7-Pemuja Satan

53 8 4
                                    

Haihaii prenn, doain aku juara kelas lagi😭

Tapi aku juga gak mau berharap karna nilai ku anjlok parah:)

Nilai hancur
Wattpad meluncurr

Asekk

Happy reading ⛰️

••••

Fikri tergelincir dan tubuh nya sempat membentur tanah, mereka semua terkejut lalu segera menolong Fikri, untung saja tangan Fikri sigap berpegangan pada akar pohon, jika tidak Fikri akan jatuh ke bawah jurang yang sangat dalam itu.

Andre dan Ryan segera menolong Fikri, kecuali Rendi yang malah hanya memperhatikan, seperti ada raut kesal diwajah Rendi. Mungkin karena sedari tadi mereka lama sekali sampai di puncak karena terus ada kendala?

Akhirnya Fikri berhasil kembali ke atas, mereka semua bernafas lega, Fikri tidak jadi dijemput ajal nya.

"Alhamdulillah," ucap Ana merasa sangat bersyukur. Karena jika saja Fikri terjun ke jurang itu, kemungkinan besar Fikri tidak akan pernah di temukan.

"Jalan disini agak besar Fik, lo kenapa bisa terseret kesana?" tanya Andre yang yakin jika Fikri tidak akan seteledor itu saat sedang mendaki, lagian Fikri sudah sering mendaki gunung dan dia tahu mana pijakan kaki yang aman untuk nya.

Dan yang membuat Andre lebih heran lagi, jalur disana lumayan luas, kenapa bisa Fikri memilih jalan dipinggir jurang?

"Tadi kayak ada yang narik kaki gue, tapi mungkin itu perasaan gue aja. Mungkin gue lagi kecapean Dre," ujar Fikri yang membuat Andre sedikit percaya, mungkin memang benar Fikri terlalu kecapean.

Mereka memilih untuk segera melanjutkan perjalanan menuju puncak, sebentar lagi waktu magrib akan berakhir.

Mereka berjalan melewati tanjakan yang lumayan curam, Ana memegangi akar-akar pohon besar yang sangat kuat. Perlahan tapi pasti, Ana bersama teman-teman nya yang lain berhasil mencapai puncak.

Mereka tersenyum bahagia karena bisa sampai di puncak dengan selamat, walaupun banyak sekali rintangan yang telah mereka lewati.

Seulas senyuman bahagia terukir di wajah mereka, tidak menyangka ternyata pemandangan di atas gunung Sajen sangat lah indah. Banyak nya kerlap-kerlip lampu kota yang terlihat mengkilap dibawah sana, bulan dan bintang seakan menyambut kedatangan mereka di puncak, bulan yang bulat sempurna dan bintang yang begitu banyak nya menghiasi langit malam. Begitu memanjakan mata.

Mereka yang beragama muslim memilih untuk segera menunaikan ibadah sholat magrib secara bersamaan, dan bagi mereka yang tidak melaksanakan, mereka memilih untuk mendirikan tenda dan membereskan barang-barang.

Setelah selesai, Ana segera melipat kembali mukena dan sajadah nya. Mereka tadi sholat bersama di atas sebuah tikar lipat yang di bawa oleh Andre.

Kini Andre dan Ryan yang baru selesai menunaikan sholat, memilih untuk membantu Fikri dan Rendi mendirikan tenda yang masih belum selesai.

Ana, Zara, Karin dan juga Syifa. Menyiapkan camilan, minuman dan makanan lainnya yang mereka bawa dan meletakkan nya di atas tikar. Semua makanan yang di bawa oleh 8 pendaki itu, terkumpul semua di atas tikar untuk mereka nikmati bersama-sama.

"Nyaman juga ya disini," ujar Zara sembari melihat pemandangan langit malam.

"Iya, suasana dipuncak nya gunung Sajen tuh ternyata beda banget sama suasana tadi pas masih di perjalanan." sahut Syifa dibalas anggukan oleh Karin.

"Setuju,"

Andre dan para lelaki yang tadi membantu mendirikan tenda telah selesai, mereka segera memasukkan barang-barang milik nya kedalam tenda. Disana didirikan 4 tenda, jadi satu tenda di isi oleh 2 orang.

Gunung SajenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora