulat yang bahkan belum sempat ia kunyah. Itu sangat menyiksanya!

Melihat tampang tak berdosa itu, Veno jadi kesal.

"Sialan lo, Re! Lo pikir ini nggak sakit?!" Sentak Veno yang tentu ditanggapi santai oleh sang pelaku. Bahkan gadis itu kembali memakan makanannya seolah tak menganggap kehadirannya disini.

Male lead AntagonistWhere stories live. Discover now