9-Sisa 3

89 12 0
                                    

Maaf lama up nya, aku lagi sakit:)

Hhe

Happy reading ⛰️

••••

Andre mengotak-atik gunting, pisau, korek dan benda lain nya. Lelaki itu juga memasukkan barang-barang nya yang akan di butuhkan nanti kedalam tas ransel yang lebih kecil.

Berbeda dengan teman-teman nya yang lain, mereka telah tertidur pulas. Namun, ternyata tidak semuanya, ada Rendi yang juga masih terbangun. Rendi sedang melamun didalam tenda nya, entah apa yang sedang di pikir kan lelaki itu.

Andre yang baru saja selesai membereskan perlengkapan nya, tiba-tiba saja berdiam diri karena mendengar suara berbincang diluar tendanya. Lelaki itu mengintip di celah pintu tenda yang sedikit terbuka.

Ternyata ada Rendi dan Ryan disana yang masing-masing membawa senter, Andre tidak sengaja melihat sesuatu di saku celana Rendi yang membuatnya langsung mengetikkan sesuatu di ponsel nya.

Andre menekan nomor kontak yang tertulis  nama Ryan, lalu lelaki itu mengetikkan sesuatu dan segera membangunkan Fikri.

****

Ting

Ryan melihat ponsel nya yang menampilkan sebuah pesan dari Andre.

'Balik cepet! Liat saku belakang celana si Rendi!'

Ryan membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Andre, lelaki itu langsung melihat saku belakang celana Rendi. Ryan mematung saat melihat ada sebuah pisau disana, pisau kecil. Pikiran nya mulai negatif, Ryan mulai memikirkan hal yang buruk.

"Kenapa?" tanya Rendi yang sekarang sedang berada agak jauh dari tenda bersama dengan Ryan. Rendi tadi meminta Ryan untuk menemaninya buang air besar. Ryan terkesiap, lalu menggeleng cepat.

"Gak kok, bukan apa-apa."

"Mungkin cuma buat jaga-jaga, gak mungkin dia kayak gitu." Ryan terus saja meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, walaupun perasaan nya sudah mulai tidak enak.

"Ryan, lo tunggu disini ya? Awas! Jangan ninggalin." ujar Rendi menegaskan. Ryan mengangguk lalu membalikkan badan nya membelakangi dimana Rendi hendak membuang hajat nya.

"Dingin juga ya," Ryan mengawasi sekitarnya, melihat gelap nya hutan yang membuat bulu kuduk nya meremang.

"Iya dingin ya,"

Ryan terkesiap mendengar suara wanita yang begitu lembut masuk kedalam Indra pendengaran nya, lelaki itu memperhatikan sekitarnya, tidak ada siapa pun disana kecuali dirinya.

"Ren? Udah belum?" tanya Ryan namun tidak ada balasan dari Rendi.

"Ren? Rendi?" Ryan semakin mengeraskan suara nya memanggil Rendi yang tak kunjung menyahutnya.

Clab

"ARGHHH"

Tubuh Ryan terkulai lemas saat mendapati sebuah tusukan pisau di perut nya, Ryan lunglai lalu terkapar lemas di atas tanah.

Seseorang memakai jubah hitam dapat Ryan lihat mendekatinya, dengan sebuah cerulit ditangan nya.

"S-siapa kamu?" tanya Ryan, sosok itu malah tertawa.

"Kamu tumbal yang sangat tampan,"

Ryan mengernyit, tubuh sosok berjubah hitam itu tinggi dan besar, seperti seorang pria dewasa. Namun kenapa suara nya suara perempuan yang sangat lembut?

Sosok berjubah hitam itu semakin mendekat.

Sret

Cerulit itu menebas kaki Ryan dengan sangat cepat, darah semakin berceceran dimana-mana, Ryan semakin lemas dan hampir tidak sadarkan diri. Tidak cukup, sosok itu menyeret tubuh Ryan yang sudah penuh dengan darah semakin masuk kedalam hutan, entah kemana.

Gunung SajenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang